Berpikir sampai disitu, sambil tertawa terbahak-bahak dia lantas berkata, “Masa depan nona masih terbentang luas, kenapa kau mengatakan kalau sudah tiada harapan lagi?”
Gadis berbaju perak itu menghela napas panjang.
“Sejak ibu melahirkan aku, ia sudah ditakdirkan untuk kalah, akupun telah bersiap-siap untuk tidak berebut denganmu, tapi dipihak yang lain sudah dipastikan akulah yang bakal menang, cuma dalam bagian apakah itu, maaf kalau aku tak bisa memberitahukan kepadamu!”
Kata-kata yang mengandung maksud mendalam ini sungguh membuat orang merasa bingung dan tercengang.
Dengan cepat Gak Lam-kun menjura.
“Terima kasih banyak atas kesediaan nona untuk memenuhi harapanku, aku mengucapkan terima kasih lebih dulu!”
Gadis berbaju perak itu segera menangkap tangan pemuda itu, kemudian katanya, “Sekarang aku boleh memegang tanganmu bukan?”
“Aku tidak tahu!” jawab Gak Lam-kun dengan wajah merah membara karena jengah.
Gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, katanya lagi, “Kau jangan menganggap aku ini rendah dan tak tahu malu sengaja hendak bermesraan denganmu, sebab jika aku tidak berbuat demikian, maka jangan harap kau bisa memasuki istana api ini!”
Walaupun diluar Gak Lam-kun tidak berkata apa-apa lagi, namun dalam hatinya merasa amat setuju dengan kata-kata tersebut…
Dengan sepasang biji matanya yang jeli, gadis berbaju perak, itu melirik sekejap kearahnya, tiba-tiba ia tertawa merdu.
Agaknya ia telah berhasil menebak suara hatinya, maka sambil tertawa kembali katanya, “Apakah kau tidak merasa heran kenapa aku tidak takut dengan hawa panas disini?”
Gak Lam-kun ikut tertawa.
“Semenjak tadi aku sudah merasa keheranan, hanya saja aku tak tahu bagaimana harus bertanya!”
“Kesemuanya ini adalah disebabkan oleh khasiat Lencana pembunuh naga tersebut, diatas lapisan Lencana itu terdapat selapis batu kemala dingin yang berasal dari tanah bersalju, kemala dingin itu merupakan tandingan dari kobaran api disini, bila kau berada dekat denganku, maka kau tak akan merasa takut lagi dengan panasnya kobaran api ditempat ini…”
Begitulah, sambil bersenda gurau tanpa terasa mereka sudah masuk puluhan kaki lagi kedalam istana api.
Sementara itu jilatan api sudah membara diempat penjuru, disetiap sudut ruangan hanya gumpalan api yang membara saja yang dapat dijumpai, ini membuat pemandangan disitu berubah menjadi merah membara…
Keajaiban alam memang tak bisa dibicarakan dengan kata-kata, oleh karena mereka berdua memiliki kemala dingin yang merupakan tandingan hawa panas, maka kedua orang itu bisa lewat dengan selamat. dimana mereka berjalan, disitu kobaran api menyingkir dengan sendirinya, bahkan tanah yang mereka laluipun ikut terasa menjadi dingin.
Gak Lam-kun merasakan suatu keanehan yang luar biasa, ia hampir tak percaya kalau dirinya masih bisa hidup segar bugar dalam istana api, tapi kenyataan berbicara demikian, sekalipun merasa heran juga tak ada gunanya.
Mendadak… dari arah depan sana berkumandang suara auman yang aneh sekali.
Menyusul auman yang keras dan memekikkan telinga itu, terdengar suara gesekan tanah yang keras diikuti getaran gempa yang kuat melanda dinding batu disekitar sana.
Paras muka gadis berbaju perak itu kontan saja berubah hebat, serunya tertahan, “Aduh celaka, naga api telah munculkan diri!”
“Naga api?” ulang Gak Lam-kun tak kalah kagetnya.
Baru selesai mereka berkata, tiba-tiba dari depan sana muncul sebuah makhluk aneh yang berbentuk mengerikan, empat buah mata raksasa yang menonjol keluar terpancang pada dua buah kepala aneh yang besar, sambil bergerak maju betul lidahnya yang merah tiada hentinya menyemburkan kobaran api besar.
Sejak dilahirkan didunia, belum pernah Gak Lam-kun menjumpai makhluk raksasa seaneh ini, saking kagetnya dia sampai berdiri mematung disana.
Selapis hawa murung menghiasi pula wajah nona berbaju perak itu, katanya, “Sepanjang hidupnya makhluk aneh ini hanya makan api, sekarang kita tak bisa maju kedepan, entah bagaimana baiknya?”
“Apakah didunia ini tiada cara lain untuk menaklukkan mereka?” tanya Gak Lam-kun dengan perasaan tercekat.
Gadis berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulangkali.
“Untuk sesaat aku masih belum berhasil menemukan suatu cara yang baik untuk mengatasi hal ini!”
Mendadak naga api itu menjulurkan kepalanya yang besar dan menerjang kearah mereka berdua.
“Cepat mundur!” hardik Gak Lam-kun.
Sambil menarik tangan gadis berbaju perak itu mereka mundur kebelakang, dengan cepat telapak tangan kanannya didorong kedepan…
“Blaam…!”
Oleh tenaga pukulan yang sangat dahsyat tersebut, tubuh naga api tersebut hanya goncang sedikit saja, bukan saja tidak menjadi takut sebaliknya malah meraung keras, mengikuti raungan yang amat dahsyat tersebut kobaran api yang membara dalam gua itu makin menghebat.
Gak Lam-kun segera merasakan silaunya sinar yang amat menusuk pandangan mata.
Gadis berbaju perak itupun menjerit kaget.
“Aduh mataku sakit benar!”
Tanpa mereka berdua sadari, kedua orang itu sudah terkena racun panas yang luar biasa dahsyatnya dalam dunia ini, untung saja tenaga dalam yang mereka miliki amat sempurna, sehingga racun itu tak sampai bekerja cepat.
Pada saat yang kritis inilah, mendadak gadis berbaju perak itu mengeluarkan lencana pembunuh naga dari sakunya, sambil menghela napas ia mengeluh, “Bisa atau tidak melewati bencana ini, terpaksa kita harus tergantung pada tindakan ini!”
Lencana pembunuh naga itu segera diayunkan ketengah udara kemudian digoyangkan berulangkali.
Tiba-tiba suatu peristiwa aneh telah terjadi…
Tersorot oleh cahaya yang memancar keluar dari Lencana pembunuh naga tersebut, mendadak naga api itu mundur kebelakang dengan ketakutan bahkan sikapnya tampak mulai gugup.
Sambil maju kedepan, gadis berbaju perak itu segera membentak, “Mengapa masih belum enyah dari sini?”
Naga api itu menjerit sedih, tanpa membuang waktu lagi binatang tersebut memutar badannya dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
Setelah naga api itu lenyap dari pandangan, Gak Lam-kun baru menghembuskan napas lega keluhnya dihati, “Oooh, sungguh berbahaya!”
Mereka berdua tak berani berhenti lebih lama lagi disitu cepat-cepat kedua orang itu angkat kaki dari sana dan melanjutkan perjalanannya masuk kedalam istana api.
