Ditengah keheningan malam yang mencekam, tiba-tiba berkumandang suara petikan khim yang amat merdu.
Dentingan khim yang merdu itu segera menyadarkan kembali Gak Lam-kun dan Ji Cin peng dari lamunannya, cepat mereka alihkan pandangannya kearah mana berasalnya suara itu.
Tapi apa yang kemudian terlihat membuat mereka merasakan hatinya bergetar keras.
Gak Lam-kun segera menyumpah dengan suara lirih, “Budak sialan, rupanya kau bersembunyi disini!”
Ditengah sebuah tebing bukit yang sunyi dan dibawah sinar rembulan yang cerah, tampak seorang gadis berbaju perak berdiri angker disitu, dihadapan gadis tadi berdiri pula puluhan orang manusia.
Waktu itu gadis berbaju perak tersebut sedang memainkan khimnya dengan membawakan sebuah lagu yang merdu, irama tersebut amat merdu dan nyaring membuat puluhan orang jago yang berada dihadapannya berdiri termangu-mangu.
Tentu saja orang-orang itu bukan terkesima karena mendengarkan permainan khimnya yang merdu, sebaliknya justru orang-orang itu terpengaruh oleh daya iblis dari irama khim gadis baju perak itu hingga terpesona dan tidak sadar.
Diantara puluhan orang tersebut ada empat orang diantaranya yang duduk bersila, mereka adalah Jit poh toan hun (tujuh langkah pemutus nyawa) Kwik To dari perguruan panah bercinta, Tam ciang ceng kan kun (telapak tangan tunggal penggetar jagad) Siangkoan It, Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say Khi pit dan Kiu wi hou (rase berekor sembilan) Kongsun Po.
Diantara gerombolan manusia itu ada pula delapan belas orang manusia baju putih yang kurus kecil dengan busur ditangan anak panah sudah siap dibidikkan cuma wajah mereka kini kelihatan aneh sekali.
Tak usah dipikirpun Ji Cin peng dan Gak Lam-kun sudah tahu bahwa gadis berbaju perak itu tentu sudah terkepung disitu, maka diapun mainkan irama khim untuk mempengaruhi mereka.
Tapi anehnya See ih kiam seng Siang Bong im yang bertugas melindungi gadis berbaju perak itu entah telah kemana, padahal darimana mereka tahu kalau sekeliling tanah perbukitan itu sesungguhnya telah dikepung oleh kawanan jago lihay, akan tetapi berhubung mereka kuatir dipengaruhi oleh irama khim yang maha dahsyat tersebut maka orang-orang itu pada menyingkir semua sambil menunggu kesempatan baik untuk turun tangan.
Gak Lam-kun berpaling kearah Ji Cin peng lalu katanya, “Nona Bwe, irama khimnya amat jahat dan lihay sekali, lebih baik kau berdiam disini saja, aku akan kesana untuk menengok keadaan sebentar.”
“Apakah kau sanggup menghadapi pengaruh dari irama khim yang membetot sukma itu?”
Gak Lam-kun segera tersenyum.
“Meskipun irama khimnya sangat lihay tapi suhu telah mewariskan kepandaian melawan pengaruh irama iblis kepadaku”
“Tapi tenaga dalam yang kau miliki sekarang telah punah sama sekali” kata Ji Cin peng lagi dengan dahi berkerut.
Setelah mendengar perkataan itu, Gak Lam-kun baru tahu kalau tenaga dalam yang dimilikinya telah punah sama sekali, sudah barang tentu sulit baginya untuk melawan pengaruh irama tersebut.
Haruslah diketahui, irama khim yang berkumandang diudara sekarang adalah suatu pancaran irama yang disalurkan dengan pengerahan tenaga dalam yang sempurna, sekalipun Gak Lam-kun mengetahui cara untuk menghadapinya, tapi setelah tenaga dalamnya buyar sekarang, ia tak sanggup lagi untuk mengerahkan tenaganya untuk melawan pengaruh irama musik itu….
Gak Lam-kun tertawa lebar, katanya dengan cepat, “Walaupun tenaga dalamku telah buyar tapi suhuku telah mewariskan suatu kepandaian istimewa kepadaku, jadi tanpa tenaga dalampun aku sanggup untuk melawan irama tersebut.
Padahal Gak Lam-kun sengaja mengucapkan kata-kata itu dengan tujuan membohonginya sebab ia tahu tak nanti gadis tersebut mengijinkan dirinya pergi dari situ.
Selama beberapa hari ini, sudah dua kali Ji Cin peng memeriksa denyutan nadi Gak Lam-kun dan mengetahui bahwa denyutan nadinya telah putus tapi setiap kali pula pemuda itu dapat sadar kembali secara aneh.
Oleh karena itu ia menjadi setengah percaya setengah tidak sesudah mendengar perkataan itu, ujarnya setelah berseru tertahan, “Baiklah! Kalau begitu marilah kutemani dirimu kesitu”
Melihat tekad sang gadis, Gak Lam-kun menghela napas panjang.
“Nona Bwe!” katanya, “Budi kebaikanmu tak akan kulupakan untuk selamanya, tapi kau….”
“Jangan kuatir” tukas Ji Cin peng dengan sedih, kecuali dia mainkan irama Kiu hian tay boan yok sin im, aku percaya masih sanggup untuk mempertahankan diri”
Sekalipun Gak Lam-kun tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki Ji Cin peng amat tinggi, tapi ia tidak percaya kalau dalam dunia dewasa ini masih ada orang lain yang mampu melawan pengaruh iblis dari permainan khim Sot san thian li.
Padahal darimana dia tahu dimasa dulu Yo Long dan Lam hay sin ni sesungguhnya adalah sepasang kekasih tidak mungkin kalau Yo Long tidak mewariskan kepandaian menahan pengaruh irama sakti itu kepada Lam hay sin ni.
Sementara Gak Lam-kun telah menghela napas sedih dengan langkah lebar ia meneruskan perjalanannya kedepan.
Ji Cin peng dengan sikap yang amat santai mengikuti dibelakang Gak Lam-kun mula-mula anak muda itu masih kuatir, tapi setelah dua kali berpaling dan tidak menemukan gejala aneh atas dirinya, iapun mulai merasa lega hati.
Tapi, pada saat itu pula mendadak Gak Lam-kun merasa keheranan ternyata dia sendiripun sanggup bertahan terhadap pengaruh irama iblis itu bukankah tenaga dalamnya telah punah? Yang lebih aneh lagi peredaran darah didalam tubuhnya menjadi tegang, sekujur tubuhnya terasa makin enteng seperti melayang diudara.
Dalam keadaan seperti ini tak sempat lagi baginya untuk mencari sebab musababnya dia hanya menganggap kejadian itu merupakan suatu kejadian aneh.
Sementara itu paras muka gadis berbaju perakpun rada berubah ketika menyaksikan Gak Lam-kun dan Ji Cin peng muncul disitu.
“Cring!” ia segera menghentikan permainan khimnya.
Selapis hawa dingin menyelimuti wajah Gak Lam-kun, dengan sinar mata memancarkan hawa amarah ditatapnya gadis itu lekat-lekat.
Gadis berbaju perak itu segera tersenyum katanya, “Eeeeh…. kenapa kau musti bersikap begitu galak kepadaku?”
Senyumannya itu jauh berbeda dengan manusia biasa, tapi persis seperti senyuman gadis cantik diatas Lencana pembunuh naga itu, bukan cuma indah saja bahkan seperti mengandung suatu kekuatan yang dapat membetot sukma, hal mana membuat Gak Lam-kun merasakan kepalanya seperti kosong dan hampa.
00000O00000
Hanya sebentar Gak Lam-kun berdiri kehilangan semangat, dengan cepat kesadarannya telah pulih kembali seperti sedia kala.
Ji Cin peng sendiri walaupun masih merupakan seorang gadis, tapi diapun dibuat terkesima oleh keindahan senyuman dari gadis berbaju perak itu.
Dengan suara dingin Gak Lam-kun segera menegur.
“Kenapa kau mengingkari janji?”
Gadis berbaju perak itu menggetarkan bibirnya pelan, serentetan suara yang merdu pun segera berkumandang diudara, “Mengingkari janji apa?”
“Kenapa kau menyerahkan kotak kosong kepadaku?” bentak Gak Lam-kun dengan gusarnya.
Paras muka gadis berbaju perak itu segera berubah menjadi serius, senyuman indah menawanpun seketika lenyap tak berbekas.
“Seandainya Lencana mustika itu kuserahkan kepadamu, maka semenjak tadi mustika itu sudah dirampas orang” katanya dengan dingin, “mendingan kalau cuma barangnya saja yang kena dirampas bagaimana kalau sampai selembar nyawamupun ikut melayang? Hmm! Aku bermaksud baik kepadamu kenapa kau malah menuduh aku mengingkari janji?”
“Maksud baik nona biar kuterima dalam hati saja, sekarang harap kau serahkan dengan segera lencana itu kepadaku.”
Gadis berbaju perak itu mengangguk.
“Baik!” katanya kemudian, “kalau memang kau tidak takut dirampas orang, segera kuserahkan mustika itu kepadamu, cuma aku hendak menjelaskannya lebih dulu, seandainya lencana itu sampai terjatuh ketangan orang lain, maka akupun mempunyai hak untuk memperebutkannya”
“Tentu saja kau mempunyai hak untuk ikut memperebutkannya” jengek Gak Lam-kun dingin.
Dari dalam khim antiknya, gadis berbaju perak itu mengambil sebuah lencana berwarna-warni dan diserahkan kepada pemuda itu sambil berkata, “Baik-baiklah lindungi benda ini, jangan sampai ada orang yang merebutnya”
Tapi, sebelum dia masukkan kotak kumala itu kedalam sakunya, tiba-tiba terdengar beberapa kali suara tertawa dingin berkumandang memecahkan keheningan, belum lagi suara tertawa itu sirap, tahu-tahu orangnya sudah berada beberapa depa dihadapannya.
Ji Cin peng segera berpaling kearah mana berasalnya suara itu, ternyata dia adalah Thiat kiam kuncu (laki-laki sejati berpedang baja) Hoa Kok khi serta Kui to (tosu setan) Thian yu Cinjin.
Kedua orang itu berdiri berjajar dengan sekulum senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya.
Menyusul kemudian suara gelak tertawa yang nyaring bagaikan suara genta menggelegar diudara dan menggoncangkan seluruh tanah perbukitan itu, Thi eng sin siu Oh Bu hong dengan memimpin para jago andalannya muncul pula disitu.
“Criiing….! Criiing….!” kembali terdengar dua kali suara dentingan khim menggema diudara.
Menyusul dentingan nyaring itu, dari balik tanah perbukitan segera muncul dua orang dayang cantik yang berbaju indah laksana kupu-kupu yang terbang diantara bunga, dibelakang mereka mengikuti pula tiga orang kakek, ketiga orang itu adalah See ih sam seng (tiga malaikat dari wilayah See ih)
Sementara itu, Jit poh toan hun Kwik To, Siangkoan It, Kiu wi hou Kongsun Poh dan Giok bin sin ang Say Khi pit yang semula duduk bersila, kini telah melompat bangun semua.
Dari arah barat bukit situ muncul pula dua sosok bayangan manusia, mereka adalah Han Hu hoa dan nenek berambut putih dari perguruan panah bercinta.
Dengan demikian, semua jago lihay dari pelbagai aliran telah berdatangan semua dan berkumpul menjadi satu disitu.
Tiba-tìba gadis berbaju perak itu berseru dengan suara merdu, “Sungguh ramai sekali pertemuan ini, kami orang-orang dari See thian san untuk sementara waktu akan mengundurkan diri lebih dulu untuk menonton keramaian ini”
“Betul!” sindir Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sambil tertawa ringan, “memang lebih enak kalau pihak See thian san menyingkir dulu, kemudian menjadi nelayan beruntung yang tinggal memungut hasil”
Begitu ucapan tersebut diutarakan, serentak kawanan jago yang mula-mula sudah mulai bergerak itu menghentikan gerakan masing-masing, lalu dengan perasaan bergetar keras semua pihak bersiap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Pelan-pelan sinar mata semua orang dialihkan kearah Gak Lam-kun dan mengawasi gerak geriknya dengan seksama, demikian pula terhadap orang-orang dari perguruan panah bercinta, karena semua orang sudah tahu bahwa Gak Lam-kun berdiri dipihak perguruan panah bercinta.
