Sementara hal pertarungan baru saja diketahui, Hoa Kok khi dan Tang Bu kong telah menyergap kembali dengan mempergunakan senjatanya.
Perlu diterangkan disini, ilmu pedang terbang memang merupakan sejenis ilmu pedang yang sangat lihay, akan tetapi ilmu tersebut justru paling banyak pula menyerap tenaga penyerangnya.
Jilid 16
Barusan Ji Cin Peng menderita luka dalam yang tidak enteng, kemudian harus melancarkan serangan kembali dengan ilmu pedang terbang hawa murni yang dimilikinya saat ini boleh dibilang telah berkurang banyak, menghadapi serangan musuh yang sangat lihay itu, meski dia ingin mengeluarkan ilmu pedang terbangnya lagi guna melakukan perlawanan, sayang sekali kemauan ada tenaga kurang.
Dalam keadaan demikian terpaksa dia harus melompat kesebelah kanan untuk menghindarkan diri lebih dulu dari serangan Hoa Kok khi, kemudian sambil membalikkan tubuhnya ia menyerang balik dengan jurus Hay si sinlo (pandangan fatamorgana ditengah Laut).
Pedangnya dengan menciptakan selapis cahaya tajam pelindung badan segera menghadang pula serangan kilat dari Tang Bu kong.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras, sepasang telapak tangannya secara beruntun melancarkan beberapa buah serangan berantai, dua gulung desingan angin pukulan tajam langsung saja menerjang kedepan.
Ji Cin peng tak berani menyambut ancaman tersebut dengan keras lawan keras, dengan gesit dia melejit ketengah udara untuk menghindarkan diri.
Baru saja badannya melambung keudara segulung hembusan angin puyuh telah menggulung lewat dari bawah kakinya, kalau dibilang berselisih maka selisih tersebut hanya beberapa milimeter saja, nyaris saja gadis itu terhajar telak.
Sementara Ji Cin peng baru saja melayang turun empat kaki jauhnya dari posisi semula, para jago dari perguruan panah bercinta telah bergerak kedepan.
Delapan belas orang ahli pemanah dari perguruan panah bercinta itu masing-masing melancarkan dua buah panah kilat untuk menghadang pengejaran dari sekawanan jago persilatan itu.
“Hei, orang-orang dari perguruan panah bercinta, dengarkan baik-baik! Kalian menginginkan Lencana pembunuh naga? Ataukah menginginkan selembar jiwanya?”
Ketika Ji Cin peng berpaling tampak lengan Si Tiong pek telah mencengkeram urat nadi pada pergelangan kiri Gak Lam-kun, sementara ujung lengan kirinya yang kutung menempel diatas jalan darah Mia bun hiat dipunggung pemuda tersebut.
“Besar amat nyalimu!” bentak Ji Cin peng dengan gusar, jika kau berani mengusik seujung rambutnya pun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat!”
0000O0000
Si Tiong Pek tak mau kalah, sambil tertawa dingin iapun balas mengancam, “Jika kau berani maju selangkah lagi, aku segera hancurkan isi perutnya….”
Barusan, para jago lihay yang hadir disana hanya tahu memusatkan semua perhatian pada pertarungan, siapapun tak ada yang tahu kalau secara diam-diam Si Tiong pek telah ngeloyor pergi dan membekuk Gak Lam-kun sebagai sandera.
Kiranya Si Tiong pek telah merasa bahwa ia sama sekali tak berkemampuan untuk ikut memperebutkan Lencana pembunuh naga tersebut, sebagai seorang pemuda licik yang memiliki tipu muslihat, satu ingatan segera melintas dalam benaknya.
Cinta kasih Ji Cin peng terhadap Gak Lam-kun telah menimbulkan suatu ide bagus dalam benaknya, ia merasa asal pemuda tersebut berhasil dibekuknya niscaya Ji Cin peng akan menyerahkan lencana pembunuh naga tersebut dengan begitu saja kepadanya.
Maka tanpa sepengetahuan semua orang, diam-diam ia menyusul diri Gak Lam-kun dan berusaha membekuknya.
Tentu saja dengan keadaan Gak Lam-kun pada saat ini, dengan sangat mudah ia berhasil mewujudkan maksud hatinya itu.
Tanpa membuang tenaga yang terlalu besar Si Tiong pek telah menundukkan Gak Lam-kun dan membawanya kearena.
Ki Li soat yang menyaksikan kejadian itu menjadi sedih sekali, serunya dengan lirih, “Engkoh Si kau jangan berbuat demikian!”
Si Tiong pek tertawa dingin.