Tiba-tiba… kedua orang itu sama-sama berdiri tertegun.
Pada ujung istana api itu terdapat sebuah selokan kecil yang melingkar kesana kemari sebagai sungai, sungai itu telah menghadang merapatnya kobaran api lebih kedalam.
Tepat berseberangan dengan gua api itu, tampak rumput tumbuh dengan suburnya, aneka warna bunga menyiarkan bau yang harum semerbak, ternyata disitu terdapat sebuah tempat yang sangat indah bagaikan nirwana.
Diatas permukaan rumput nan hijau, lamat-lamat berlapiskan salju tipis yang menambah segarnya suasana…
Kejadian aneh memang bisa dijumpai didalam dunia yang penuh keajaiban ini, siapa yang akan menyangka kalau ditepi neraka yang panas bisa terdapat sebidang tanah yang subur dengan udara yang segar?
Tidak mengalami sendiri, siapapan tak akan percaya kalau hal ini merupakan suatu kenyataan.
Dengan wajah berseri dan penuh kegembiraan, gadis berbaju perak itu berteriak.
“Oooh… tempat ini sungguh merupakan sebuah tempat yang sangat indah sekali!”
Gak Lam-kun tertegun pula menghadapi kejadian itu, tiba-tiba ujarnya.
“Coba kau lihat!”
Mengikuti arah yang ditunjuk, dari bawah bunga sakura yang sedang mekar tiba-tiba muncul seorang gadis berbaju merah.
Dengan mengitari sungai kecil itu, dengan cepat mereka berdua lari mendekati gadis itu.
Gadis berbaju merah yang berdiri dibawah pohon bwe itu memiliki wajah yang cantik jelita bagaikan bidadari dari kahyangan, ditambah suasana yang permai dan pemandangan indah disitu, membuat siapapun merasa seolah-olah dirinya sudah tiba didalam swargaloka.
Semua keajaiban yang terbentang dihadapannya ini membuat Gak Lam-kun tertegun dan berdiri termangu untuk beberapa saat, pikirnya.
Gadis berbaju perak ini sudah terhitung gadis cantik rupawan yang tiada keduanya didunia ini, tapi bila dibandingkan dengan gadis berbaju merah ini, maka ibaratnya kunang-kunang dengan rembulan, sungguh nyata sekali bedanya aku benar-benar tak percaya kalau didunia ini benar-benar terdapat gadis secantik ini!
Mendadak terdengar suara yang dingin tapi lembut berkumandang disisi telinga mereka…
Kedengaran gadis berbaju merah itu berkata.
“Kalian jangan menyentuh aku”
“Kenapa?” tanya gadis berbaju perak itu tertegun.
Mencorong sinar tajam dari mata gadis berbaju merah itu, sahutnya pelan.
“Tubuh kasarku telah mati tapi sukmaku masih utuh, bila kau menyentuh diriku maka sepanjang masa aku tak dapat menitis kembali.”
Gadis berbaju perak itu menjadi bergidik.
“Kau ini manusia atau setan?” bisiknya.
Paras muka gadis berbaju merah itu sama sekali tanpa emosi, kecuali sepasang biji matanya yang masih bisa bergerak, sekujur badannya seperti telah mati saja, berdiri kaku disitu tanpa berkutik barang sedikitpun juga.
Setelah menghela napas panjang, ia menerangkan, “Sudah hampir enam puluh tahun lamanya aku berdiri terus disini, karena melanggar pantangan aku dikirim kemari oleh pemilik istana api, dan hari ini kalian telah datang kesini berarti aku bisa menitis kembali…”
“Enam puluh tahun? Apakah selama ini kau berdiri terus disitu?” tanya sang nona.
“Benar selama enam puluh tahun lamanya siang malam aku selalu berharap ada orang yang membawa lencana pembunuh naga datang kemari, akupun selalu berharap pendatang itu adalah seorang gadis kalau tidak…”
“Kenapa harus demikian tukas Gak Lam-kun keheranan.
“Hanya seorang gadis yang bisa membuatku menitis kembali, aku akan meletakkan sukmaku yang masih utuh dan tak mau membuyar ini kedalam tubuh kasar gadis tersebut, dengan demikian walaupun jasadku telah mati, sukmaku masih hidup…”
(Tentang apa sebabnya bisa demikian? Hingga kini para ahli ilmu sukma masih giat melakukan penyelidikan).
“Jadi kalau begitu, kau hendak menggunakan tubuhku sebagai tempat penitipan sukmamu?” seru gadis berbaju perak itu terperanjat.
“Yaa benar, inilah keberuntunganmu!” sahut gadis berbaju merah itu, pada enam puluh tahun berselang aku Ang ih kim cha (tusuk kundai emas berbaju merah) adalah perempuan paling cantik didunia ini, setelah sukmaku masuk kedalam tubuh kasarmu, maka bukan saja kau akan menjadi gadis paling cantik didunia ini, kaupun akan menjadi manusia yang paling tinggi ilmu silatnya diseantero jagad…”
Pada saat itulah mendadak Gak Lam-kun menyeka matanya dengan kesakitan sambil mengeluh, “Aduh… kenapa dengan mataku…”
Gadis berbaju merah itu menjawab.
“Kalian sudah terkena serangan racun api yang menyusup kedalam tubuh kalian berdua, walaupun lencana pembunuh naga bisa melawan pengaruh racun api itu, namun hanya mata yang tak sanggup menahan diri, dalam satu jam mendatang kalian akan menjadi buta!”
Habis-habislah sudah segala sesuatunya, kalau Gak Lam-kun benar-benar menjadi buta maka segala sesuatunya benar-benar akan selesai…
“Oooh… tak mungkin…” keluh Gak Lam-kun sambil menggosok terus matanya yang sakit.
“Kalian tak usah panik” kembali gadis berbaju merah itu berkata, dibawah kakimu terdapat sebuah bunga bwe merah, disitu terdapat dua lembar daun yang lebar, bunga itu tumbuh oleh panasnya api dari dasar bumi, jika kalian berdua memakannya maka bukan saja racun yang menyerang mata kalian akan sembuh dengan sendirinya, bahkan bisa pula membuat kalian berdua selamanya memiliki tenaga yang melampaui siapapun dan tiada tandingannya didunia ini…”
Ketika gadis berbaju perak itu menundukkan kepalanya dan memperhatikan tempat yang dimaksud, benar juga, ia temukan disitu tumbuh sebuah pohon bunga bwe yang berwarna merah membara, disisinya tumbuh dua lembar daun yang berwarna merah pula seperti darah, daun itu tampak segar, merah dan menyenangkan.
Cepat-cepat mereka berdua memetik daun itu dan ditelannya, betul juga, tak lama kemudian mata mereka yang sakit telah sembuh kembali seperti sedia kala.
Pelan-pelan gadis berbaju merah itu berkata lebih lanjut.
“Adapun tujuan adanya Lencana pembunuh naga dalam dunia adalah untuk menolong diriku dari penderitaan, orang yang akan menolongku ini bisa memperoleh tambahan tenaga dalam sebesar puluhan tahun hasil latihan, itulah yang diinginkan oleh setiap umat persilatan yang berada didunia ini…”
Mendadak paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi merah membara, dari balik matanya tiba-tiba memancar keluar serentetan sinar yang aneh sekali.