Suasana hening mencekam tanah perbukitan yang mengerikan itu, dalam waktu singkat selapis hawa pembunuhan yang menggidikkan hati menyelimuti sekitar sana.
Thi eng sin siu Oh Bu hong memandang sekejap sekeliling gelanggang lalu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh…. haaahh…. haaahh…. Gak lote aku rasa kau pasti sudah melihat jelas situasi yang kau hadapi sekarang, bagaimana keputusanmu dengan apa yang diusulkan Jit poh lui sim ciam tadi? Mau diputuskan sekarangpun rasanya juga belum terlambat”
Gak Lam-kun sendiripun sadar bahwa persoalan yang dihadapinya malam ini tak bisa dibereskan dengan cara baik-baik, sekalipun demikian diapun tak sudi untuk bekerja sama dengan pihak Thi eng pang walaupun diapun tahu kendatipun pihak perguruan panah bercinta mendukungnya untuk melindungi lencana mustika itu, bakal banyak korban yang akan berjatuhan dari pihaknya.
Untuk sesaat ia menjadi kesulitan untuk memberi jawaban, dia tak tahu bagaimana musti mengambil keputusan, maka tanpa terasa sinar matanya dialihkan kearah Ji Cin peng.
Tentu saja Ji Cin peng mengetahui maksud hatinya itu, tapi bagaimana pula dia bisa mengambil keputusan?
Sementara sepasang muda mudi itu masih mengalami kesulitan untuk memberi jawaban, mendadak dari luar lembah kembali berkumandang suara pekikan panjang yang memekikkan telinga.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin yang berada dalam gelanggangpun tiba-tiba mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring, suaranya tinggi melengking tak sedap didengar tapi justru seirama dengan pekikan panjang tadi.
Terdengarlah pekikan itu mula-mula berasal dari tempat yang jauh tapi kian lama kian bertambah dekat.
Mendadak tampak dua sosok bayangan manusia berkelebat diangkasa dan mendekati arena, bila dilihat dari kecepatan gerak kedua orang itu dapat diketahui bahwa ia memiliki ilmu silat yang amat tinggi.
Dua sosok bayangan manusia itu bekelebat tiba dari kejauhan dan berhenti kurang lebih beberapa kaki jauhnya dari arena.
Ji Cin peng mencoba untuk mengawasi kedua orang pendatang itu, terlihatlah orang yang berada disebelah kiri adalah seorang laki-laki yang bertubuh gemuk dengan muka bulat bibir lebar, kepalanya gundul dan memakai baju berwarna hitam.
Sedangkan yang berada disebelah kanan adalah seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan yang berpakaian ringkas dengan perawakan yang tinggi besar, punggungnya agak bungkuk, sepasang matanya besar seperti gundu dengan sinar yang tajam, lengannya panjang sekali dan berbulu putih.
Oh Bu hong memperhatikan sekejap kedua orang itu, lalu sambil tertawa katanya, “Tong heng, tajam amat pendengaranmu. Siapa dia?”
Sambil berkata ia menuding kearah laki-laki bungkuk itu.
Kakek berbaju hitam itu hanya mementangkan mulutnya lebar-lebar dan tertawa tanpa suara, diapun tidak menjawab pertanyaan dari Oh Bu hong tersebut.
Pukulan batu karang Kwan Kim ceng dari Thi eng pang yang menyaksikan kejumawaan orang menjadi naik darah, tiba-tiba ia maju beberapa langkah sambil membentak dengan gusar, “Tong Bu kong, besar amat lagakmu, kau memangnya sudah tuli? Ataukah pura-pura berlagak pilon?”
Begitu nama ‘Tong Bu kong’ disebut, Ji Cin peng maupun Gak Lam-kun merasakan hatinya bergetar keras, ternyata orang itu adalah ciangbunjin dari partai Thian san pay yang disebut orang Bu seng sianseng (tuan yang tak pernah menang) Tong Bu kong.
Belum lagi Tong Bu kong menjawab, laki-laki bungkuk itu sudab berkata lebih dulu.
“Apa pekerjaan saudara yang barusan berbicara itu? Dewasa ini banyak jago kenamaan yang hadir disini, rasanya masih belum pantas buatmu untuk ikut berbicara ditempat semacam ini, bila tahu diri lebih baik cepatlah mengundurkan diri dari sini”
Pukulan batu karang Kwan Kim ceng adalah salah satu dari empat orang Thamcu perkumpulan Thi eng pang, selama malang melintang dalam dunia persilatan, nama maupun kedudukannya amat terhormat, belum pernah satu kalipun ia menderita penghinaan semacam ini.
Kontan saja ucapan tersebut mengobarkan hawa amarah dalam hatinya, hawa murni segera dihimpunkan menjadi satu, kemudian sambil membentak gusar ia melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan.
Laki-laki bungkuk itu memang benar-benar takabur, terhadap datangnya angin pukulan dari Kwan Kim ceng itu tidak dianggapnya sebagai suatu ancaman, malah sambil busungkan dada ia sambut datangnya hantaman tersebut….
“Blaaaang….!” suatu benturan keras tak terhindarkan lagi, oleh pukulan dahsyat itu laki-laki bungkuk tersebut hanya mundur selangkah, kemudian dengan badan yang tegak lurus seperti sebatang pit pelan-pelan menghampiri Kwan Kim ceng.
Sejak terjun kedalam dunia persilatan, belum pernah Kwan Kim ceng menghadapi jago selihay ini, ia tidak habis mengerti mengapa laki-laki bertubuh bungkuk itu sanggup menerima pukulan udara kosongnya yang bertenaga delapan bagian itu, padahal dalam anggapannya serangan tersebut cukup untuk membinasakan dirinya.
Kini Laki-laki bungkuk itu sudah melancarkan serangan belasan dengan kecepatan luar biasa, ia tak tahu bagaimana caranya untuk menghindari ancaman tersebut.
Disaat yang kritis itulah mendadak Oh Bu hong membentak keras, telapak tangan kirinya segera diayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan yang dahsyat kearah laki-laki bungkuk itu.
Agaknya laki-laki bungkuk itu tahu lihay, cepat-cepat ia menjatuhkan diri bergelinding sejauh beberapa kaki, lalu dengan wajah marah serunya keras-keras, “Hei, apakah kalian hendak merebut kemenangan dengan andalkan jumlah banyak?”
Gagal dengan serangan yang pertama, Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh…. haaahhh…. haaahhh…. suatu ilmu soat him kang (beruang salju) yang bagus! Haaahhh…. haaahhh…. rupanya kau berandal dari aliran Tiang pek pay”
Agak kaget juga laki-laki bungkuk itu setelah asal usul perguruannya diketahui orang ia ganti membentak, “Siapa kau? Apakah masih ingin mencoba beberapa jurus sakti dari perguruanku?”
Oh Bu hong tersenyum.
“Andaikata kau berniat, tentu saja lohu akan menemanimu untuk bermain tiga gebrakan”
Laki-laki bungkuk itu dasarnya memang jumawa, tak terkirakan rasa gusarnya setelah mendengar bahwa dia hanya mampu menerima tiga pukulannya.
“Bangsat rupanya kau sudah bosan hidup? Akan kucabut nyawamu dalam tiga gebrakan”
Tiba-tiba si Tosu setan Thian yu Cinjin maju kedepan dan melerai sambil tertawa.
“Saudara Mao Tam, harap jangan marah dulu, lebih baik kita hadapi dulu masalah penting!”
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi pun ikut tertawa nyaring, lalu menyambung, “Saudara Mao Tam, bagaimana keadaanmu selama ini? Aku lihat ilmu Soat him kangmu sudah maju pesat, rasanya tak sampai beberapa tahun lagi, susiokmu sekalian pasti dapat kau ungguli.”
Mao Tam si laki-laki bungkuk itu seperti orang bodoh, ketika mendengar pujian dari Hoa Kok khi itu dia tampak gembira sekali terkekehlah dia dengan anehnya.
“Bagus! Bagus sekali! Apakah Hoa lote juga ingin beradu tenaga dalam denganku?”
Ji Cin peng dan Gak Lam-kun yang mendengarkan pembicaraan itu diam-diam mengerutkan dahi.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali tertawa, sahutnya kemudian, “Aaah, masa dengan saudara sendiripun musti beradu? Lebih baik kau rampas dulu kotak kumala yang berada ditangan pemuda berbaju hijau itu”
Sambil berkata ia menuding kearah Gak Lam-kun.
Mendengar ucapan tersebut, Mao Tam si laki-laki bungkuk itu segera memandang kearah Gak Lam-kun dengan sepasang matanya yang sebesar gundu itu, kemudian sambil tertawa aneh katanya, “Bocah muda itu maksudmu? Kenapa musti merepotkan aku?”
Gak Lam-kun adalah seorang pemuda yang tinggi hati, tak terlukiskan rasa marahnya setelah mendengar perkataan itu, tapi hawa murninya telah punah sekarang, tak mungkin lagi baginya untuk turun tangan, terpaksa rasa mangkelnya itu hanya disimpan dalam hati.
“Saudara Mao Tam, kau jangan anggap enteng dirinya, kami semua tak ada yang sanggup menangkan dia?”
Haruslah diketahui bahwa Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi adalah seorang manusia yang berhati busuk dan berakal licin.
Kiranya Moa Tam adalah murid kesayangan dari Tiang pek sam him (tiga beruang dari tiang pek) yang tersohor namanya diluar perbatasan, ilmu silat yang dimiliki Tiang pek sam him amat lihay tapi enggan melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, mereka selalu menetap diwilayah Tiang pek dan kerjanya hanya mendalami ilmu silat belaka.
Berulangkali Hoa Kok khi memancing mereka untuk menggerakkan hati mereka maka kali ini diajaknya murid mereka mendatangi wilayah Tionggoan.
Pertama ia dapat mempergunakan tangannya untuk kepentingan pribadi, dan kedua andaikata murid dari Tiang pek sam him ini sampai tewas didaratan Tionggoan, niscaya ketiga beruang dari Tiang pek itu akan mendatangi Tionggoan untuk menuntut balas, maka diapun akan mempergunakan kekuatan mereka untuk menaklukkan semua aliran didunia persilatan dan merajai kolong langit.
Jadi sesungguhnya tujuan dari Hoa Kok khi ini betul-betul licik, jahat dan terkutuk.
Sementara itu Mao Tam telah tertawa geram setelah mendengar perkataan itu, mendadak ia melompat ketengah udara dan langsung menerjang kearah Gak Lam-kun.
Ji Cin peng yang berdiri disamping Gak Lam-kun telah bersiap sedia semenjak tadi, begitu musuh melancarkan tubrukan tiba-tiba ia mengernyitkan alis matanya dan menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan suatu gerakan aneh.
Telapak tangannya diputar sedemikian rupa lalu ditolak kemuka melepaskan sebuah pukulan, hanya saja serangan tersebut sama sekali tidak menimbulkan suara.
Mao Tam sama sekali tidak menyangka kalau orang yang menyongsong kedatangannya adalah seorang gadis muda yang berwajah cantik, sementara ia masih tertegun pukulan itu sudah menyambar datang.
Waktu itu Ji Cin peng memang ada maksud untuk meruntuhkan semangat kawanan jago disitu! Maka serangan yang dilancarkan itu disertai dengan tenaga yang kuat.
Walaupun pukulannya meluncur kemuka tanpa menimbulkan suara, tapi justru dibalik semuanya itu terkandung suatu daya kekuatan yang maha dahsyat, ditengah kelembutan tersimpan kekerasan, begitu telapak tangannya menempel ditubuh musuh hawa pukulan yang disimpan dibalik telapak tanganpun segera menggulung keluar dan melukai orang.
Setelah tubuhnya termakan pukulan, Mao Tam baru merasakan munculnya segulung tenaga tekanan yang maha dahsyat menghantam isi perutnya keras-keras, ia menjadi amat terperanjat, sambil mengerahkan tenaga sakti Soat him kangnya untuk melawan serangan itu, buru-buru tubuhnya berkelit kesamping.