“Adik Soat, kau lebih baik berdiri saja disana tanpa bergerak, kau musti tahu apa yang telah kuucapkan bisa pula kulakukan. Demi Lencana pembunuh naga, aku tak akan segan-segan melakukan tindakan macam apapun juga!”
Ki Li soat tidak berdiam diri, selangkah demi selangkah ia berjalan menghampiri Si Tiong.pek katanya lagi dengan lembut, “Engkoh Si perbuatanmu itu terlalu rendah dan memalukan hal mana akan sangat mempengaruhi nama baik dari perkumpulan Thi eng pang kita!”
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring berkumandang memecahkan keheningan tahu-tahu Han Hu hoa telah melambung ketengah udara lalu dengan menggunakan ikat pinggangnya ia menyambar lengan Si Tiong pek.
Dengan cekatan Si Tiong pek melejit kesamping untuk menghindarkan diri, kemudian ditariknya tubuh Gak Lam-kun kedepan tubuhnya.
“Perempuan rendah, cepat hentikan perbuatanmu!” bentaknya “kalau kau berani bertindak satu jurus lagi jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji”
Terpaksa Han Hu hoa menarik kembali ikat pinggangnya, setelah tertawa dingin ia berkata,
“Jika kau berani membunuhnya, maka kaupun jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat!”
Dalam pada itu Ji Cin peng tidak bisa banyak berkutik, sambil menggigit bibir dia hanya bisa mengikuti jalannya peristiwa itu dengan mata melotot besar penuh kegusaran.
Sementara itu Ki Li soat telah berada satu kaki dihadapan Si Tiong pek, dengan suara lembut ia lantas berkata, “Engkoh Si, kumohon kepadamu lepaskan dia”
Si Tiong pek tertawa dingin.
“Adik Ki, aku betul-betul merasa kuatir sekali bagi perbuatanmu yang ‘pagar makan tanaman’ ini, jika kau berani maju selangkah lagi, hati-hati kalau segera kubunuh dirinya secara mengerikan….”
Tiba-tiba terdengar Gak Lam-kun mendengus tertahan, kulit wajahnya segera mengejang keras.
Tak terlukiskan rasa kaget Ki Li soat menghadapi kejadian tersebut, buru-buru ia hentikan langkahnya dan menatap wajah si anak muda itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Mendadak terdengar Ji Cin peng berkata, “Delapan belas pemanah panah bercinta, jaga mereka semua baik-baik, siapa yang berani menerjang kemari, panah dia sampai mampus. Siau Nay nay, sekarang aku ingin memohon bantuanmu, apakah kau orang tua bersedia memenuhi keinginanku?”
Perempuan berambut putih itu menghela napas panjang.
“Aaai…. serahkan saja Lencana pembunuh naga itu kepadanya!” ia berkata, “aku tak tega menyaksikan ia dibunuh orang dengan isi perut yang hancur remuk.”
Dengan wajah sedingin es Si Tiong pek memandang sekejap kearah kawanan jago yang berada disekeliling tempat itu, kutungan lengan kirinya yang menempel diatas jalan darah Mia bun hiat dipunggung Gak Lam-kun telah disaluri dengan tenaga dalam, sementara sekulum senyuman dingin yang penuh perasaan bangga tersungging diujung bibirnya.
Pelan-pelan Ji Cin peng maju kedepan, kemudian sambil menatap wajah Si Tiong pek katanya dengan dingin, “Bila kau berani menyelakainya secara diam-diam maka jangan harap kau bisa tinggalkan tempat ini dengan selamat!”
Dengan sigap Si Tiong pek menarik tubuh Gak Lam-kun dihadangkan dihadapannya lalu sambil tertawa ia berkata, “Nona tak usah kuatir, aku cuma menginginkan Lencana pembunuh naga!”
Ji Cin peng menggetarkan pergelangan tangannya, kotak kumala yang berada ditangannya itu segera dibuang keatas tanah dua depa disisinya.
“Ambillah!” ia berkata.
Pada saat itulah tiba-tiba berkumandang dua kali suara dentingan khim yang memekikkan telinga.
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat dengan cepat ia menggerakkan kaki kirinya untuk mencungkil kotak berisi Lencana pembunuh naga itu dari atas tanah, kemudian mengempitnya dengan ketiak.
Tapi pada saat itu juga Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi, Bu seng sianseng Tang Bu kong dan Kiu wi hou Kongsun Po telah berlompatan kedepan dengan kecepatan, bagaikan kilat.
Sreet! Sreet! Sreet….! Delapan belas pemanah dari perguruan panah bercinta, secepat kilat membidikkan sebaris panah bercinta kearah kawanan jago persilatan itu.