Sedangkan gadis berbaju perak itupun memperlihatkan gejala yang sama, sepasang pipinya berubah menjadi merah membara bagaikan buah tho yang masak merah diantara putih yang menyelimuti pipinya membuat ia tampak lebih cantik.
Suatu gejolak api asmara yang tiba-tiba membara dalam dada Gak Lam-kun membuat pemuda itu tak sanggup mengendalikan diri akhirnya seperti harimau kelaparan ia menubruk kedepan lalu merangkul gadis berbaju perak itu erat-erat.
Ketika tubuhnya disambar oleh pemuda itu ternyata gadis berbaju perak itupun menjatuhkan diri kedalam pelukannya malah kemudian ia balas merangkul pemuda itu dan menempelkan bibirnya yang mungil itu keatas bibir Gak Lam-kun.
Ketika empat lembar bibir saling menempel dan berciuman, tubuh mereka berdua sama-sama bergetar keras.
Membutuhkan… membutuhkan… tiba-tiba muncul suatu kebutuhan mendadak dalam hati mereka berdua.
Sambil memejamkan matanya, kata nona berbaju merah itu.
“Barang siapa mendapatkan Lencana pembunuh naga dia harus menjadi suami istri, ini sudah ditakdirkan semenjak dulu. Ketahuilah bunga bwe merah yang kalian makan itu adalah Yen yang bwe (bunga bwe perjodohan), jika birahi yang merangsang ditubuh kalian tidak disalurkan, maka darah dalam tubuh kalian akan meledak yang mengakibatkan kematian secara mengerikan!”
Kata-kata tersebut diucapkan dengan nada wajar, seakan-akan hal mana sudah pasti akan terjadi.
Namun kata-kata terakhirnya itu sudah tidak terdengar lagi oleh Gak Lam-kun maupun gadis berbaju perak itu, mereka hanya merasakan pergolakan napsu birahi yang sangat hebat didalam hatinya, membuat siapapun tak sanggup mempertahankan diri.
Api birahi telah berkobar dalam dada Gak Lam-kun, tiba-tiba ia berbisik lirih.
“Adikku sayang, aku ingin…”
“Ehmm… aku… akupun ingin…” sahut nona berbaju perak itu lirih.
“Bersediakah kau serahkan kesucianmu kepadaku!” bisik Gak Lam-kun lagi dengan kesadaran makin punah.
Kesadaran si nona berbaju perakpun sudah makin pudar, dengan suara merayu sahutnya, “Pintu kesucian telah lama menanti kedatangan kekasih, ooh engkoh Kun… cepatlah labuhkan sampanmu dalam dermagaku…”
Dengan gerakan yang cepat, Gak Lam-kun mulai melepaskan pakaiannya satu persatu… dari gaun, baju dalam, sampai celana dalamnya… kemudian membelai, meremas dan merabanya dengan penuh kenikmatan…
Dalam waktu singkat, nona berbaju perak itu telah berada dalam keadaan bugil, tubuh yang putih dan mulus bagaikan salju ternyata memiliki sepasang payudara yang montok dan menggairahkan, pahanya yang setengah terbuka yang memperlihatkan sebuah jalur merah yang menongol keluar disekeliling hutan bakau lebat…
Gak Lam-kun tak sanggup menguasai diri lagi, terutama sesudah menyaksikan belahan ’selokan’ yang merah merekah itu… mendadak ia tanggalkan pula semua pakaiannya lalu menubruk keatas tubuh gadis itu, menindihnya… merabanya… meremas payudaranya… dan sampan pun melabuh dengan tenangnya memasuki dermaga.
Titik-titik merah menghiasi tanah rerumputan nan hijau…
Gak Lam-kun tak sanggup mengendalikan birahinya lagi, ia peluk tubuh gadis berbaju perak itu erat-erat, menggerakkan tubuhnya dengan penuh gairah… matanya terpejam rapat, sementara bibirnya merintih melagukan irama syahdu…
Tampaknya gadis berbaju perakpun tak sanggup mengendalikan kobaran napsu dalam hatinya, dia imbangi gerakan kekasihnya dengan suatu permainan yang menawan hati…
Dengan napas yang memburu, tetesan keringat yang membasahi tubuh serta rintihan kenikmatan menciptakan serangkaian pemandangan yang menawan hati…
Pada saat puncak kenikmatan inilah, mendadak… nona berbaju merah yang berdiri kaku itu jatuh keatas tanah dengan memperdengarkan suara keras.
Menyusul kemudian gadis berbaju perak dan Gak Lam-kun tergetar keras tubuhnya, dengan cepat mereka tersadar kembali dari pengaruh birahi masing-masing…
Nasi telah menjadi bubur, sampanpun telah berlabuh didermaga, sepasang muda mudi itu hanya bisa saling berpandangan dengan mata terbelalak dan muka terheran-heran…
Akhirnya meledaklah isak tangis yang memilukan hati dari nona berbaju perak itu.
Ini semua membuat Gak Lam-kun merasa pikirannya makin kalut, ia merasa makin bersedih hati.
Isak tangis gadis berbaju perak itu sungguh memedihkan hati, ia merasa tidak seharusnya keperawanannya hilang dengan begitu saja, atau paling tidak, ia harus dilamar lebih dahulu secara resmi sebelum mempersembahkan kesucian tubuhnya kepada anak muda tersebut.
Dengan isak tangis yang tertahan, diapun berbisik, “Engkoh Kun, sejak kini tubuhku sudah menjadi milikmu…!”
Gak Lam-kun merasa hatinya sakit sekali bagaikan diiris-iris dengan pisau, diam-diam ia memaki diri sendiri, “Gak Lam-kun wahai Gak Lam-kun… kau telah merusak keperawanan Ji Cin peng, sekarang merusak pula keperawanan gadis ini, begitu tegakah hatimu untuk melakukan kesemuanya itu? Ingatlah, Ji Cin peng mati lantaran kau.”
Dengan pikiran yang kalut, ia lantas mengangguk berulangkali.
“Aku tahu, aku dapat menjaga dirimu baik-baik!”
“Apakah kau hanya akan menjaga diriku saja?” tanya si nona berbaju perak itu dengan wajah tak senang.
Tercekat hati Gak Lam-kun.
“Tidak!” buru-buru sahutnya, “aku dapat mencintaimu sedalam-dalamnya…!”
Setelah nasi sudah menjadi bubur, apalagi yang bisa dia lakukan kecuali mengakui kenyataan tersebut?
“Semoga saja kau dapat berbuat demikian!” kata nona berbaju perak itu dengan sedih.
Tiba-tiba terdengar Gak Lam-kun menjerit kaget.
“Haah…! Kau telah berubah!”
Betul, paras muka nona berbaju perak itu mulai terjadi suatu perubahan besar.
Ia berubah menjadi jauh lebih cantik daripada semula, cantiknya seperti sekuntum bunga mawar, berlipat-lipat kali lebih indah dan ayu daripada dahulu.