Sekalipun telapak tangan Ji Cin peng mengena pada tubuh lawan lebih dahulu, hawa serangan baru dipancarkan menanti lawan berusaha melakukan perlawanan, ia telah menarik kembali pukulannya sambil menubruk maju lagi dengan kecepatan luar biasa.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, sekalipun reaksi Mao Tam cukup cepat, tapi ia terkena juga getaran hawa pukulan yang dilancarkan oleh Ji Cin peng itu.
“Uaak….!” ia kesakitan dan muntah darah.
Walaupun Mao Tam seorang bodoh, terkesiap juga hatinya setelah melihat kelihayan lawan, seketika itu juga sikap takaburnya hilang lenyap tak berbekas.
Maka begitu dilihatnya Ji Cin peng menerjang lagi dengan kecepatan luar biasa buru-buru tubuhnya melompat kesamping untuk berkelit, sementara hawa murninya telah dihimpun kedalam telapak tangan kanannya.
Menanti sepasang kaki Ji Cin peng baru saja menempel diatas permukaan tanah, pukulan dahsyat itu segera dilontarkan.
Segulung angin pukulan yang sangat kuat ibaratnya gulungan gelombang disamudera segera menumbuk kemuka.
Dikala kedua orang itu sedang terlibat dalam pertarungan yang amat seru, si Tosu setan Thian yu Cinjin mendadak maju kedepan dan menerjang kearah Gak Lam-kun….
Ji Cin peng dapat menyaksikan kejadian itu dengan jelas, ia tertawa dingin, telapak tangan kirinya segera memancing datang tenaga pukulan dari Mao Tam, kemudian diantara putaran pergelangan tangannya, tenaga serangan itu segera dilontarkan ketubuh si Tosu setan Thian yu Cinjin.
Gak Lam-kun mengenali kepandaian tersebut adalah suatu jenis ilmu meminjam tenaga yang maha dahsyat, kepandaian itu khusus digunakan untuk meminjam tenaga orang untuk memukul orang lain.
Segulung angin topan yang maha dahsyat pun segera melesat diudara, mengikuti perputaran pergelangan tangan Ji Cin peng tenaga itu langsung menerjang ketubuh Thian yu Cinjin. Sedemikian dahsyatnya angin pukulan itu hingga menimbulkan angin yang menderu-deru.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin mempunyai pengalaman selama puluhan tahun berkelana dalam dunia persilatan tak sedikit jago lihay yang telah dijumpainya itu membuat pengetahuannya tentang pelbagai ilmu silat didunia menjadi amat luas.
Sekalipun demikian belum pernah ia jumpai kepandaian seaneh yang dipergunakan Ji Cin peng sekarang, dimana dalam suatu perputaran pergelangan tangan saja telah sanggup untuk mengalihkan tenaga pukulan dahsyat dari musuh kearahnya.
Kepandaian semacam ini dianggapnya betul-betul merupakan suatu kepandaian sakti yang jarang ditemui dalam dunia persilatan.
Dalam terkejutnya, tak sempat lagi baginya untuk bergeser kesamping, terpaksa hawa murninya dihimpun kedalam pusar, sepasang lengannya digetarkan dan ia melompat ketengah udara bagaikan sebatang anak panah yang terlepas dari busurnya.
Jit poh toan hun Kwik To yang berada disamping arena segera menyindir sambil tertawa dingin, “Thian yu to heng, sungguh enteng benar ilmu meringankan tubuhmu!”
Si tosu setan Thian yu Cinjin berjumpalitan ditengah udara sebanyak beberapa kali, lalu melayang turun satu kaki jauhnya dari tempat semula, ketika mendengar sindiran tersebut dia lantas membentak, “Tua bangka She kwik, kurangi mulutmu yang busuk itu, suatu ketika aku pasti akan -mengajak kau untuk berduel sampai mampus.”
Kwik To tertawa terbahak-bahak, baru saja dia hendak menyindir lagi, mendadak terdengar seseorang mendengus tertahan….
Ternyata Mao Tam sudah jatuh terduduk diatas tanah dengan peluh membasahi sekujur tubuhnya, ia tampak kesakitan hebat sampai-sampai menggigit bibir untuk menahan diri, tak terdengar sepotong suara rintihan pun yang muncul dari mulutnya.
Paras muka Ji Cin peng pun pucat pias seperti mayat, Han Hu hoa dan nenek berambut putih yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, serentak mereka melompat kedepan untuk memberi pertolongan.
Tiba-tiba gadis itu berteriak, “Nenek Siau…. kalian cepat lindungi Gak siangkong….”
Mendadak si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras, lalu melepaskan sebuah pukulan dahsyat kearah Ji Cin peng.
Didalam serangan yang dilancarkannya ini telah disertai dengan tenaga dalam yang maha dahsyat, tentu saja kehebatannya tak terkirakan.
Diantara desingan angin tajam yang menderu-deru, muncullah segulung angin pukulan bagaikan gelombang dahsyat ditengah samudra.
Siapa tahu ketika angin pukulan itu tiba ditempat sasarannya, Ji Cin peng telah melompat keudara, lalu berputar badan diangkasa dan secepat sambaran petir menerjang Thian yu cinjin yang berada dibawahnya.
Thian yu cinjin merasa terperanjat sekali menyaksikan gerakan tubuhnya yang sangat sakti itu, buru-buru Hud timnya diputar sedemikian rupa untuk melindungi badan, kemudian buru-buru ia melompat sejauh satu kaki lebih untuk menyelamatkan diri.
Mendadak kembali terdengar suara tertawa dingin yang mengerikan berkumandang memecahkan keheningan, tiba-tiba ketua dari Thian san pay, Bu seng siangseng Tong Bu kong mencabut pedangnya dan melompat keudara, lalu senjatanya digetarkan menciptakan selapis cahaya pedang yang tebal untuk melindungi sekujur badannya, lalu dengan kecepatan bagaikan kilat mengurung kearah Han Hu hoa, nenek berambut putih dan Gak Lam-kun.
Mendadak nenek berambut putih itu mencabut keluar pedangnya baru saja ia hendak mengerahkan senjatanya kearah serangan pedang dari lawan, tiba-tiba tampak Ji Cin peng memutar tubuhnya telapak tangan kiri dan ujung jari tangan kanan bersama-sama dibacokan kedepan.
Terdengar Tong Bun kong mendengus dingin kabut pedang yang sedang menyerang kebawah itu mendadak lenyap tak berbekas, lalu tubuhnya berputar satu lingkaran diudara dan melayang turun dua kaki jauhnya dari posisi semula dengan wajah hijau membesi ia berdiri membungkam disana….
Jilid 14
Beberapa pertarungan yang berlangsung secara beruntun ini membuat semua orang mulai terperanjat oleh kehebatan ilmu silat yang dimiliki Ji Cin peng, meski demikian ilmu silat dari Thian yu Cinjin, Tong Bu kong dan Mao Tam pun mengejutkan pula semua orang.
Terutama tusukan pedang dari Tong Bu kong tadi telah memperlihatkan pula inti kekuatan yang luar biasa dari ilmu pedang Thian san kiam hoat, hal mana membuat semua orangpun menaruh penilaian yang lain terhadap aliran Thian san pay.
“Li nay nay dan Han cici harap melindungi keselamatan Gak siangkong, Kwik toako, Siangkoan toako dengan memimpin delapan belas pemanah panah bercinta harap membuat lingkaran disekeliling Gak siangkong bertiga guna menghadapi kemungkinan yang tak diinginkan, malam ini aku hendak membuka pantangan membunuh sepuasnya”
Begitu komando diumumkan terpancarlah kewibawaan yang besar, serentak para jago dari perguruan panah bercinta menyebarkan diri dan mengambil posisi, sementara Ji Cin peng tiba-tiba mencabut keluar pedang pendek Giok siang kiamnya.
Gak Lam-kun merasa kagum sekali dengan kepandaian silat yang dimiliki Ji Cin peng terhadap cinta kasihnya ia pun merasa amat terharu, pemuda itu tak habis mengerti kenapa ia bersedia mengorbankan segala-galanya demi melindungi keselamatannya.
Dengan menitikkan airmata haru, Gak Lam-kun segera berteriak keras, “Nona Bwe, jangan….”
“Tak usah kuatir, aku tak bakal mati” sahut Ji Cin peng sambil berpaling.
Sementara ia sedang berbicara, tiba-tiba kawanan jago yang berada disana telah bergerak maju menghampirinya.
Sambil menggenggam pedang Giok siang kiam dan memandang sekejap kawanan jago itu dengan pandangan dingin, hardiknya dengan suara yang amat dingin, “Semuanya berhenti!”
Walaupun Ji Cin peng hanya seorang gadis remaja akan tetapi justru memiliki kewibawaan serta keagungan yang luar biasa, bentakan tersebut segera memaksa kawanan jago itu menghentikan langkahnya.
Si rase berekor sembilan Kongsun Po segera berpaling dan memandang sekejap Say Khi pit yang berada disisinya kemudian sambil tertawa dingin katanya
“Saudara Say, tampaknya kedatangan kita bakal sia-sia belaka, coba lihat orang lain yang bakal menikmati hasil tersebut!”
Seperti telah diketahui, Kongsun Po adalah seorang jago yang banyak sekali akal busuknya dan panjang pula pikirannya. Dengan mengandalkan kekuatannya seorang tak nanti sanggup menghadapi jika tidak menggunakan pancingan-pancingan dengan kata-kata agar ia mau turun tangan.
Say Khi-pit tertawa terbahak-bahak.
“Haaahhh…. haaahhh…. haaahh…. jauh-jauh kami datang kepulau terpencil ini dengan harapan bisa mendapat mustika, bila kita biarkan orang lain mendapatkan lencana tersebut tanpa mengeluarkan sedikit tenagapun hal ini benar-benar merupakan suatu penghinaan besar untuk kita semua.”
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi jauh lebih licik lagi daripada rekan-rekannya, sejak tadi sampai sekarang ia tak pernah bertarung dengan orang, tapi begitu mendengar perkataan yang bernada adu domba tersebut, kontan saja ia tertawa terbahak-bahak, lalu sambungnya, “Saudara Say, saudara Kongsun, perkataan kalian berdua memang benar bagaimanapun juga kita harus ikut melihat bagaimanakah macamnya Lencana pembunuh naga dan benda apakah itu serta apa rahasianya sehingga bisa menarik perhatian kawanan jago dari dunia persilatan dan membuatnya menjadi tergila-gila, kalau tidak, tentu saja kami akan meraca kecewa sekali!”
Pembicaraan yang saling bersahut-sahutan ini segera membuat suasana dalam arena menjadi tegang, napsu ingin mendapatkan lencana pembunuh naga pun semakin besar, tapi siapapun tak ingin turun tangan lebih dulu.
Tiba-tiba seseorang tertawa merdu, kemudian berkata, “Hei, apakah kalian ingin tahu benda macam apakah lencana tersebut? Aku bersedia memberitahukan kepada kalian”
Ternyata yang berbicara adalah si gadis berbaju perak yang menonton jalannya pertarungan dari sisi arena itu.
“Bila nona bersedia memberi keterangan kepada kami, tentu saja hal ini jauh lebih baik lagi” seru Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi sambil tersenyum.
Gadis berbaju perak itu tertawa.
“Sesungguhnya Lencana pembunuh naga adalah suatu benda yang membawa alamat jelek bagi pemiliknya, itu bisa kita lihat dari sebutannya Pembunuh naga….”
“Hmm! Siapa yang tidak tahu tentang soal itu” mendadak seseorang menanggapi dengan suara yang menyeramkan.
Dari luar gelanggang pelan-pelan berjalan datang seorang kakek berwajah jelek, orang itu bukan lain adalah Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian….!
“Hei, kamu si jelek kenapa berkaok-kaok tak karuan? Masa kau pernah menjumpai lencana pembunuh naga?”
Entah mengapa ternyata Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian tidak dibikin marah oleh ejekan tersebut, malahan secara tiba-tiba ia bertanya, “Nona siapa namamu?”
“Cis! Buat apa kau menanyakan namaku? Kita toh bukan sanak bukan keluarga, kenapa aku musti memberitahukan namaku kepadamu?”
Ternyata Lui Seng thian merasa bahwa raut wajah gadis ini terlalu mirip dengan Soat san thian li serta Yo long.
Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi kembali manfaatkan suasana itu, tiba-tiba serunya kepada Lui Seng thian, “Hei kalau ogah mendengarkan yaa sudah kenapa musti cerewet melulu?”
Sementara itu sinar mata orang yang berada dalam gelanggangpun sama-sama ditujukan kearah Jit poh lui sim ciam dengan perasaan amat mendongkol.
Hal mana kontan saja menimbulkan kemarahan yang meluap-luap bagi Lui Seng thian ia tertawa seram, sambil mendekati Hoa Kok khi tegurnya dengan nada sinis.
“Hei, kamu yang bernama Hoa Kok khi?”
Walaupun diluaran Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi masih tetap bersikap tenang, padahal ia telah mengerahkan tenaga dalamnya sambil besiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
“Ada urusan apa kau menanyakan soal itu?” sahutnya kemudian.
Tiba-tiba Lui Seng thian mengacungkan tabung bulat itu kearahnya sambil berseru dengan dingin, “Aku ingin menyuruh kau untuk merasakan bagaimana hebatnya panah inti geledek yang membawa maut buat korbannya dalam tujuh langkah!”
Mendengar itu, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi baru terperanjat, tak pernah disangka olehnya kalau iblis tua itu yang telah diganggunya malam ini.
Kiranya sebelum itu dia sama sekali tidak kenal dengan Lui Seng thian.
Hoa Kok khi segera tersenyum, ujarnya, “Sungguh tak kusangka kalau saudara adalah Jit poh lui sim ciam yang tersohor namanya didalam dunia persilatan itu, maaf, maaf jika aku bersikap kurang hormat”
Hoa Kok khi memang seorang manusia yang luar biasa, kalau pada umumnya para jago persilatan amat menjaga nama baik serta wajahnya, maka ia tidak terlalu mementingkan hal tersebut malah sebaliknya dari ucapan tersebut seakan-akan ia memperlihatkan kelemahan diri sendiri.
Lui Seng thian tertawa seram, katanya, “Belakangan ini aku dengar orang berkata bahwa dalam dunia persilatan telah muncul seorang manusia luar biasa, setelah bertemu hari ini, kubuktikan bahwa ucapan tersebut memang tidak salah”
Hoa Kok khi segera tersenyum.
“Aah, tidak berani, tidak berani kalau dibandingkan nama besar anda, diriku tak lebih hanya sinar kunang-kunang yang dibandingkan dengan sinar rembulan, kaulah yang sesungguhnya adalah seorang manusia luar biasa dari dunia persilatan”
Mendadak Lui Seng thian melotot kearahnya lalu berkata dengan suara menyeramkan, “Aku Lui Seng thian paling tidak doyan dengan permainan mengumpak semacam itu sekarang juga ingin kusaksikan sendiri sampai dimanakah kehebatanmu itu”
“Oooh…. jika kau merasa tidak terlalu canggung untuk bertarung melawan manusia semacam aku ini, dengan senang hati aku orang she Hoa akan mengiringi keinginanmu itu”
Lui Seng thian menarik kembali tabung bulatnya secepat sukma gentayangan ia bergerak kedepan….
Hoa Kok khi tidak menyangka kalau orang itu demikian keras kepalanya dan memaksa juga untuk bertarung melawannya, melihat ia menerjang datang hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajahnya.
Tiba-tiba ia mundur setengah langkah, telapak tangan kanannya yang melindungi badan mendadak ditekan pelan kedepan.
Lui Seng thian segera mendengus tertahan dengan tubuh menggigil keras ia mundur tiga langkah dengan sempoyongan.
Sambil tertawa dingin Hoa Kok khi segera berkata, “Kau sudah terkena pukulan Tay siu im khi ku dalam tujuh jam mendatang sari racun akan menyerang kedalam tubuhmu yang akan mengakibatkan kematian.”
“Bagus sekali!” seru Lui Seng thian sambil tertawa seram, “tidak kusangka kalau pada akhirnya lohu bakal kena kau pecundangi tapi kau tak usah kuatir, lohu tak nanti akan mati dengan begini saja, sekarang kau telah menyadari bahwa lohu adalah anggota perguruan Pek kut bun, itu berarti kau telah mencari kematian buat diri sendiri.
Ditengah pembicaraan tersebut, Lui Seng thian telah melancarkan serangkaian pukulan yang gencar dan dahsyat.
Desingan angin yang tajam dan kuat segera menderu-deru diudara dan menyelimuti seluruh angkasa.
Dalam waktu singkat kedua orang itu telah terlibat dalam suatu pertarungan yang sengit sekali, yang tampak hanyalah dua bayangan manusia yang saling menyerang dan saling memukul, sedemikian cepatnya gerakan itu membuat pandangan orang menjadi kabur.
Walaupun Lui Seng thian telah menendang dengan kakinya, membacok dengan telapak tangannya dan menyodok dengan jari tangannya, dan semua serangan tersebut adalah pukulan-pukulan yang gencar, akan tetapi bukan suatu pekerjaan yang gampang bila ingin melukai Hoa Kok khi dalam waktu singkat.
Pada waktu itu, sinar mata semua orang telah ditujukan kearah mereka berdua, sedemikian terpesonanya orang-orang itu sehingga mereka berdiri dengan mata terbelalak dan mulut melongo.
Mendadak terdengar jeritan kaget yang tinggi melengking dan memekikkan telinga berkumandang diudara.
“Kau…. rupanya kaulah pembunuh yang telah mencelakai Yo Long….”
Menyusul kemudian…. menggema pula jerit kesakitan. Tahu-tahu Gak Lam-kun sudah roboh terkapar diatas tanah.
Entah sedari kapan, ditengah arena telah muncul seorang perempuan gila berambut panjang yang bertampang jelek, perempuan itu begitu muncul lantas menghantam Gak Lam-kun sampai roboh ketanah.
Sejak kapan ia muncul disitu? Dengan cara apa Gak Lam-kun dirobohkan? Ternyata Ji Cin peng sama sekali tidak merasa.
Mungkin memang beginilah nasib Gak Lam-kun, sebab perempuan gila itu tak lain adalah perempuan sinting yang pernah dijumpainya dulu.
Kiranya ia telah kembali kedalam gua ditepi samudra serta bertanya kepada Si Tiong pek, siapa yang telah membunuh Yo Long, dan Si Tiong pek pun menjawab bahwa Yo Long telah dibunuh oleh Gak Lam-kun.
Pada dasarnya perempuan berambut panjang atau Hay Sim li adalah seorang perempuan yang kurang waras otaknya, tentu saja ia tidak mencurigai perkataan dari Si Tiong pek itu.
Begitu berhasil merobohkan Gak Lam-kun, tiba-tiba Hay sim li atau perempuan jelek berambut panjang itu membopong tubuhnya dan dibawa kabur dari situ….
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini segera menggemparkan semua orang, tanpa terasa merekapun sama-sama melakukan pengejaran, karena Lencana pembunuh naga justru berada disaku Gak Lam-kun.
Ji Cin peng yang paling kaget dan cemas menghadapi kejadian ini, ia tak tahu Gak Lam-kun masih hidup atau telah mati?
Sambil menjerit keras, telapak tangan kirinya secepatkilat melancarkan sebuah pukulan kedepan….
Tapi dengan suatu kebasan ujung bajunya perempuan jelek berambut panjang Hay sim li telah memaksa Ji Cin peng terpental sejauh tiga langkah kebelakang.
Disaat itu pula mendadak Lui Seng thian melepaskan panah inti geledeknya membidik perempuan jelek berambut panjang Hay sim li serta Gak Lam-kun.
Tak terkirakan rasa kaget Ji Cin peng, ia menjerit keras lalu melepaskan sebuah pukulan hawa panas yang maha dahsyat menghantam ketiga titik cahaya bintang hijau itu.
Tapi senjata rahasia dari Lui Seng thian itu memang aneh sekali kecepatannyapun tak terkirakan dalam sekali berkelebat saja tahu-tahu sudah tiba disasaran.
Sungguh lihay perempuan gila berambut panjang itu, belakang kepalanya seperti ada tumbuh matanya, begitu senjata rahasia berkelebat lewat, dia cepat-cepat mundur sejauh tiga empat kaki dari posisi semula.
Pada saat itulah Thi eng sin siu Oh Bu hong mulai bertindak, pedang Khi ing kiamnya disapu keluar dengan jurus Heng im toan gak (lapisan awan memotong perbukitan).
Dalam keadaan yang kritis itu, perempuan gila berambut panjang tersebut justru bergeser tempat sambil memutar badan, dengan enteng dan gampangnya ia berhasil meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Diam-diam Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menerjang kemuka dan melepaskan sebuah sergapan maut dengan ilmu Tay siu im khi nya.
Siapa tahu baru saja pukulan dilontarkan keluar tiba-tiba kekuatan tersebut ditahan dan dipentalkan kembali oleh segulung tenaga lain yang jauh lebih kuat.
Hoa Kok khi tahu bahwa kekuatan tersebut adalah sejenis khikang tingkat tinggi, jika serangan itu ditahan secara paksa, niscaya isi perutnya akan tergetar luka maka dengan perasaan apa boleh buat ia buyarkan kembali serangannya sambil melayang pergi.
Sementara itu Ji Cin peng telah menerjang kedepan, sepasang telapak tangannya bergerak cepat melancarkan serangkaian serangan kilat.
Tapi oleh karena ia kuatir pedangnya akan melukai Gak Lam-kun maka senjata pendek itu disimpannya kembali.
Ji Cin peng sangat menguatirkan keselamatan si anak muda itu, maka segenap kepandaian yang dimilikinya dikerahkan keluar, semua serangannya mempergunakan jurus-jurus yang terhebat dan terampuh.
Akan tetapi sekalipun Ji Cin peng telah menyerang dengan mempergunakan pelbagai perubahan jurus yang paling lihay, namun perempuan gila berambut panjang itu masih saja dapat melayaninya secara jitu.
Ji Cin peng mulai sadar bahwa ilmu silat yang dimilikinya masih terpaut jauh sekali darinya, dengan cemas ia berteriak, “Locianpwe, dia adalah murid kesayangan Yo Long, kau tak boleh melukai dirinya….”
Tiba-tiba cahaya pedang berkelebat lewat….
See ih kiam seng Siang Ban im, Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi serta Bu seng sianseng Tang Bu kong dengan ketiga bilah pedangnya bagaikan tiga buah kilatan cahaya pedang bersama-sama menyerang tubuh si perempuan gila berambut panjang itu.
Serangan dari tiga orang jago pedang dengan mengerahkan ilmu pedang andalan masing-masing ini betul-betul luar biasa hebatnya, seketika itu juga seluruh angkasa diliputi oleh hawa pedang yang menggidikkan hati.
Tiga bilah pedang membawa tiga jalur kilatan cahaya berwarna keperak-perakan dalam waktu singkat telah mengancam atas tubuh lawan.
Agak tertegun si perempuan gila berambut panjang tersebut menghadapi tibanya cahaya pedang yang maha dahsyat itu, rupanya sudah lama sekali ia tak pernah berjumpa dengan jago-jago setangguh ini.
Ia tertawa panjang dengan suara yang mengerikan, menyusul kemudian telapak tangan kirinya diayun kedepan secara beruntun melancarkan dua buah pukulan hawa lembut yang kuat.
Berbareng dengan berhembusnya dua gulung angin pukulan itu, See ih kiamseng Siang Bong im serta Tang Bu kong segera menarik kembali pedangnya dengan cepat.
Sedangkan hawa pedang dari Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah meluncur kedepan dan berada hanya tiga inci didepan dada perempuan gila berambut panjang itu.
Disaat yang palirg kritis dan berbahaya itulah….
Tiba-tiba perempuan gila berambut panjang itu menggerakkan telapak tangan kirinya kebawah, lalu secepat sambaran kilat mencengkeram pedang dari Hoa Kok khi tersebut.
Sungguh suatu kepandaian tangan kosong yang mengerikan hati, gerakan aneh tersebut kontan saja mengejutkan hati Hoa Kok khi sehingga sekujur tubuhnya bergetar keras.
Diam-diam pikirnya dihati, “Heran, kepandaian tangan kosong apaan yang dia gunakan? Belum pernah kujumpai kepandaian seaneh ini!”
Berpikir sampai disitu, ia semakin kuatir bila perempuan gila berambut panjang itu melancarkan balasan yang akan mengakibatkan dirinya terluka, buru-buru hawa murninya dikerahkan lalu mengipatkan lengannya keras-keras.