Sekalipun panah-panah bercinta itu sangat lihay dan menyambar datang dengan kecepatan Iuar biasa namun tiga orang tersebut merupakan jago-jago lihay dari dunia persilatan.
Menghadapi ancaman tersebut masing-masing segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah panah-panah yang sedang menyambar tiba itu, begitu hujan panah berhasil ditanggulangi, merekapun menerjang kearah pemanah-pemanahnya.
“Wees….! Wees….!” kembali mereka lancarkan pukulan dahsyat untuk menghantam kedelapan belas pemanah tersebut.
Ternyata delapan belas orang pemanah dari perguruan panah bercinta itu cukup gesit dan cekatan masing-masing orang segera membuyarkan diri kesamping untuk menghindarkan diri.
Tapi dengan demikian maka ketiga orang jago lihay itupun langsung menerjang kearah perempuan berambut putih, Jit poh toan hun Kwik To serta Lam ciang ceng kan kun Siangkoan lt.
“Delapan pemanah panah bercinta, cepat bubar!” tiba-tiba bentakan gusar berkumandang memecahkan keheningan.
Sambil mengayunkan sepasang telapak tangannya, perempuan berambut putih atau Siau Nay nay itu menerjang kemuka dan membabat tiga orang musuh yang telah tiba didepan mata itu.
Seperti diketahui, ilmu silat yang dimiliki perempuan berambut putih itu sangat lihay, sekalipun serangan yang ia lancarkan ini tampak enteng seperti sama sekali tidak membawa kekuatan apa-apa, sesungguhnya itulah ilmu pukulan Boan yok ciang lip dari kalangan Budha yang amat dahsyat.
Jika Hoa Kok khi, Tang Bu kong dan Kongsun Po berani menangkis serangan tersebut niscaya ketiga orarg itu akan terpental oleh tenaga pantulannya yang maha dahsyat itu, bahkan kemungkinan juga akan mengakibatkan juga mereka terluka.
Apalagi jika tenaga tangkisan mereka makin besar, maka tenaga pantulan yang munculpun akan semakin hebat pula.
Rupanya Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi cukup mengetahui akan kelihayan pukulan dari perempuan itu, segera teriaknya keras-keras, “Saudara Tong, saudara Kongsun, jangan kalian sambut serangan tersebut dengan kekerasan”
Mendengar peringatan tersebut, Tang Bu kong serta Kongsun Po segera miringkan badannya sambil mundur kebelakang dengan cepat mereka menghindarkan diri sejauh satu kaki lebih.
Haruslah diketahui bahwa Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi telah berhasil menguasai ilmu Tay Siu im khi yang sangat lihay, maka dia segera lepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk membendung datangnya terjangan dari tenaga pukulan Boan yok ciang lip tersebut.
“Blaaam….!” suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera menggelegar diudara….
Akibat dari tenaga benturan tersebut, baik Hoa Kok khi maupun perempuan berambut putih itu sama-sama merasakan bahunya bergetar keras dan mundur tiga empat langkah, terutama sekali Hoa Kok khi, paras mukanya sampai berubah menjadi pucat pasi.
Sekilas rasa kaget dan tercengang segera tampil diatas wajah perempuan berambut putih itu, dari bentrokan yang barusan berlangsung, kedua belah pihak sama-sama dibikin terkejut oleh kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki lawannya, untuk sesaat mereka tak berani melancarkan serangan lagi secara gegabah.
Dalam pada itu si gadis berbaju perak dari aIiran See thian san dengan diiringi See ih sam ceng (tiga malaikat dari wilayah See ih) dan empat orang dayang cantik telah muncul diarena, dengan cepat mereka berdiri tiga kaki dibelakang Si Tiong pek dan menghadang jalan perginya.
Si Tiong pek memperhatikan sekejap sekeliling ternpat itu, kemudian sambil tertawa dingin katanya kepada Ji Cin peng.
“Terpaksa aku orang she Si harus merepotkan nona dan anggota partai nona untuk menghantarkan diriku meninggalkan tempat ini”
Ji Cin peng mendengus dingin, “Hmm….! Sekalipun kau kabur keujung langit toh sama saja, pasti ada orang yang akan mengejarmu”
“Kau menyanggupi tidak?” tukas Si Tiong pek dengan dingin.
Rasa benci Ji Cin peng kepadanya saat ini sudah merasuk sampai ditularg, tapi oleh sebab nyawa Gak Lam-kun berada dicengkeramannya, maka ia tak berani sembarangan mengumbar hawa amarahnya.