Ada satu hal lagi yang membuat Gak Lam-kun merasa tidak habis mengerti, yaitu raut wajah gadis berbaju perak itu makin lama berubah semakin mirip dengan wajah gadis berbaju merah itu, hakekatnya bagaikan pinang dibelah dua saja.
(Tentang mengapa bisa demikian, hingga kinipun kejadian tersebut masih berada dalam penyelidikan para ahli).
Nona berbaju perak itu meraba pipinya sendiri dengan penuh rasa tak percaya katanya.
“Benarkah aku telah berubah?”
Ia mengira wajahnya telah berubah menjadi jelek, sehingga timbul rasa sedih dalam hatinya.
“Kau berubah lebih cantik!” kata Gak Lam-kun lagi dengan penuh rasa kagum.
Mereka berdua segera tertawa, tertawa yang muncul dari dasar hati masing-masing kemudian saling berpelukan dengan penuh kemesraan.
OOOOfJOOOO
OOO0O 100 000000000
Seperempat jam sudah lewat…
Seperempat jam kembali lewat…
Tiga perempat jam sudah berlalu dengan lambat.
Sudah hampir tiga jam lamanya Ji Cin peng menunggu diluar istana api.
Wajah yang murung dan sedih kian bertambah kesal, akhirnya titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya.
“Tak usah ditunggu lagi” bisiknya, “sudah pasti Gak Lam-kun telah habis riwayatnya.”
“Tidak!” kata Ji Kiu liong sambil menggoyangkan tangannya berulangkali, “toako ku tak nanti akan mati!”
Pelan-pelan Ji Cin peng menggelengkan kepalanya.
“Tenaga manusia ada batasnya, siapakah dapat melawan kobaran api dalam istana tersebut? Adik Liong mari kita masuk!” katanya.
Seraya berkata, dengan langkah lebar dia masuk kedalam istana api tersebut.
Pada saat ini, tiga malaikat dari wilayah See ih sudah tak berani menghalangi mereka lagi, terpaksa ketiga orang jago tersebut menyingkir kesamping untuk memberi jalan lewat bagi Ji Cin peng.
“Buncu!” buru-buru si nenek berambut putih dari perguruan panah bercinta membentak, “kobaran api didalam sana amat besar dan kuat, jika kau kesitu maka akan musnah jiwamu!”
Ji Cin peng segera berpaling dan tertawa sedih.
“Apakah aku harus berpeluk tangan belaka” katanya.
Dengan sedih nenek berambut putih itu berkata.
“Aku tahu akan kesedihan yang mencekam hatimu, tapi perbuatan ini bukan perbuatan yang bisa dilakukan dengan keberanian belaka, siapa yang sanggup melawan api alam yang panas? Jika kau pergi seorang diri, itu sama pula artinya dengan membawa perguruan panah bercinta menuju kejurang kehancuran…”
“Baik!” kata Ji Cin peng kemudian sambil bertepuk tangan, “mari kita pergi bersama!”
Ucapannya amat tegas sekali, kemudian dengan air mata bercucuran ia berjalan kearah luar.
Tiba-tiba Ji Kiu liong berteriak keras, “Kalian berangkatlah lebih dulu aku akan menunggu sehari semalam lagi disini, jika toako belum juga keluar aku baru akan pergi mencari kalian lagi…”
Hubungan batinnya dengan Gak Lam-kun memang mendalam sekali, ia merasa berat hati untuk meninggalkan tempat itu.
Ji Cin peng manggut-manggut.
“Bagus sekali, kalau begitu akan kutunggu kedatanganmu didepan sana…!” katanya.
Para jago dari perguruan panah bercinta telah berlalu, Ji Cin peng dengan membawa hatinya yang hancur pun terpaksa harus pergi dari situ untuk menyelesaikan lebih dulu tugasnya yang belum selesai, tapi tak bisa dibayangkan betapa sedih dan menderitanya gadis itu…
ooooOoooo
ooooOoooo ooooOoooo
Dari kejauhan sana terdengar bunyi gema lonceng yang pelan, seakan-akan menyambut datangnya kesedihan bagi setiap manusia didunia ini…
Mendadak kilat menyambar-nyambar, diikuti suara gemuruhnya guntur membelah angkasa hujan turun dengan amat derasnya.
Diantara kilat yang menyambar-nyambar tiba-tiba tampaklah dua sosok bayangan manusia sedang berlarian ditengah hujan yang amat deras.
Karena apa kedua orang itu melakukan perjalanan ditengah badai hujan begini? Dilihat dari langkah mereka yang tergesa-gesa dapat diketahui bahwa suatu peristiwa besar tentu telah terjadi disana.
ooooOoooo
Sambil membuat air hujan yang bercampur dengan peluh, Kiu wi hou (rase berekor sembilan) Kongsun po dari bukit Hoa san berkata, “Saudara Say, percayakah kau dengan kejadian tersebut?”
Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say khi pit segera tertawa seram.
“Tidak percaya pun juga apa boleh buat” jawabnya, “bukankah kita sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri atas kemunculan Tok liong cuncu? Dulu Gak Lam-kun yang menyamar sebagai Tok liong Cuncu, tapi sekarang… siapa pula yang menyamar?”
Kongsun Po tertawa dingin, katanya, “Menurut pendapatmu, mungkinkah Tok liong Cuncu mempunyai seorang murid lagi…”
“Tidak mungkin, tidak mungkin, selamanya perguruan Tok liong pay tak pernah mempunyai murid rangkap…” sahut Giok bin sin ang Say Khi pit dari bukit Siau ngo tay sambil gelengkan kepalanya berulangkali.
Sebetulnya kedua orang itu masih berminat untuk mengincar Lencana pembunuh naga, tapi sejak mendengar kabar tentang munculnya Tok liong Cuncu, setelah melakukan penyelidikan secara diam-diam, masing-masing segera kabur karena ketakutan, tapi sekarang mereka muncul kembali disana.
Kiu wi hou (si rase berekor sembilan) Kongsun Po terkekeh-kekeh dengan seramnya.
“Heeehh… heeehh… heeehh… perduli amat apakah Tok liong Cuncu asli atau palsu, hari ini kita harus mencarinya sampai ketemu…”
Mendengar perkataan itu Kakek sakti berwajah pualam Say Khi phit segera tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh… haaahh… haaahh… tentu saja, tentu saja jika hari ini kita tak dapat membuktikannya mungkin hati kita semua menjadi tak tenang, sekalipun Yan Lo-sat (perempuan iblis cantik) Hong Im sendiripun tak akan merasa lega…”
“Benar, benar sekali” sambung Kongsun Po lagi sambil tertawa, “sehari Tok liong Cuncu belum dilenyapkan dari muka bumi, berarti sehari pula kehidupan kita harus dilewatkan dengan hati tak tenang, cuma… walaupun hari ini kita akan dibantu oleh Yan Lo-sat, bagaimanapun juga harus lebih berhati-hati…”
Say Khi pit tertawa terbahak-bahak.
“Kedatangan nona Hong im kali ini meski diluaran seperti hendak menyelidiki jejak Tok liong Cuncu, agaknya diam-diam bukan itu tujuan kedatangannya, agaknya dia datang dengan membawa suatu rencana tertentu…”
Kongsun Po menjadi tertegun.