Siapa tahu perempuan gila berambut panjang itu telah memanfaatkan tenaga kebasannya itu, tahu-tahu sambil membopong tubuh Gak Lam-kun dia melayang keudara, tangan kirinya masih tetap menjepit punggung pedang Hoa Kok khi, kemudian menggunakan gerakan tersebut ia menarik serta memutarkan keras-keras.
Oleh tenaga lawan yang maha dahsyat itu tak bisa dikuasai lagi tubuh Hoa Kok khi ikut berputar mengikuti gerakan pedangnya, kemudian tubuhnya terlempar kebelakang dan langsung menumbuk kearah si Tosu setan Thian yu Cinjin.
Gerakan lawan betul-betul tak terlukiskan hebatnya, dengan begitu maka tenaga yang dikerahkan Hoa Kok khi sama sekali tidak terbuang dengan sia-sia, sebab seluruhnya telah dimanfaatkan lawan untuk melayang pergi sembari melakukan serangan balasan.
Mendadak si tosu setan Thian yu Cinjin melejit keudara dan berjumpalitan beberapa kali, kemudian dengan kepala dibawah dan kaki diatas dia langsung menubruk kearah perempuan gila berambut panjang itu.
Senjata Hud timnya disaluri hawa murni sehingga bulu-bulu emas terbuat dari bulu singa yang berwarna keemas-emasan itu merentang besar, kemudian dengan membawa desingan angin tajam yang luar biasa hebatnya langsung menyambar kedepan.
Serangan ini cukup tangguh dan mengerikan, dalam dunia persilatan lebih dikenal sebagai gerakan Toan hun yu si (benang-benang halus pemutus nyawa).
Seandainya orang yang melancarkan gerakan tersebut memiliki tenaga dalam yang sangat sempurna maka kehebatannya akan meningkat, sebaliknya bila hanya memiliki tenaga sedang saja, jangan harap gerakan itu bisa digunakan.
0000O0000
Terdengar perempuan gila berambut panjang itu tertawa terbahak-bahak, tubuhnya sama sekali tidak bergeser dari posisi semula, telapak tangan kirinya segera diangkat keatas kemudian menyambut datangnya serangan dari Thian yu Cinjin tersebut
Entah bagaimana caranya, tahu-tahu bulu senjata Hud tim milik si tosu setan Thian yu Cinjin tersebut seluruhnya sudah berada didalam cengkeramannya.
Menyusul kemudian, pergelangan tangannya segera digetarkan kedepan.
Tubuh Thian yu Cinjin ibaratnya sebuah bola, kontan saja meloncat keluar dan melayang jauh dari tempat semula, sedangkan senjata Hud timnya kena dirampas oleh perempuan gila berambut panjang itu.
Perlu diketahui bahwa Si tosu Setan Thian yu Cinjin terhitung pula seorang jago tangguh yang namanya amat populer dalam dunia persilatan, tapi nyatanya sekarang, dalam sekali bentrokan saja tahu-tahu senjata Hud timnya kena dirampas perempuan gila itu bahkan tubuhnya kena terlempar jauh kebelakang, kontan saja kejadian ini menggemparkan seluruh gelanggang, para jago yang ada disekeliling tempat itu pada terbelalak lebar dengan mulut melongo.
“Locianpwe!” terdengar Ji Cin peng berseru kembali dengan suara yang merdu, “kau tak boleh melukai dirinya locianpwe….”
Dengan mengerahkan ilmu gerakan tubuhnya yang lihay, dalam dua kali kelebatan Ji Cin peng sudah berada belasan kaki jauhnya dari posisi semula lagi ia berhasil menghadang jalan perginya perempuan gila berambut panjang itu.
Setelah berulangkali jalan perginya dihadang orang, lama kelamaan hawa amarah dalam dada perempuan gila tersebut berkobar juga tangan kirinya mendadak bergerak cepat secara beruntun ia lancarkan tiga buah pukulan dahsyat kearah Ji Cin peng.
Sungguh dahsyat ketiga buah serangan tersebut, sekalipun berbeda waktu serangannya tapi seakan-akan dilancarkan dalam waktu yang bersamaan bukan saja kecepatannya luar biasa, lagipula menyerang tiba dari tiga arah yang berbeda, hal mana segera memaksa Ji Cin peng harus melompat mundur kebelakang.
Perempuan gila berambut panjang itu tertawa seram, serunya kemudian.
“Aku hendak menyiksa dan mencincang tubuhnya berkeping-keping, karena dia telah mencelakai Yo Long ku kau…. kau…. bajingan busuk yang tak berliangsim, aku hendak membunuh kau, mencincang tubuhmu dan menghisap darahmu….”
“Oooh Yo Long…. wahai Yo Long sungguh mengenaskan sekali kematianmu itu.”
“Aku hendak membalaskan dendam bagi kematianmu, suhu hendak mencincang tubuh musuh besarmu ini hingga hancur berkeping-keping.”
Mengikuti suara teriakan-teriakan gilanya yang memekikan telinga, dengan suatu gerakan tubuh yang amat cepat ia berkelebat pergi dari tempat itu.
Dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan sana.
Ditengah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad, masih terdengar jeritan Ji Cin peng yang berkumandang hingga jauh dari tempat itu.
“Locianpwe…. oh Locianpwe, dia adalah murid Yo Long…. dia bukan pembunuh Yo Long….”
Sambil berlarian menyusul dibelakang perempuan gila itu, Ji Cin peng ikut berteriak-teriak dengan suara keras.
Tapi ilmu meringankan tubuh yang dimiliki perempuan gila berambut panjang itu telah mencapai pada puncaknya, dalam waktu singkat ia dengan membawa tubuh Gak Lam-kun telah lenyap dibalik ujung pulau disebelah depan sana.
Ji Cin peng sadar bahwa tak mungkin baginya untuk menyusul perempuan gila itu, terpaksa dengan hati yang remuk redam dan airmata yang jatuh bercucuran membasahi wajahnya, ia menghentikan pengejaran tersebut.
Kejadian demi kejadian yang pernah dialaminya dimasa lampau terkenang kembali dalam benaknya….
Sepasang sejoli yang sesungguhnya dapat hidup bahagia, kini harus berpisah satu sama lainnya dan entah sampai kapan baru bisa bertemu kembali….
Dialam bakakah? Atau dialam semesta….?
Ia benci, ia membenci diri sendiri! Ia pun membenci pada takdir yang tak berperasaan.
Terbayang kembali putra kesayangannya yang hidup tanpa ayah, hampir saja hatinya hancur lebur karena sedihnya….
Kesedihan yang kelewat batas membuat pendengaran maupun penglihatannya menjadi kabur dan kehilangan ketajamannya seperti biasa, ia lupa berada dimanakah dirinya sekarang.
Tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang suara helaan napas sedih, kemudian terdengar seseorang berkata, “Inilah yang dinamakan takdir, jangan menyalahkan manusia, jangan pula membenci langit!”
Bagaikan baru bangun dari lamunan dengan cepat Ji Cin peng berpaling kebelakang.
Tampaklah seorang nyonya berambut putih telah berdiri disampingnya dan menggenggam tangannya yang lembut pelan-pelan, wajah perempuan tua itupun penuh diliputi kesedihan.
“Oooh nenek!” seru Ji Cin peng dengan suara yang memilukan hati, “kau suruh hidup dengan cara apa? Bagaimana mungkin aku bisa hidup lebih lanjut?”
“Bagaimanapun juga akhir dari kalian berdua adalah suatu kematian disalah satu pihak, toh bagaimanapun juga dia harus mati” bisik perempuan itu lirih.
“Oh nenek, kau…. kenapa kau tidak menghalangi kepergiannya tadi? Dengan kepandaian yang dimiliki nenek dan Peng ji, kita pasti dapat menghalangi jalan perginya, kau…. kenapa kau tidak berbuat demikian….? Kenapa….?”
“Oh Peng ji tahukah kau siapa perempuan tadi?” tanya perempuan berambut putih itu sambil menghela napas.
“Betul dia adalah suhunya Yo Long locianpwe yang disebut orang Hay sim li, tetapi dengan ilmu silat nenek yang begitu tinggi, asal kau bersedia turun tangan maka tak nanti dia akan bisa kabur dari sini dengan sedemikian mudahnya”
Sekali lagi perempuan berambut putih itu menghela napas panjang.
“Aai….! Anak Peng, kau menilai terlampau tinggi kepandaian silat yang dimiliki nenek…. Betul andaikata aku turun tangan dan bekerja sama denganmu mungkin jalan perginya bisa dihadang, tapi tahukah kau bahwa aku tak dapat melanggar sumpahku sendiri?”
Pucat pias selembar wajah Ji Cin peng setelah mendengar perkataan itu, dengan suara gemetar katanya, “Nenek…. aku menyesal…. aku menyesal sekali telah mengangkat sumpah tersebut….”
Dengan penuh kasih sayang perempuan berambut putih itu membelai rambutnya yang lembut, kemudian katanya dengan suara pelan, “Anak Peng kau jangan terlampau bersedih hati bila penglihatanku tidak salah, mungkin nasibnya tidak akan sejelek itu, dan usianya tak mungkin akan berakhir dengan begitu cepat”
Ucapan tersebut dengan cepat mendatangkan setitik harapan keputus asaan yang mencekam perasaan Ji Cin peng sebelumnya.
Haruslah diketahui bahwa perempuan berambut putih itu adalah pelayan dari Lam hay sin ni, bukan saja kepandaian silatnya sudah mencapai puncak kehebatan, lagipula ia pandai sekali melihat raut wajah.
Dasar-dasar ilmu silat yang dipelajari Ji Cin peng, hampir boleh dibilang sebagian besar adalah hasil pelajaran dari perempuan berambut putih ini mungkin dahulunya perempuan itupun pernah mengalami suatu kejadian yang memilukan hatinya, sehingga tak pernah ada orang yang tahu siapa nama sebetulnya dari perempuan itu, Ji Cin peng sendiripun hanya memangil perempuan berambut putih itu sebagai Siau Nay nay.
Dengan sorot mata tajam Ji Cin peng menatap wajahnya lekat-lekat, kemudian katanya lirih.
“Nenek, kau tak akan membohongi diriku bukan!”
Perempuan berambut putih itu menghela napas panjang.
“Anak bodoh, nenek sudah berusia lanjut masakah membohongimu dengan kata-kata yang bukan-bukan, aai…. kau si bocah cilik, betul-betul berhati bajik dan lembut, cuma sayang kau tak dapat menembusi rintangan dalam soal cinta….”
Mendadak dia menghela napas panjang, kemudian sambil mendongakkan kepalanya dan memandang rembulan yang telah condong kesebe1ah barat, gumamnya seorang diri.
“Tapi, siapakah dikoiong langit dewasa ini yang sanggup menghindarkan diri dari soal cinta?”
Ji Cin peng membungkam dalam seribu bahasa, ia tahu Siau Nay nay amat mencintainya, tak mungkin ia akan berbicara bohong dengannya, diam-diam iapun bersyukur atas ucapan itu.
Tiba-tiba berkumandang suara langkah manusia yang memecahkan keheningan.
Ketika Ji Cin peng menengadah, maka tampaklah Jit poh toan hun Kwik To sekalian anak buahnya dari perguruan panah bercinta telah berbondong-bondong datang kesana.
Dengan suara lantang terdengar Jit poh toan hun berseru, “Nona Ji, pelbagai perguruan telah mengirim orang untuk mencari jejak perempuan gila tersebut, bagaimana dengan kita? Harap siocia segera memberi petunjuk!”
“Aaai…. Kwik toako, mari kitapun melakukan pencarian disekitar pulau ini!”
Maka dipimpin langsung oleh Ji Cin peng berangkatlah sekalian anak buah perguruan panah bercinta untuk melakukan pencarian disetiap sudut pulau tersebut, namun jejak dari perempuan gila berambut panjang maupun Gak Lam-kun belum juga ditemukan.
Tiga hari sudah mereka lakukan pencarian disegala penjuru pulau tersebut, sementara kawanan jago dari perguruan lain mulai melakukan pencarian diluar pulau tersebut.