Terpaksa sambil mengendalikan rasa geram dalam hatinya ia berkata, “Aku akan berusaha dengan sepenuh tenaga untuk melindungimu, tapi kaupun harus menyanggupi pula untuk tidak melukai nyawanya walau dalam keadaan apapun”
Sejak kemunculan para jago dari aliran See thian san, Ji Cin peng sudah mulai was-was dan siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, ia tahu jika sampai bekerja sama dengan komplotan dari Hoa Kok khi untuk melancarkan sergapan, niscaya para jagonya dari perguruan panah bercinta akan kewalahan untuk menghadapi serbuan mereka.
Dalam keadaan demikian, hal pertama yang paling menguatirkan hatinya adalah tindakan Si Tiong pek bila sampai mencelakai jiwa Gak Lam-kun terlebih dulu.
Padahal perasaan Si Tiong pek ketika itu jauh lebih gelisah dibandingkan dengan Ji Cin peng ia tahu ilmu silat yang dimiliki kawanan jago dari See thian san rata-rata amat tinggi jika mereka sampai turun tangan, sekalipun ada pihak perguruan panah bercinta yang melindunginya, belum tentu perlindungan mereka akan banyak membantu dirinya.
Berpikir sampai disitu, iapun tertawa dingin katanya.
“Seandainya kalian semua mau berusaha dengan sepenuh tenaga tentu saja kekuatan mereka bisa dibendung, heehh…. heehh…. heehh…. kalau tidak…. hati-hati saja dengan selembar nyawanya!”
Entah apa sebabnya tiba-tiba sekujur tubuh Gak Lam-kun gemetar keras kulit mukanya mengejang keras, sepasang matanya melotot besar dan mukanya merah membara, sikap semacam itu seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.
Menjumpai kejadian tersebut, dengan gusar Ji Cin peng segera membentak keras, “Apakah kau telah mencelakainya?”
Padahal Si Tiong pek sendiripun tidak tahu, kenapa secara tiba-tiba Gak Lam-kun bisa rnemperlihatkan kesakitan seperti itu.
Belum sempat dia memberikan jawabannya, dengan suara gemetar Gak Lam-kun telah berkata, “Nona Bwe…. ra…. racun yang mengeram dalam tubuhku telah mulai kambuh…. jiwaku sebentar lagi pasti melayang, aku minta…. aku minta kepadamu untuk turun tangan dengan segera untuk merampas kembali Lencana pembunuh naga itu…. jangan biarkan benda itu dirampas orang…. Lencana pembunuh naga itu kuperoleh dengan taruhan nyawa, semoga kaupun bisa menghargai pula benda itu…. kau…. kau tak usah memikirkan keselamatanku lagi….”
Remuk redam rasanya hati Ji Cin peng menyaksikan penderitaan yang dialami pemuda tersebut, tak bisa dibendung lagi airmatanya jatuh bercucuran dengan deras.
Melihat, gelagat tidak menguntungkan, sambil tertawa Si Tiong pek segera berseru, “Nona! Jika kau tidak menyanggupi permintaanku tadi, saat ini juga akan kubunuh dirinya!”
Kiranya Si Tiong pek kuatir kalau Gak Lam-kun keburu mati sehingga ia tak sempat mempergunakan dirinya lagi, maka dia ingin menggunakan kesempatan dikala jiwanya belum melayang, kalau bisa meloloskan diri dari kepungan tersebut dengan selamat.
Mendadak Gak Lam-kun mengayunkan tangan kirinya dan secepat kilat melancarkan sebuah bacokan ketubuh Si Tiong pek.
Semenjak pertama kali tadi, Si Tiong pek memang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan kilat dari Gak Lam-kun maupun usaha pemuda itu untuk bunuh diri, maka dengan sama sekali tak gugup ia miringkan tubuhnya kesamping, setelah serangan musuh dibiarkan lewat, cengkeraman pada tangan kirinya tiba-tiba diperkeras.
Dengusan tertahan bergema diangkasa, kepala Gak Lam-kun segera terkulai lemas kebawah.
Melihat itu, Ji Cin peng segera menjerit kaget teriaknya, “Kau si pembunuh kejam….!”
Hawa sakti yang telah dihimpun dalam telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan….
Dengan gerakan yang gesit dan lincah, Si Tiong pek menyeret tubuh Gak Lam-kun dan bergeser sejauh enam depa lebih dari posisi semula, bentaknya, “Jangan bergerak kalau aku tidak membuatnya tak sadarkan diri, ia akan bunuh diri”
Mendengar bentakan itu, buru-buru Ji Cin peng menarik kembali tenaga pukulan yang telah dilontarkan itu.