“Darimana kau bisa tahu?” tanyanya.
Say Khi pit segera tertawa dingin.
“Mungkin persoalan ini dapat mengelabuhi orang lain, tapi jangan harap bisa mengelabuhi diriku..”
Mendadak…
Dari balik hujan yang deras muncul sesosok bayangan manusia yang segera menghadang jalan pergi kedua orang itu.
Dalam lamat-lamatnya cuaca, sulit bagi kedua orang itu untuk melihat jelas paras muka lawan, mereka hanya merasa bahwa orang itu adalah sesosok bayangan hitam yang tinggi besar.
Dengan perasaan terkesiap, Say Khi pit segera membentak, “Siapa disitu?”
Orang itu segera tertawa terbahak-bahak.
“Haahh… haahh… haahh… pokoknya bukan Tok liong Cuncu..! Jangan kuatir?” jawabnya latah.
Diam-diam Kongsun Po terkesiap.
“Apakah kau adalah sekomplotan dengan mereka…”
“Heehmm… Lui sim cian masih bukan terhitung manusia semacam itu?” jawab orang itu seraya mendengus.
Orang itu bukan lain adalah Jit poh lui sim ciam (panah inti geledek yang mencabut nyawa dalam tujuh langkah) Lui Seng thian adanya.
Pelan-pelan ia berjalan menghampiri kedua tokoh persilatan itu.
Lega hati Say Khi pit setelah mengetahui siapa yang datang, ia tertawa terbahak-bahak.
“Haahh… haahh… haahh… saudara Lui, kau menunggu kedatangan kami ditengah hujan deras, tolong tanya ada urusan apa?”
Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian kembali tertawa seram.
“Kalian berdua melakukan perjalanan sendiri ditengah bukit yang gersang apakah tidak merasa bahwa tindakanmu itu terlalu berbahaya?”
Begitu ucapan tersebut diutarakan seketika itu juga dua orang jago lihay tersebut menjadi amat terperanjat, tanpa sadar masing-masing mundur selangkah kebelakang.
Kongsun Po memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya, “Saudara Lui kau bukan sedang bergurau bukan?”
Lui Seng thian segera mendengus dingin.
“Hmmm! Tanggung aku bukan lagi beromong besar untuk menakut-nakuti kalian dewasa ini pihak perguruan panah bercinta, pihak Thi eng pang dan See thian san tidak melakukan pergerakan apa-apa, menunggu dengan tenang… haahh… haahh… saudara berdua, coba kalian berpikirlah sendiri”
Sengaja ia menghentikan perkataannya itu dan tidak melanjutkan kembali, hal ini membuat Say Khi pit dan Kongsun Po menjadi tak sabar untuk menanti, diam-diam mereka gemas akan kekejaman orang.
Buru-buru Kongsun Po tertawa lalu katanya, “Saudara Lui, buat apa kau berlagak tuli dan bisu? Bicaralah yang jelas dan terang!”
Lui Seng thian tertawa bangga, katanya, “Kalian berdua sama-sama terhitung seorang tokoh persilatan, apakah kau sama sekali tak tahu akan peristiwa yang telah terjadi belakangan ini”
Kongsun Po serta Say Khi pit segera gelengkan kepalanya berulangkali, mereka termangu dan merasa tidak habis mengerti.
Lui Seng thian segera tertawa seram ujarnya, “Konon Gak Lam-kun serta Thian san soat li telah masuk kedalam istana api…”
Mendengar kabar itu, Say Khi pit kontan saja membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar.
“Apakah mereka telah berhasil menemukan ruang rahasia penjagal naga…?”
“Seperti yang kau duga, kemungkinan besar ruang rahasia pembunuh naga itu telah mereka temukan…”
Kongsun Po menjadi cemas sekali, buru-buru katanya pula, “Saudara Lui, tahukah kau benda-benda apa saja yang terdapat dalam ruangan itu?”
Sengaja Lui Seng thian gelengkan kepalanya berulangkali.
“Aku sendiri juga kurang begitu jelas, konon dalam ruang rahasia pembunuh naga terdapat dua tiga macam benda mustika yang sangat langka didunia ini, siapa yang berhasil menemukannya, dia akan menjadi seorang jago persilatan yang tiada taranya didunia ini…”
Kata-kata yang diucapkan dengan serius melukiskan seakan-akan peristiwa itu sebagai benar-benar telah terjadi.
Say Khi pit segera bertepuk tangan, teriaknya, “Kalau begitu kita harus pergi menyaksikannya”
Diam-diam Lui Seng thian merasa girang, ujarnya.
“Jika kalian berdua mau bekerja sama dengan lohu, dalam perebutan mestika diruang rahasia pembunuh naga nanti, mungkin saja masih ada beberapa bagian harapan…”
Kongsun Po tertawa seram, “Heeehh… heeehhh… heeehh… rupanya kau sedang mengajak kami untuk berkomplotan”
Lui Seng thian tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh… haaahhh… haaahhh mungkin saja lohu memang berhasrat untuk berbuat demikian, tapi sepenuhnya juga demi kalian berdua.”
“Karena kami berdua” tanya Say Khi pit agak tertegun.
“Betul, coba kalian bayangkan, andaikata kita berhasil mendapatkan barang-barang itu maka dunia persilatan sudah tidak terdapat seorang manusiapun yang bisa menandingi kita, sedangkan kalian berduapun tak usah takut lagi kepada Tok liong Cuncu!”
Setelah berhenti sejenak katanya lebih jauh.
“Adapun tindakan lohu untuk mengajak kalian berkomplot adalah atas dasar dua alasan, pertama kekuatan lohu seorang tidak cukup, belum mungkin bagiku untuk bertarung melawan pihak Thi eng pang dan perguruan panah bercinta, kedua karena tahun belakangan ini nasibku kurang mujur, lohu ingin sekali mengajak kalian berdua untuk bersama-sama melakukan suatu usaha besar”
Haruslah diketahui, mereka bertiga semuanya merupakan gembong-gembong iblis yang tiada taranya dalam dunia persilatan, meskipun diluaran kata-katanya merdu dan enak didengar, padahal secara diam-diam mereka sedang saling beradu kecerdasan.
Kongsun Po segera tertawa terbahak-bahak.
“Haaahhh… haaahhh… haaahhh… bagus sekali kalau begitu, kita tetapkan demikian saja!” katanya.
“Lohupun tidak punya usul lain?” sambung Say Khi pit dengan suara menyeramkan.
Dengan mempunyai tujuan sendiri-sendiri, sudah barang tentu mereka bersepakat untuk berkomplot.
Sambil tertawa dingin Lui Seng thian lantas berkata, “Seandainya kerja sama ini bisa berhasil, maka dunia akan menjadi milik kita bertiga!”
“Besar amat kata-kata kalian itu!” mendadak seseorang berseru sambil tertawa ringan.
Ucapan yang muncul secara tiba-tiba itu membuat ketiga orang jago tersebut menjadi tertegun, mereka tidak menyangka kalau masih ada orang yang bersembunyi disisi mereka bertiga, mendengar ucapan itu, dengan perasaan terperanjat serentak mereka memencarkan diri dan menubruk kearah tiga arah yang berlainan.