Selama ini hanya pihak See thian san saja yang tetap diam dalam bangunan megah ditengah pulau tersebut tanpa melakukan suatu gerakan ataupun tindakan apapun.
000O000 ooOoo oooCooo
Disudut timur dari bangunan megah yang amat luas itu, terdapat sebuah bangunan menyendiri yang menghadap kesebelah barat, seorang perempuan berambut panjang yang berwajah jelek tampak sedang duduk bersila disana.
Dibalik sepasang biji matanya yang jeli, terpancar suatu sinar termangu-mangu yang lebih mirip dengan orang yang sedang melamun, ia sedang mengawasi seorang pemuda berbaju emas yang tergeletak diatas tanah tanpa berkedip.
Tanpa berkutik barang sedikitpun pemuda berbaju emas itu tergeletak diatas tanah, dada maupun lambungnya sudah tidak bergerak naik turun lagi seperti layaknya orang bernapas, keadaan semacam itu tak ubahnya seperti orang yang telah putus nyawa.
Namun, paras muka pemuda berbaju emas itu masih belum berubah menjadi pucat pias seperti wajah sesosok mayat.
Siapa gerangan kedua orang itu? Mereka tak lain adalah Gak Lam-kun dan perempuan gila berambut panjang Hay sim li yang telah bikin heboh para jago persilatan tiga hari berselang ketika terjadi perebutan Lencana pembunuh naga.
Sejak berhasil menangkap Gak Lam-kun dan melarikannya, selama tiga hari beruntun Hay sim li hanya mengendon dalam ruangan tersebut tanpa berkutik barang sedikitpun jua, tentu saja Ji Cin peng maupun kawanan jago lainnya tidak mengira kalau perempuan gila berambut panjang yang mereka cari-cari selama ini ternyata hanya berada dalam gedung.
Gak Lam-kun sendiripun berada dalam keadaan tak sadar semenjak dibekuk dan dilarikan kesitu, keadaan anak muda tersebut tak berbeda jauh dengan sesosok mayat.
Setelah membawa Gak Lam-kun kedalam ruangan tersebut, dan semenjak perempuan gila berambut panjang itu menemukan baju warna emas yang dikenakan sang pemuda dibalik jubah hijaunya, iapun terlelap dalam lamunan yang panjang yang tiada habisnya.
Ia seperti kehilangan ingatannya sama sekali, sepanjang hari dan malam hanya duduk disamping Gak Lam-kun sambil memandangi tubuhnya yang tergeletak ditanah itu tanpa berkedip.
Bayangan dari si setan berbakat yang termashur dalam dunia persilatan, Tok liong cuncu Yo Long pun terkenang kembali dalam benaknya, ia merasa pemuda yang tergeletak itu seakan-akan adalah kekasih hatinya, beberapa kali dia hendak menubruk kedepan serta memeluk tubuh Gak Lam-kun.
Sambil menangis terisak bisiknya berulangkali, “Yo Long…. ooh Yo Long….!”
Senjapun kembali menjelang tiba….
Mendadak Hay sim li menubruk kedepan dan memeluk tubuh Gak Lam-kun erat-erat serunya sambil menangis tersedu-sedu.
“Oooh Yo Long, wahai Yo Long. Sungguh mengenaskan kematianmu ini….”
“Kenapa kau tak mau hidup saja? Kenapa kau begitu tega meninggalkan gurumu yang kau cintai itu? Ooh Yo Long…. Yo Long sayangku…. jangan kau tinggalkan diriku….”
Ia menangis tersedu dengan penuh kesedihan….
Ia merintih dan berteriak seperti orang gila….
Airmatanya bagaikan mutiara yang putus benang setetes demi setetes meleleh keluar dan jatuh dibawah Gak Lam-kun.
Dunia serasa menjadi kelabu, jagad serasa menjadi sepi…. suatu siksaan batin yang benar-benar mengenaskan….
Dalam keadaan beginilah, Gak Lam-kun yang telah empat hari tak sadarkan diri itu mulai meronta dan menggerakkan tubuhnya.
Sekalipun gerakan tersebut sangat lirih, tapi perempuan gila berambut panjang itu segera merasakannya ia menjerit penuh rasa kaget bercampur gembira.
“Oooh…. Long ji…. Long ji kusayang…. kau tidak mati? Kau tak akan mati!”
Rasa cinta Hay sim li terhadap Tok liong cuncu Yo Long boleh dibilang telah mendarah daging, sewaktu mendengar berita kematian Yo Long dari mulut Si Tiong pek, rasa sedih yang kelewat batas menimbulkan kembali tingkah polahnya yang sinting dan setengah sadar, selama empat hari belakangan ini lantaran Gak Lam-kun mengenakan dandanan dari Yo Long dimasa lalu, ternyata ia telah salah menganggap Gak Lam-kun sebagai Tok liong Cuncu Yo Long.
Setelah menjerit kegirangan, Hay sim li segera menyambar tubuh Gak Lam-kun dan memeluknya erat-erat, secara beruntun ia lepaskan dua totokan yang menepuk jalan darah Thian leng hiat dua buah jalan darah penting.
Biasanya, kendatipun seseorang menderita luka dalam yang bagaimanapun parahnya, asal kedua buah jalan darah penting tersebut ditepuk, maka penderita segera akan sadar kembali, tapi Gak Lam-kun masih belum juga berkutik.
Hal mana dengan cepat membuat Hay sim li menjadi tertegun dengan rasa cemas ia tekan nadi Gak Lam-kun dan memeriksa denyutan nadinya tiba-tiba ia menjerit keras.
Dengan cepat perempuan itu terlelap kembali kedalam lamunannya yang tak terhingga.
Sejak terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi, kemudian anak muda itu mengerahkan ilmu sakti Huan pu hwe kong untuk memperpanjang usianya selama dua hari, sesungguhnya bila saatnya telah tiba, niscaya selembar nyawanya akan lenyap dari raganya.
Tapi beruntunglah dia menemukan suatu peristiwa lain, yaitu sewaktu melawan pengaruh ilmu Kiu hian tay boan yok sin im dari gadis berbaju perak itu, tiba-tiba saja ia dapat memahami pelajaran sim hoat ilmu Hian im kok meh (menggunakan irama menembusi nadi) yang pernah diterangkan Yo Long kepadanya.
Sim hoat Hian im kok meh tersebut merupakan semacam kepandaian untuk menyembuhkan luka yang sangat lihay, oleh karena itu dia telah memanfaatkan pengaruh gelombang irama dari Kiu hian tay boan yok sin im tersebut untuk menembusi urat-urat penting dalam tubuhnya yang terluka.
Ketika gelombang irama tersebut dikerahkan Gak Lam-kun menembusi nadi penting dan delapan urat utama, tiba-tiba saja gelombang irama berhawa panas itu saling berbenturan dengan hawa jahat Tay siu im khi yang mengendon dalam tubuhnya, akibat dari benturan tersebut ia segera jatuh tak sadarkan diri.
Ketika sadar kembali dari pingsannya, betul hawa racun Tay siu im khi dalam tubuhnya telah penuh, tapi berhubung hawa murni yang berada dalam kedelapan urat utamanya ikut tergetar buyar oleh gelombang irama Kiu hian tay boan yok sin im, akibatnya hawa murni ditubuhnya jadi mengambang dan tak sanggup dipersatukan kembali dalam waktu singkat.
Untung saja keadaan tersebut bukan suatu keadaan yang terlampau serius, asal ada cukup waktu baginya untuk mengatur kembali hawa murninya, ataupun ia paham sim hoat kepandaian untuk menggiring hawa murninya kembali kepusat, maka segenap hawa murni yang membuyar tersebut akan terhimpun, bukan cuma tenaganya saja yang bakal pulih kembali seperti sedia kala bahkan tenaga dalamnya akan bertambah sempurna lagi, hal mana tentu saja jauh diluar dugaan siapapun.
Sayangnya, ketika hawa murni Gak Lam-kun yang membuyar belum terhimpun kembali, ternyata ia terkena sebuah pukulan lagi dari Hay sim li yang berat dan mematikan, justru karena hawa murni Gak Lam-kun tidak terhimpun dipusar, ia dapat menahan pukulan dari Hay sim li tanpa tewas, akan tetapi, akibatnya hawa murni yang telah membuyar tersebut segera menyebar kedalam ketiga ratus enam puluh delapan buah jalan darahnya dan tercerai berai tak karuan.
Dalam keadaan begini, ia merasa tubuhnya seperti terlepas sama sekali dari daya tarik bumi, kesadarannya punah, napasnya seperti tak ada dan perasaannya ikut hilang sekalipun ia masih hidup segar bugar namun sepintas lalu keadaannya tak berbeda jauh dari sesosok mayat.
Selama empat hari belakangan ini, keadaan tubuh Gak Lam-kun kembali mengalami perubahan, hawa murni yang telah tersebar kedalam jalan darahnya pelan-pelan mulai menggumpal dan mengalir kembali kearah pusat, karenanya anak muda itu menunjukan gejala meronta belum lama berselang.
Untuk beberapa saat lamanya Hay sim li termenung sambil memutar otaknya, tiba-tiba timbul ingatan bahwa hawa murni yang dimiliki Gak Lam-kun mungkin telah punah sama sekali, ia lantas bertekad hendak mempergunakan hawa saktinya untuk menyalurkan hawa murni dalam tubuhnya kedalam nadi-nadi penting si anak muda itu.
Demikianlah, Hay sim li lantas duduk bersila dengan tangan kirinya ditempelkan diatas jalan darah Thian leng hiat ditubuh Gak Lam-kun, sementara tangan kanannya merangkul pinggang pemuda itu matanya melotot besar dan hawa murni disalurkan keluar.
Lewat beberapa saat kemudian, segulung aliran hawa panas telah menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh ditubuhnya lalu melewati jalan darah Thian leng hiat segera menyebar keempat penjuru dan mengitari sekujur badan Gak Lam-kun.
Tak sampai sepertanak nasi kemudian, isi perut Gak Lam-kun telah digerakkan kembali oleh hawa murni Hay sim li dan pulih kembali kegunaannya seperti sedia kala, darah yang membekupun lambat laun bisa mengalir kembali mengitari seluruh tubuhnya.
Cuma hawa murni yang ia miliki semula masih tetap tersumbat didalam setiap jalan darah penting ditubuhnya.
Walaupun demikian, keempat anggota badan Gak Lam-kun, yang telah mengejang keras itu tiba-tiba saja dapat bergerak kembali, peluh mulai bercucuran dari rongga-rongga tubuhnya, wajah yang memucatpun kini sudah memerah kembali.
Mendadak sekujur tubuh Hay sim li gemetar keras, tangan kirinya yang menempel diatas jalan darah Thian leng hiat pada tubuh Gak Lam-kun tiba-tiba saja dialihkan keatas jalan darah Mia bun hiat diatas punggung pemuda itu.
Uap putih yang mengepul keluar dari atas kepala Hay sim li kian lama kian bertambah tebal, tak sampai satu jam kemudian, lapisan uap putih yang menyelimuti seluruh badannya sudah sedemikian tebalnya sehingga berupa kabut putih yang amat tebal.
Suhu udara panas makin lama makin tinggi, mendadak paras muka Hay sim li mengalami suatu perobahan.
Kulit wajahnya yang jelek dan menyeramkan itu seakan-akan kulit kerak yang kering tahu-tahu mengelupas selembar demi selembar….
Waktu itu Hay sim li masih belum merasa bahwa kulit wajahnya mulai mengelupas, seluruh perhatiannya hanya tertuju untuk menyembuhkan luka yang diderita Gak Lam-kun.
Mendadak sepasang telapak tangannya yang dirangkap didepan dadanya itu berpisah kekedua belah sisi, kemudian secepat kilat menepuk dua buah jalan darah penting ditubuh Gak Lam-kun.
Namun sepasang tangannya itu tidak segera disingkirkan dari tempat itu, sebaliknya malah menempel lekat-lekat pada setiap jalan darah yang baru ditepuknya itu, hawa panas yang mengelilingi tubuh mereka berduapun kian lama kian bertambah kurang.
Seperminum teh kemudian ia baru menyingkirkan sepasang tangannya dari atas jalan darah tersebut.
Begitulah hal tersebut dilakukan berulang-ulang sampai enam kali banyaknya, sudah dua belas buah jalan darah kematian ditubuh Gak Lam-kun yang ditepuk olehnya.
Peristiwa ini boleh dibilang merupakan reaksi bagi Gak Lam-kun, sekalipun hawa murninya tak akan pulih kembali dalam waktu singkat sesudah mendapat pengobatan, tapi dua puluh empat jam kemudian bila hawa murninya telah terhimpun kembali kedalam pusar, maka kehebatan tenaga dalamnya ketika itu hampir boleh dibilang satu kali lipat daripada kemampuannya sekarang.
Mendadak berkumandang suara helaan napas panjang….
Pelan-pelan Gak Lam-kun membuka matanya, tiada rasa girang yang memancar diatas wajahnya, ia hanya bertanya dengan suara hambar, “Siapa kau?”
Begitu mendengar suaranya, bagaikan baru mendusin dari impian, Hay sim li berseru tertahan, ia melemparkan tubuh Gak Lam-kun keatas tanah lalu mundur beberapa depa dari situ.
Sinar rembulan memancarkan cahaya keperak-perakannya melewati daun jendela, ketika Gak Lam-kun mencoba untuk memperhatikan wajah Hay sim li, ia menjadi tertegun sebab raut wajah tersebut seingatnya begitu siang dan belum pernah dijumpai sebelumnya.
Raut wajah perempuan itu begitu cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, sedemikian ayunya sehingga siapapun yang memandang wajahnya pasti akan terpikat dan terpesona dibuatnya.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa si anak muda itu mulai memeras otaknya dan mengingat kembali peristiwa demi peristiwa yang telah dialaminya selama ini….
Malam itu, ia menyaksikan perempuan gila berambut panjang ini berjalan menghampirinya tiba-tiba diapun jatuh tak sadarkan diri….
Berpikir sampai disitu, apalagi melihat rambut Hay sim li dan baju yang dikenakan olehnya, kontan saja Gak Lam-kun menjerit kaget, “Haah, kau…. kau adalah dia….”
Ternyata wajah Hay sim li pada saat ini sudah tidak jelek atau menyeramkan lagi seperti tempo hari, tapi begitu cantik dan jelita bak bidadari dari kahyangan.
Wajah tersebut bukan wajah seorang perempuan tua yang berusia enam puluh tahunan tapi merupakan seraut wajah perempuan yang masih muda.
(Tentang hubungan kasih antara Hay sim li dan Yo Long, akan diceritakan pada bagian lain).
Ketika memandang untuk pertama kalinya tadi, Gak Lam-kun masih belum merasakan sesuatu yang aneh, tapi setelah memandangnya agak lama tiba-tiba ia mulai merasakan jantungnya berdebar keras, terasa olehnya betapa menarik dan memikatnya wajah Hay sim li tersebut.
Daya pesona perempuan Hay sim li tersebut, tak kalah dari daya tarik si gadis cantik yang tertera diatas lencana pembunuh naga, sudah barang tentu jauh melebihi si nona berbaju perak dari perguruan See thian san tersebut.
Ia merasa bahwa daya pikat yang dimiliki ketiga orang perempuan itu hampir sama satu sama lainnya, terutama sekali antara Hay sim li dengan si nona yang tertera diatas lencana pembunuh naga tersebut, satu-satunya perbedaan hanyalah pada alis mata nona dalam lencana pembunuh naga terdapat sebuah tahi lalat merah, dan lagi wajahnya lebih bersih dan polos.
Terkesiap Gak Lam-kun mendengar bentakan tersebut, ia jumpai paras muka Hay sim li telah berubah hebat, dengan sepasang mata yang tajam ia sedang mengawasinya lekat-lekat, sementara hawa napsu membunuh yang tebal menyelimuti wajahnya.
Diam-diam Gak Lam-kun bersiap juga menghadapi kejadian tersebut, tapi ketika teringat kembali bahwa dirinya sudah terkena hawa pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi, hatinya menjadi jauh lebih tenang.
Sesudah menghela napas ringan, pemuda itupun berkata, “Locianpwe, ada sedikit persoalan ingin boanpwe utarakan kepadamu!”
Agaknya jalan pikiran Hay sim li ketika itu telah berada dalam keadaan normal kembali, katanya dingin, “Persoalan apa yang hendak kau katakan cepat diutarakan sekarang juga! Sebab sebentar lagi tubuhmu akan kucincang menjadi berkeping-keping….”
Tertegun Gak Lam-kun mendengar ancaman tersebut, pikirnya, “Heran, dengan kau toh aku tak pernah punya dendam atau sakit hati, kenapa kau hendak mencincang tubuhku menjadi berkeping-keping….”
Tiba-tiba saja ia teringat kalau otak perempuan itu kurang waras, maka katanya kemudian, “Locianpwe, apakah kau kenal dengan baju berwarna emas yang kukenakan ini? Kalau kenal, tolong tanya milik siapakah baju tersebut?”
“Kau manusia yang pantas dibunuh” teriak Hay sim li dengan geramnya, “kau telah membunuh Yo Long, merampas pula pakaian miliknya, kau…. kau….”
Tampak jelas kalau perasaannya ketika itu sedang mengalami goncangan keras, dengan sorot mata yang berapi-api, dia awasi Gak Lam-kun tanpa berkedip.
Tentu saja Gak Lam-kun menjadi kebingungan setengah mati mendengar ucapan lawan yang penuh luapan rasa dendam itu, setelah menghela napas sedih, katanya, “Locianpwe, Yo Long adalah guru boanpwe masa aku tega membunuh guru sendiri….”
“Apa? Kaupun muridnya?” seru Hay sim li dengan perasaan terkejut.
Ternyata Hay sim li telah menganggap Si Tiong pek sebagai murid Yo Long oleh sebab itu ketika mendengar Gak Lam-kun pun mengaku sebagai murid Yo Long, ia menjadi terkejut dan mengajukan pertanyaan tersebut.
Gak Lam-kun sendiripun agak tertegun setelah mendengar ucapan tersebut, segera pikirnya, “Kalau didengar dari perkataannya jelas ada seorang yang lain telah mengaku sebagai murid suhu, tapi siapa orang itu….?”
Berpikir demikian pemuda itupun manggut-manggut, sahutnya, “Betul locianpwe, akulah murid yang sebenarnya dari Tok liong Cuncu Yo Long!”
“Tidak, aku tidak percaya kau pasti sedang membohongiku, kau harus mampus” seru Hay sim li sambil menggelengkan kepalanya berulangkali.
Gak Lam-kun menghela napas panjang, kembali ujarnya.
“Locianpwe, boanpwe tidak membohongi, apakah ada orang lain yang mengaku-ngaku murid suhu”
Kali ini Hay sim li yang dibuat tertegun oleh perkataan itu, gumamnya kemudian, “Kalau itu gadungan, kenapa bisa mengetahui kalau aku berada dalam gua itu….”
Tentu saja yang dia maksudkan adalah perkataan dari Si Tiong pek yang ditujukan kepadanya itu.
Tiba-tiba perempuan itu membentak gusar, “Bajingan cilik, kau bukan murid Long ji, kau bukan!”
Sekali lagi Gak Lam-kun menghela napas panjang.
“Aaaai…. locianpwe! Jika kau kenal guruku, tentu saja mengetahui juga dengan wataknya, mungkinkah dia akan menyerahkan pakaian miliknya ini kepada orang lain? Terus terang kukatakan kepadamu, adapun kedatangan boanpwe kali ini adalah untuk melaksanakan pesan terakhir dari suhu untuk menerima Lencana pembunuh naga dibukit Kun san serta membalaskan dendam bagi perguruan….”
Tiba-tiba Hay sim li menerjang maju kedepan lalu sambil mencengkeram urat nadi pada pergelangan Gak Lam-kun, serunya dengan penuh rasa cemas, “Apa kau bilang? Long ji telah mati cepat katakan, cepat katakan kepadaku!”
Gak Lam-kun merasakan betapa cepatnya gerak maju perempuan itu, gerak serangannya ketika mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangannya pun aneh sekali, baik ditinjau dari sudut manapun, tak mungkin bagi sang korban untuk meloloskan diri dari cengkeraman itu.
Padahal tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun waktu itu belum pulih kembali, begitu nadinya dicengkeram Hay sim li, kontan saja ia merasa kesakitan setengah mati sehingga peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya.
Tapi pemuda itu tidak meronta, ia menahan rasa sakit tersebut sebisanya kemudian setelah menghela napas sedih katanya, “Delapan belas tahun berselang, suhu kena disergap orang ketika bertarung ditebing Yan po gan dibukit Hoa san, pada musim gugur tiga tahun berselang, tiba-tiba racun dalam tubuhnya kambuh, ia tewas dalam keadaan yang mengenaskan….”
Berbicara kembali soal kematian suhunya yang mengenaskan itu, tak kuasa lagi titik airmata jatuh bercucuran membasahi wajah Gak Lam-kun, rasa sedihnya sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Sebagaimana diketahui, Yo Long adalah tuan penolongnya yang paling dia cintai!
Ketika mendengar cerita itu Hay sim li merasakan kepalanya seperti dipukul dengan martil berat pandangan matanya menjadi gelap nyaris ia jatuh tak sadarkan diri….
Cengkeramannya pada urat nadi ditangan kiri Gak Lam-kun mendadak diperkencang, lalu sambil berteriak sekeras-kerasnya ia berseru, “Kau bohong, dia tak akan mati, dia tak mungkin mati, kalau akan mati dia bakal mati disisi tubuhku….”
Oleh cengkeraman yang luar biasa kencangnya itu, Gak Lam-kun merasakan tulang pergelangan tangannya sakit hingga merasuk ketulang sumsum tapi ia masih tetap berusaha keras untuk menahan rasa sakitnya itu.
“Locianpwe!” kembali ia berkata, “aku berbicara sesungguhnya, suhu betul-betul sudah tiada”
“Cepat katakan kepadaku! Cepat katakan kepadaku, jenasahnya kau kubur dimana sekarang?” jerit Hay sim li.
“Sebelum ajalnya suhu telah berpesan tak mau dibakar, juga tak mau dikubur, maka sampai sekarang jenasahnya masih berbaring dalam sebuah gua karang dibawah air terjun tebing Yan po gan dibukit Hoa san….”
Belum habis Gak Lam-kun berbicara, teriakan keras yang memilukan hati telah berkumandang memecahkan keheningan, “Oh Long ji wahai Long ji ku, kau jangan mati dulu! Aku pergi mencarimu Long ji….”
Seperti seekor burung rajawali dengan suatu gerakan yang amat cepat Hay sim li menerjang keluar dari jendela dan berkelebat pergi dari situ….
“Locianpwe, tunggu sebentar!” teriak Gak Lam-kun keras-keras, “tempat itu sukar carinya….”
Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Hay sim li, dalam waktu singkat ia telah berada seratus kaki jauhnya dari tempat semula, betul ia mendengar teriakan dari Gak Lam-kun, tapi dalam keadaan seperti ini hakekatnya ia sudah dibikin gila oleh berita kematian Yo Long, sudah barang tentu tak akan balik kembali kesana.
Gak Lam-kun berjalan keluar dari dalam ruangan, lalu menengadah dan memandang bintang-bintang yang bertaburan diangkasa, tak kuasa lagi ia menghela napas panjang….
Teringat kembali nasibnya yang buruk dan jiwanya yang sudah tak akan hidup lama ia merasa pikirannya kosong dan hampa….
Bangunan rumah yang megah dan bersusun-susun terasa dalam keadaan yang hening, sedih dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Angin dimusim gugur ini terasa dingin dan menggidikkan tubuh, daun dan ranting bergoyang dipermainkan bayu, suasana benar-benar terasa mengenaskan.
Gak Lam-kun berjalan pelan menelusuri bangunan megah itu tanpa tujuan….
Tiba-tiba anak muda itu merasa perutnya lapar sekali, sekujur tubuhnya lemas tak bertenaga, kakinya gontai dan hampir saja tak mampu berjalan lagi.
Darimana anak muda itu bisa tahu kalau sudah empat hari empat malam ia jatuh tak sadarkan diri tanpa makan atau minum air setetespun.
Dari dalam buntalan yang menggembol dibahunya Gak Lam-kun mengeluarkan sisa ransum kering yang sudah tak seberapa lagi jumlahnya itu dan menangsal perutnya yang lapar.