Tapi tak seorang manusiapun yang tampak disitu, merekapun tidak berhasil mengetahui sumber datangnya ucapan itu.
Dengan gusar Lui Seng thian membentak, “Kiranya hanya manusia bangsa tikus yang tak berani bertemu dengan manusia!”
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan, mendadak orang yang bersembunyi dibalik kegelapan itu tertawa dingin.
“Anjing bermata buta yang tak tahu diri!”
Mengikuti ucapan tersebut dari tengah udara melayang datang seorang perempuan yang cantik jelita.
Menyaksikan kemunculan perempuan tersebut, kontan saja sekujur tubuh Say Khi pit gemetar keras.
“Nona Hong im…!” bisiknya.
Orang itu memang tak lain adalah Yan Lo-sat (iblis perempuan berwajah cantik).
Dengan wajah sedingin es Yan Lo-sat mendengus dingin, kemudian tubuhnya bergerak maju kedepan.
“Siapakah kalian berdua? Kenapa begitu takabur dan tak tahu diri?” tegurnya dengan suara dingin.
Buru-buru Kongsun Po maju kedepan seraya berkata.
“Kita semua adalah orang sendiri, nona Hong harap kau jangan marah-marah dulu”
Yan Lo-sat mengerling sekejap kearahnya kemudian mengejek, “Siapa yang sudi menjadi orang sendiri denganmu!”
Tiba-tiba Kongsun Po merasa dibalik perkataannya ada penyakit tak kuasa lagi merah padam wajahnya, ia menjadi tersipu-sipu.
“Nona, kenapa kau musti gusar?” katanya sambil tertawa jengah.
Dari ucapannya itu dapat ditangkap betapa jeri dan takutnya jago ini terhadap perempuan tersebut, membuat Lui Seng thian yang menyaksikan kejadian itu merasa tidak habis mengerti.
Ketika dilihatnya semua ucapan yang diutarakan perempuan itu amat menyudutkan orang, Lui Seng thian menjadi naik pitam sambil tertawa seram katanya.
“Siapa kau?”
Yan Lo-sat Hong Im mendengus dingin.
“Hmm! Kalau cuma nyonya besar saja tidak kenal buat apa kau melakukan perjalanan dalam dunia persilatan?” serunya.
Ucapan tersebut semakin menggusarkan Lui Seng thian ia segera membentak, “Rupanya kau ingin mampus!”
Wees…! Sepasang tinjunya segera diayunkan kedepan melancarkan serangkaian pukulan berantai.
Hong Im segera tertawa sinis.
“Hmm… tampaknya masih terhitung hebat juga tenaga pukulan itu…!” ejeknya.
Dengan suatu gerakan yang enteng ia mengegos kesamping, kemudian dengan gesitnya meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Dari kejauhan telapak tangannya diayunkan kedepan, segulung angin pukulan yang sangat kuat bagaikan hembusan angin puyuh dengan cepat meluncur kedepan.
Terkesiap Lui Seng thian menghadapi serangan itu, pikirnya, “Waah… agaknya perempuan ini mempunyai ilmu simpanan yang mengerikan hati!”
Dengan cepat ia berkelit pula kesamping lalu sepasang telapak tangannya diayunkan kembali kedepan.
“Blaam…!” suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan.
Tubuh Lui Seng thian segera tergetar mundur sejauh puluhan langkah lebih, dadanya naik turun, napasnya tersengal-sengal, hampir saja ia muntahkan darah segar…
Sebaliknya Yan Lo-sat Hong Im cuma tergetar sedikit tubuhnya, dari keadaan tesebut dapat diketahui bahwa tenaga kekuatan yang dimiliki Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan gadis tersebut.
Buru-buru Say Khi pit maju kedepan sambil melerai, katanya sambil tertawa.
“Kita semua adalah orang sendiri, harap kalian berdua jangan menganggap sungguh-sungguh pertarungan ini…”
Cepat Yan Lo-sat Hong Im mendorongnya kebelakang, katanya, “Jika manusia atau semacam ini tidak diberi sedikit pelajaran, dia tentu tak akan tahu tingginya langit dan tebalnya bumi…”
Tiba-tiba Lui Seng thian mendongakkan kepalanya dan tertawa seram…
Selama setengah abad melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, belum pernah dia mengalami kejadian seperti hari ini, bukan saja dipermainkan seorang perempuan bahkan dihina, diejek dan dicemooh.
“Baik.” katanya kemudian sambil tertawa seram, “lohu akan beradu jiwa denganmu!”
Paras mukanya segera berubah menjadi serius, senyuman yang semula menghiasi wajahnya kontan saja lenyap tak berbekas.
Segenap tenaga dalam yang dimilikinya dihimpun menjadi satu dengan berdiri tegak bagaikan pagoda, ia memang kelihatan lebih berwibawa dan gagah.
Yan Lo-sat agak tercekat juga menyaksikan sikap tenang lawan, pikirnya.
“Sungguh tak kusangka sewaktu tertawa maupun marah, ia masih dapat menjaga ketenangan hatinya, dilihat dari sikap tenangnya yang begitu mantap, rasanya sulit untuk menemukan beberapa orang yang bisa menandinginya dalam dunia persilatan…”
Meskipun dalam hati ia merasa tercekat, namun paras mukanya masih tetap seperti sedia kala, katanya dengan dingin.
“Dalam dua puluh gebrakan, kau pasti akan menderita kekalahan total ditanganku!”
Siapa tahu bukan menjadi marah, Lui Seng thian malahan tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh… haaahh… haaahh… benarkah?”
Sikapnya ini sebaliknya malah mendatangkan perasaan makin tercekat dalam hati Yan Lo-sat Hong Im, dalam anggapannya Lui Seng thian pasti akan menjadi gusar setelah dihina olehnya, siapa tahu dia malahan sanggup untuk mempertahankan diri.
Dengan perasaan tercekat segera katanya, “Aku akan mengalah tiga jurus kepadamu, nah sekarang silahkan turun tangan lebih dulu!”
Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang santai dan pelan, dari wajahnya juga tidak menemukan rasa kaget atau takut, malahan terlintas selapis hawa dingin yang tawar, seakan-akan sama sekali tidak memandang sebelah matapun kepadanya.
Lui Seng thian tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh… haaahh… haaahh… daripada menolak lebih baik aku menurut saja, maaf kalau lohu akan turun tangan lebih dahulu…”
Tiba-tiba tubuhnya bergerak maju kedepan telapak tangan kanan dan kirinya secepat kilat menghajar jalan darah Ki sou hiat ditubuh Hong Im.
“Sebuah jurus Kim tui ki see (palu emas menghantam barat) yang sangat bagus!” puji Yan Lo-sat sambil berkelit kesamping.
Gaya tubuhnya sangat indah tampaknya seakan-akan tidak menggunakan tenaga barang sedikitpun ini membuat Say Khi pit dan Kongsun Po yang berada disisi kalangan merasa makin takluk diam-diam mereka bersorak memuji didalam hati.
Gagal dengan serangannya, Lui Seng thian segera berubah jurus, tubuhnya berputar kencang kemudian dari jurus Siau ci tham lam (sambil tertawa menuding langit selatan) dia merubahnya menjadi jurus Muk ku ceng ciong (tambur senja lonceng pagi) serta San tian lui beng (lari secepat sambaran kilat).