Setelah agak kenyang, ia baru menghela napas sedih, pikirnya.
“Sekalipun harus mati, aku harus mati sebagai setan yang kenyang…. aku tak ingin menjadi setan kelaparan….”
Coba kalau bukan lagi berada dipulau yang terpencil, sudah pasti dia akan mencari rumah makan dan makan minum sepuasnya.
“Aaai….!” sekali lagi Gak Lam-kun menghela nafas panjang.
Belum habis helaan nafasnya, tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang suara teguran yang merdu.
“Kenapa kau menghela nafas. Sebagai seorang lelaki sejati, seorang hohan tidak malukah kau menghela nafas tanpa sebab-sebab tertentu!”
Mendengar teguran itu, dengan perasaan hati yang kaget anak muda itu segera putar badan dan berpaling kebelakang.
Dibawah sinar bintang, tampaklah tak jauh dibelakang tubuhnya sana berdiri seorang gadis muda berbaju emas yang cantik jelita.
Siapakah gadis itu?
Dia tak lain adalah jago tangguh nomor dua dalam perkumpulan Thi eng pang, Kim eng thamcu Ki Li soat adanya.
Begitu berjumpa dengannya, Gak Lam-kun segera menegur dengan suara dingin, “Nona Ki tolong tanya apakah kau datang kemari lantaran Lencana pembunuh naga itu?”
Paras muka Ki Li soat berubah hebat, lalu sambil tertawa dingin jengeknya, “Bila aku memang menginginkan lencana tersebut, bersediakah kau untuk memberikan kepadaku?”
“Bila aku tidak bersedia memberikan kepadamu, apakah kau hendak merampasnya dengan kekerasan?”
Ki Li soat manggut-manggut, “Tentu saja!”
“Kalau begitu coba rampas dari tanganku!” kata Gak Lam-kun dingin.
Selesai berkata, pemuda itu segera memutar tubuhnya dan berlalu dari situ.
“Berhenti kau!” tiba-tiba bentakan nyaring kembali berkumandang memecahkan keheningan.
Tapi Gak Lam-kun pura-pura tidak mendengar, dengan langkah lebar ia berjalan meninggalkan tempat itu.
Paras muka Ki Li soat berubah hebat, dia mendengus dingin kemudian tubuhnya menerjang kedepan dan sebuah cengkeraman dilancarkan untuk mengancam bahu anak muda itu.
Meskipun hawa murni yang dimi1iki Gak Lam-kun saat ini telah buyar ilmu silatnya sama sekali tidak berkurang, kakinya cepat melangkah kesamping, dengan suatu gerakan yang sangat aneh ia telah meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Sampai detik itu, Gak Lam-kun masih juga belum berpaling untuk menengok sekejap kearahnya.
Kemarahan yang berkobar dalam hati Ki Li soat sungguh tak terlukiskan, bagaikan seekor burung walet yang terbang diudara, ia meluncur kedepan melampaui diatas kepala Gak Lam-kun, kemudian berjumpalitan dan menghadang tetap dihadapan pemuda tersebut, bentaknya.
“Berhenti kau!”
Sreet! Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan.
Segulung angin pukulan yang sangat kuat, bagaikan gulungan gelombang dahsyat langsung menerjang kedepan.
Dalam keadaan seperti ini, tentu saja Gak Lam-kun tak berani menyambut datangnya ancaman itu dengan kekerasan, tubuhnya segera bergerak kesamping kiri sejauh beberapa depa untuk menghindarkan diri dari tibanya ancaman itu.
Ketika Ki Li soat menyaksikan pemuda itu tidak melancarkan serangan balasan, melainkan hanya berkelit melulu, dalam anggapannya pemuda tersebut sengaja memandang enteng dirinya, kontan saja hawa amarahnya memuncak, sambil tertawa dingin serunya, “Bagus sekali! Malam ini ingin sekali kuminta beberapa petunjuk darimu, ingin kuketahui sampai dimanakah taraf kehebatan ilmu silat yang kau miliki itu”
Dalam pembicaraan itu, Ki Li soat bergerak maju dengan kecepatan luar biasa, secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Ketika segulung angin pukulan berhembus lewat, hawa serangan yang berlapis-lapis pun segera menekan kedepan dan berhamburan keempat penjuru….
Berubah hebat paras muka Gak Lam-kun menghadapi kejadian tersebut, dengan kecepatan serangan yang dimiliki gadis itu, sekalipun dalam keadaan normal dengan tenaga dalam yang penuhpun belum tentu ia sanggup menghadapinya, apalagi dalam keadaan seperti sekarang.
Dengan sekuat tenaga Gak Lam-kun mengerahkan kembali ilmu gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Sekalipun demikian, tubuh Gak Lam-kun terlanggar juga oleh ekor serangan ketiga dari gadis itu, tubuhnya kontan menjadi sempoyongan dan nyaris tertelungkup.
000000O000000
Ki Li soat lebih gusar lagi setelah anak muda tersebut kembali berhasil menghindarkan diri dari serangkaian serangan tanpa melancarkan serangan balasan, dengan gusar bentaknya, “Akan kulihat berapa gebrakan lagi yang sanggup kau hindari?”
Sementara masih berbicara, tidak diketahui gerakan apa yang telah dilakukan gadis tersebut, tahu-tahu ia sudah menerjang tiba dihadapan Gak Lam-kun, kemudian….
“Weess!” sebilah pukulan telah dilontarkan keatas dada pemuda tersebut.
Menghadapi gerak serangan si nona yang begitu cepat dan aneh itu, untuk sesaat lamanya Gak Lam-kun menjadi tertegun.
“Blaang!” pukulan yang dilontarkan Ki Li soat tersebut dengan telak bersarang didada Gak Lam-kun.
Si anak muda itu mendengus tertahan, tubuhnya terlempar sejauh beberapa kaki dari posisi semula dan terkapar diatas tanah.
Ki Li soat sama sekali tak mengira kalau Gak Lam-kun tak dapat menghindarkan diri dari serangannya itu, maka begitu serangannya mengenai sasaran, dia malah tertegun dan berdiri melongo ditempat.
“Uuakk!” Gak Lam-kun yang tergeletak diatas tanah itu muntah-muntah darah segar dengan susah payah ia merangkak bangun, kemudian dengan wajah penuh rasa dendam katanya dingin, “Pukulan yang sangat bagus! Pukulan yang sangat bagus! Kini aku sudah tak bertenaga lagi untuk melakukan perlawanan, hayo cepat bunuhlah aku dan rampas lencana pembunuh naga itu!”
Ucapan tersebut sangat menyakitkan hati Ki Li soat, dengan suara gemetar katanya, “Kee…. kenapa…. kenapa kau tidak mencoba untuk menghindarkan diri?”
Gak Lam-kun mendengus dingin.
“Hmm! Jika aku dapat menghindarkan diri, sebuah pukulanmu itu pasti akan kubalas”
Tiba-tiba Ki Li soat merasa bahwa gerakan tubuhnya sewaktu menghindar tadi meski tampaknya sangat aneh dan sakti, tapi sesungguhnya amat lambat, seakan-akan ia sama sekali tiada berkekuatan barang sedikitpun untuk melakukan perlawanan.
Paras muka Ki Li soat kontan saja berubah hebat, bisiknya kemudian dengan suara gemetar, “Kau…. kau…. kau sudah tidak memiliki ilmu silat lagi….?”
Tanpa rasa jeri barang sedikitpun Gak Lam-kun mengangguk.
“Yaa benar! Sekararg tenaga dalamku telah punah sama sekali, maka bila kau menghendaki lencana pembunuh naga tersebut, jangan kau lewatkan kesempatan baik ini”
Airmata mulai bercucuran membasahi wajah Ki Li soat, katanya sambil menahan sesenggukan, “Kau jangan salah paham, aku…. aku tidak tahu kalau tenaga dalammu telah punah sama sekali….”
Melihat gadis itu melelehkan airmata, Gak Lam-kun malah tertegun dibuatnya.
“Apakah ia menyesal setelah salah memukul orang….?” demikian ia berpikir.
Tiba-tiba Ki Li soat mengeluarkan sebutir pil dari sakunya, kemudian berkata, “Gak siangkong, aku tidak bermaksud untuk merampas lencana pembunuh nagamu, kau jangan membenci diriku, aku betul-betul menyesal setelah melukaimu tadi, cepatlah telan butiran pil ini”
Gak Lam-kun gelengkan kepalanya berulangkali, kembali ia berpikir, “Sungguhkah perkataan itu?”
Butiran airmata kembali jatuh bercucuran membasahi pipi Ki Li soat, keluhnya dengan penuh kesedihan, “Apakah kau tak bersedia memaafkan diriku?”
Tiba-tiba Gak Lam-kun menghela napas panjang, ia memutar tubuhnya dan berlalu dari situ dengan langkah lebar.
Sambil berjalan pergi, pemuda itu bergumam kembali, “Kalau memang kesalahan tersebut tidak dilakukan dengan sengaja, aku tak akan membencimu, bagaimanapun aku sudah hampir mati, sekalipun diberi tambahan sebuah pukulan juga tidak menjadi soal!”
Setelah memandang bayangan punggung dari Gak Lam-kun, lenyap ditempat kejauhan sana, tiba-tiba Ki Li soat berjongkok lalu menangis tersedu-sedu dengan amat sedihnya.
Isak tangisnya begitu menyedihkan hati seakan-akan jagad hendak ambruk dan dunia hendak kiamat saja, membuat siapapun bila kebetulan mendengarnya ikut merasa sedih.
Tubuh Gak Lam-kun bagaikan sesosok bayangan sukma gentayangan berjalan sempoyongan dibawah sinar rembulan….
Sambil berjalan terus tanpa tujuan, dalam hatinya ia berpikir tiada hentinya, “Gak Lam-kun wahai Gak Lam-kun, kau hendak mati dimana? Tempat manakah yang cocok bagimu untuk beristirahat sepanjang masa…. aai, adik peng…. mungkin sudah lama kau nantikan kedatanganku…. tahukah kau bahwa aku hendak datang….? Apakah kau telah siap menjemput kedatanganku…. adik peng…. selama hidup hanya kau seorang yang mencintai…. adik peng…. cepatlah datang menjemput diriku….! Selanjutnya kita berdua tak akan berpisah lagi untuk selamanya….
Tiba-tiba ia menjadi sempoyongan, kemudian roboh terjengkang keatas tanah.
Sesosok bayangan tubuh yang ramping, dengan suatu gerakan yang amat cepat segera menerjang datang.
Dengan wajah merah dadu ia bopong tubuh Gak Lam-kun, ketika memandang wajahnya yang pucat pias serta noda darah yang membekas diujung bibirnya, gadis itu merasa amat bersedih hati, ia menangis tersedu-sedu dengan suara lirih.
Selang sejenak kemudian dengan paksa ia membuka mulut Gak Lam-kun lalu menjejalkan sebutir pil kedalam mulutnya.
Tak lama kemudian, Gak Lam-kun telah sadar kembali dari pingsannya.
Dengan cepat pemuda itu mengendus bau harum semerbak yang aneh tersiar dari sekeliling tubuhnya, ia merasa ada sesosok tubuh yang lembut dan hangat memeluknya.
Cepat ia berseru dengan suara lirih.
“Adik Peng, kaukah yang telah datang menjumpaiku?”
Tiba-tiba ia membuka matanya lebar-lebar, setelah mengetahui siapa yang berada dihadapannya, pemuda itu menghela napas panjang.
“Aaaai! Nona Ki, aku tidak membencimu!” bisiknya.
Ternyata gadis itu adalah Ki Li soat!
Setelah melukai Gak Lam-kun dan menangis tersedu-sedu mendadak teringat olehnya bahwa anak muda itu berjalan dengan sempoyongan, karena merasa tak tega maka buru-buru ia menyusul pemuda tersebut.
Setelah mendengar perkataan dari Gak Lam-kun barusan, Ki Li soat segera membesut airmatanya dan menunjukkan wajah berseri, dengan wajah merah dan senyuman yang manis menghiasi ujung bibirnya ia bertanya lirih, “Siapa sih adik Peng yang kau panggil-panggil tadi?”
Gak Lam-kun meronta bangun dari pelukannya lalu bangkit berdiri, sahutnya sambil tertawa ewa,