Ketiga jurus serangannya itu hampir boleh dibilang dilancarkan pada saat yang bersamaan.
Diam-diam terkesiap juga Hong Im menghadapi serangan lawan itu, serunya tertahan, “Ooh… rupanya ada simpanan juga!”
Dengan kecepatan tinggi telapak tangannya dibalik, kemudian ia melepaskan sebuah tendangan kilat.
Jurus serangan ini digunakan bukan saja dengan gerakan yang aneh dan sakti, kekuatannya juga luar biasa, membuat Lui Seng thian menjadi termangu-mangu dibuatnya.
Dalam keadaan seperti ini, mau tak mau ia harus menarik kembali serangannya sambil mundur, kalau tidak maka tendangan yang sangat aneh itu akan segera menghajar diatas lambungnya.
Dalam waktu singkat dua orang itu sudah bertarung sekitar dua puluh gebrakan lebih.
Mendadak Hong Im membentak keras, “Enyah kau dari sini!”
“Blaaam…” suatu benturan yang sangat keras berkumandang memecahkan keheningan, tiba-tiba sesosok bayangan manusia terlempar ketengah udara.
Paras muka Lui Seng thian berubah menjadi mengenaskan sekali, noda darah mulai meleleh membasahi bibirnya.
Setelah tertawa pedih, katanya, “Lohu akan beradu jiwa denganmu”
Seusai berkata, dengan suatu gerakan yang cepat dia menerjang kemuka, dengan cepat suasana dalam gelanggangpun mengalami perubahan yang sangat besar.
Terdengar Hong Im menjerit kaget, “Haaah… jit poh lui sim ciam!”
Lui Seng thian segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
“Haaahhh… haaahhh… haaahhh… kau tahu kalau panah ini adalah jit poh lui sim ciam? Sayang segala sesuatunya telah terlambat…!”
Pada saat yang kritis itulah tiba-tiba Kongsun Po melompat kedepan dan menghadang dihadapan Lui Seng thian, ujarnya, “Saudara Lui apakah kau tidak merasa bahwa tindakanmu ini adalah membesar-besarkan suatu persoalan yang kecil?”
Dengan anak panah inti geledek siap ditangan, Lui Seng thian menjawab dengan penuh kebencian, “Aku tak akan memperdulikan hal-hal semacam itu lagi!”
“Apakah kau sudah lupa dengan apa yang kau katakan tadi?” buru-buru kongsun Po berbisik kembali.
Mendengar ucapan tersebut, seperti baru sadar saja dari impian, Lui Seng thian terperanjat, kemudian serunya dengan cepat, “Saudara Say, saudara Kongsun cepat ikuti lohu!”
Seusai berkata, dengan langkah lebar dia bergerak lebih dahulu meninggalkan tempat itu.
Hong Im segera tertawa terkekeh-kekeh, “Heeehhh… heeehhh… heeehhh… aku sudah tahu kalau dia tak akan membidik diriku!”
Say Khi pit segera tertawa, umpaknya, “Sekalipun anak panah Jit poh lui sim ciam sudah dibidikkan juga belum tentu bisa melukai seujung rambutmu!”
Sementara itu, Lui Seng thian yang menyaksikan Kongsun Po, serta Say Khi pit belum juga mengikuti dari belakang, tanpa terasa segera berpaling sambil menegur.
“Saudara Say, saudara Kongsun, kalau kalian berdua enggan untuk berkomplot dengan lohu, maka kita batalkan saja pembicaraan tadi sampai disini saja”
Say Khi pit segera tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh… haaahhh… haaaahhh… harap saudara Lui jangan banyak curiga, lohu segera akan mengikuti dirimu!”
Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian kembali mendengus dingin, kemudian melanjutkan kembali perjalanannya.
Yan Lo-sat Hong Im tiba-tiba bertanya dengan suara dingin, “Sudahkah Tok liong cuncu munculkan diri.”
“Belum!” Kongsun Po segera menggelengkan kepalanya berulangkali.
Yan Lo-sat Hong Im menghela napas panjang, bisiknya kemudian, “Semoga saja malam nanti kita bisa berjumpa kembali…!”
Berbicara sampai disitu dia menghela napas dan mendongakkan kepalanya memandang awan diangkasa, untuk sesaat lamanya dia hanya termangu-mangu belaka terbuai lamunan.
Lama, lama sekali, dia baru menarik kembali lamunannya seraya berkata.
“Secara garis besarnya aku telah melakukan peninjauan kearah pulau ini, memang tempat tersebut merupakan sebuah tempat yang sangat misterius…”
Say Khi pit menjadi tertegun sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat dia bertanya, “Nona, jangan-jangan kaupun datang untuk mendapatkan Lencana pembunuh naga?”
Sambil menghela napas panjang Hong Im menggelengkan kepala berulangkali.
“Bukan, yang terutama kedatanganku kemari adalah untuk mencari susiokku”
“Susiokmu? Siapa namanya?” tanya Kongsun Po keheranan, Hong Im berpikir sejenak kemudian ia menjawab.
“Hoa ih kim cha (tusuk konde emas berbaju merah)!”
Mendengar nama itu, Say Khi pit tampak sangat terkejut sehingga wajahnya berubah serunya tertahan, “Apakah orang yang disebut sebagai perempuan paling cantik didunia pada enam puluh tahun berselang?”
Hong Im segera mengangguk.
“Yaa, aku selalu curiga kalau dia bersembunyi ditempat ini, tapi hingga detik ini jejaknya belum juga berhasil kutemukan…”
Mendadak…
Dari kejauhan sana berkumandang suara tertawa panjang yang memekikkan telinga, menyusul kemudian tampak sesosok bayangan putih berkelebat lewat dan lenyap kembali dalam waktu singkat.
Paras muka Hong Im segera berubah sangat hebat serunya, “Orang ini sudah sehari semalam menguntil terus dibelakangku sekarang lagi-lagi dia munculkan dirinya, aku harus segera pergi dari tempat ini…”
Sekali berkelebat tubuhnya sudah berada puluhan kaki jauhnya dari tempat semula, kemudian dalam waktu singkat tubuhnya sudah lenyap dibalik kabut dan hujan yang deras.
Dikala Yan Lo-sat sedang berangkat pergi itulah, tiba-tiba dari arah istana api memancar keluar sebuah jalur sinar emas yang amat menyilaukan mata.
Dengan cepat Say Khi pit bergerak maju, serunya.
“Hayo cepat berangkat, kemungkinan besar pertarungan sudah berkobar disana.
Dengan kecepatan seperti anak panah yang terlepas dari busurnya, berangkatlah kedua orang itu menuju kedepan, tak selang beberapa lama kemudian istana api telah berada didepan mata.
Dari kejauhan terlihatlah Thi eng sin siu Oh Bu hong dari perkumpulan Thi eng pang sedang terlibat dalam suatu pertempuran yang amat seru melawan malaikat pedang Siang Ban im dari See ih sam seng.
Ketika Jit poh lui sim ciam menyaksikan bala bantuannya telah tiba, dengan suara lantang dia lantas berseru, “Saudara berdua cepat kemari! Pertunjukkan bagus segera akan dimulai…”
Dengan pandangan mata yang dingin dan sinis Si Tiong pek memandang sekejap kesekeliling gelanggang, kemudian jengeknya sambil tertawa dingin, “Oooh… rupanya kalian adalah sekomplotan!”
Kongsun Po tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh… haaahh… haaahh… pertemuan semacam ini sulit dijumpai dalam dunia persilatan sudah barang tentu kami harus manfaatkan kesempatan semacam ini untuk menambah pengetahuan!”
Mendadak terdengar malaikat pedang Siang Ban im membentak nyaring, “Orang she Oh, kau benar-benar sanggup untuk masuk kedalam?”
Oh Bu hong tertawa tergelak.
“Haaahhh… haaahhh… haaahhh… lohu sudah mempunyai cara yang praktis untuk mengendalikan hawa panas didalam, asal kalian ijinkan diriku untuk masuk kedalam, lohu yakin pasti dapat masuk kedalam dengan leluasa”
“Aku tidak percaya kalau didunia ini masih ada orang yang mampu…” bentak malaikat pedang.
Oh Bu hong segera menukas kata-katanya yang belum selesai itu, “Lohu telah berhasil mendapatkan Lam-hay beng cu (mutiara mustika dari laut selatan), kalau tidak percaya silahkan saja menyingkir dari sini”
Selesai berkata dengan langkah lebar dia lantas berjalan masuk kedalam istana api.
Mendadak…
Dari dalam istana api berkumandang suara auman keras yang amat memekikkan telinga…
Mendengar suara pekikan yang mengerikan itu, Si Tiong pek menjadi terperanjat, serunya.
“Suhu, apaksh suara keras itu adalah suara dari naga api yang konon tersiar dalam dunia persilatan.
“Benar!” jawab Oh Bu hong, “kalian cepat pertahankan tempat itu, kemungkinan besar dia akan munculkan dirinya!”
Belum habis perkataan itu diucapkan tiba-tiba dari balik istana api menyembur keluar sebuah jalur api yang membara.
Begitu menyaksikan semburan api itu, See ih samseng cepat-cepat melayang keluar dari tempat itu.
Sedangkan Oh Bu hong segera membentak gusar.
“Lohu akan masuk kedalam!”
Ternyata seperti apa yang dia katakan, ketika semburan api itu menyentuh tubuhnya ternyata tidak menimbulkan kebakaran atas badannya, malahan begitu selesai berkata, badannya segera menyerbu kedalam dan sekejap kemudian sudah lenyap dibalik kobaran api yang membara tersebut.
Mendadak berkumandang jeritan ngeri dari dalam istana api itu…
“Auuuh celaka…!”
Menyusul kemudian tampaklah Oh Bu hong sambil menutupi wajah sendiri kabur keluar dari balik istana…
Dari belakang tubuhnya tampak seekor makhluk raksasa mengikutinya dengan garang, bahkan menerjang kedepan dengan membawa kekuatan yang luar biasa.
“Suhu, cepat mundur!” Si Tiong pek segera berteriak keras.
Tubuhnya bergerak cepat kedepan, buru-buru ia menurunkan perintah begitu komando diturunkan, serentak para jago lihay dari perkumpulan Thi eng pang itu menyambitkan serentetan bintang hitam kearah makhluk raksasa tersebut.
0000O0000
Naga api itu dengan membawa selapis cahaya api yang berkobar-kobar menerjang keluar dari balik liang gua dan menubruk kearah kawanan jago dari Thi eng pang itu dengan garangnya.
“Lepaskan senjata rahasia” bentak Si Tiong pek.
Para jago dari perkumpulan Thi eng pang segera mengayunkan kembali tangannya, berpuluh-puluh titik cahaya bintang sekali lagi meluncur kearah tubuh naga raksasa tersebut.
Cahaya bintang begitu menyambar lewat, suara dentingan nyaring yang memekikkan telingapun berkumandang memecahkan keheningan.
Begitu naga api tersebut menggetarkan tubuhnya senjata-senjata rahasia beracun yang tajam dan kuat itupun serentak rontok keatas tanah.
Melihat kekebalan tubuh naga api tersebut atas senjata rahasia, para jago dari Thi eng pang menjadi amat terperanjat, masing-masing segera mengundurkan diri keluar.
“Weeess…!” segulung kobaran api dahsyat menyembur keluar dari mulut naga api tersebut dan menyapu tubuh kawanan jago yang tak sempat melarikan diri.
“Aduuuh… aduuuh…”
Jeritan-jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan.
Beberapa jago dari Thi eng pang yang terlambat mengundurkan diri dari situ segera tergulung dibalik kobaran api dahsyat itu dan terbakar hangus.
Lidah raksasa dari naga api itu kembali menggulung, dua sosok tubuh yang tergeletak diatas tanah tersebut segera ditelannya kedalam perut.
Menyaksikan peristiwa itu, semua jago makin terkesiap dibuatnya, buru-buru mereka mundur jauh lebih kebelakang.
Ji Cin peng kuatir anak buah perguruan panah bercintanya mengalami nasib yang naas, buru-buru ia membentak.
“Semua anggota perguruan panah bercinta cepat mundur sejauh lima kaki dari sini!”
Terdengar suara ujung baju yang tersampok angin berkumandang memecahkan keheningan, semua anggota perguruan panah bercinta segera meninggalkan gelanggang sejauh lima kaki lebih.
Mendadak Oh Bu hong membentak keras, “Pek ji, lindungi aku, aku hendak membunuh naga untuk diambil empedunya!”
Haruslah diketahui bahwa Oh Bu hong sudah lama tahu jika dalam istana api terdapat seekor naga raksasa yang berusia sepuluh laksa tahun karena setiap hari menghirup sari api sebagai bahan makanannya, ia telah membentuk sebutir mustika Lei hwe po wan didalam tubuhnya.
Konon menurut cerita dongeng, barangsiapa dapat menelan pil Lei hwe po wan tersebut, bukan saja dapat menyembuhkan luka beracun, dapat pula menambah usia seseorang selain itu masih ada khasiat lain yang lebih berharga lagi, yakni bisa membuat tenaga dalam yang dimiliki seorang jago silat menjadi enam puluh tahun hasil latihan lebih hebat.
Hanya saja, pil Lei hwe po wan tidak mudah diperoleh, apalagi naga raksasa berusia sepuluh laksa tahunpun merupakan makhluk yang langka dalam dunia persilatan, jangankan memang jarang dijumpai didunia ini orang yang mengetahui akan hal inipun jarang sekali.
Sejak Thi eng sin siu Oh Bu hong menyaksikan munculnya naga tersebut, diam-diam ia sudah merasa amat girang, pikirnya, “Orang mengatakan rahasia mestika Lencana pembunuh naga adalah mestika yang paling hebat didunia ini, darimana mereka tahu jika pil mestika Lei hwe po wan justru merupakan benda mestika yang lebih berharga lagi didunia ini? Sekalipun rahasia mestika Lencana pembunuh naga gagal didapatkan, asal bisa mendapatkan pil mestika dari naga api inipun masih tidak terhitung sia-sia perjalananku kali ini!”