Sesudah berhenti sebentar Si Tiong pek berkata lebih jauh, “Harap nona segera membukakan jalan bagiku kalau kau masih sangsi juga, segera kuhancurkan isi perutnya….”
Dalam keadaan seperti ini, tiada pilihan lagi buat Ji Cin peng kecuali menerima syarat musuh, maka ujarnya dengan nyaring, “Siau Nay nay kalian bertugas membendung pengejaran dari orang-orang itu”
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu tertawa cekikikan, suaranya merdu dan merayu membuat orang terpesona rasanya.
Setelah itu katanya dengan merdu, “Barangsiapa merasa tak sanggup untuk melawan pengaruh iblis dari irama khim, harap segera mundur dari sini”
Begitu ucapan dilontarkan, See ih sam seng serta empat orang dayang cantik dari partai See thian san segera melayang mundur dari situ.
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat, perintahnya dengan cepat, “Nona cepat halangi perempuan itu untuk memetik khimnya”
Pada saat ini, Ji Cin peng boleh dikata sudah berada dalam kekuasaan Si Tiong pek, tanpa berpikir panjang ia lantas membentak, secepat kilat tubuhnya menubruk kearah nona berbaju perak itu, sementara tangan kirinya diayun kedepan melepaskan sebuah pukulan dahsyat langsung menerjang ketubuh nona berbaju perak itu.
Sekulum senyuman manis yang mempesonakan menghiasi wajah si nona berbaju perak yang cantik, dengan gesit dia melejit kesamping dan meloloskan diri dari ancaman itu, kemudian….
“Criing! Criing….”
Kelima jari tangan kanannya telah memetik senar tali khim dan berkumandanglah dua dentingan nyaring yang membetot sukma.
Ji Cin peng merasakan hawa darah didalam dadanya segera bergelora keras, tenaga pukulan yang telah dipersiapkan untuk dilancarkan, tiba-tiba membuyar dengan begitu saja.
Si Tiong pek pun merasakan kedua dentingan irama khim tersebut ibaratnya, dua gulung desingan angin serangan yang tajam menyergap jalan darah dan urat-urat penting disekujur tubuhnya, serta merta ia mundur dengan sempoyongan, cengkeramannya atas pergelangan tangan kanan Gak Lam-kun pun tiba-tiba mengendor.
Sesungguhnya jalan darah ditubuh Gak Lam-kun telah ditotok oleh Si Tiong pek, ia berada dalam keadaan tak sadar waktu itu, tapi setelah mendengar irama khim tersebut, tiba-tiba saja sepasang matanya terpentang lebar, menyusul kemudian ia mendengus pelan….”
Mendadak telapak tangannya diayun kedepan, langsung menghantam tubuh Si Tiong pek.
Peristiwa ini sungguh diluar dugaan orang sambil tertawa dingin Si Tiong pek segera berseru, “Bangsat, kau kepingin mampus?”
Telapak tangan kanannya segera diayunkan kedepan, segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung menggulung kedepan.
“Blaaang….!” benturan nyaring menggelegar diudara.
Ketika serangan dahsyat dari Si Tiong pek itu bersarang ditubuh Gak Lam-kun ternyata pemuda itu hanya mundur tiga langkah, kemudian dengan wajah kosong ia mendongakkan kepalanya memandang bintang dan rembulan diangkasa.
Si Tiong pek amat terkejut, ia tak mengira, kalau Gak Lam-kun yang telah kehilangan tenaga dalamnya, ternyata masih mampu menerima serangan mautnya barusan. Jangan-jangan tenaga dalamnya belum punah….? Atau mungkin….
Dia tidak berpikir panjang lagi, sambil tertawa dingin tubuhnya menerjang kemuka.
Tiba-tiba bayangan putih berkelebat lewat, Ji Cin peng dengan kecepatan luar biasa telah melejit keudara, melewati atas kepala Si Tiong pek dan menghadang jalan perginya.
“Kau masih berani bertindak keji?” bentaknya.
Si Tiong pek mendengus dingin, telapak tangannya segera diayunkan kemuka melepaskan sebuah bacokan.
Sesungguhnya Ji Cin peng sendiripun merasa kaget bercampur tercengang ketika melihat Gak Lam-kun sanggup menerima sebuah pukulan dari Si Tiong pek, apalagi ketika dilihatnya pemuda itu berdiri termenung dengan wajah kosong, entah apa yang sedang dipikirkan?
Walau begitu, diam-diam iapun merasa girang sekali, sebab paras muka Gak Lam-kun menunjukkan sikap yang begitu tenang dan mantap, sedikitpun tidak mirip seseorang yang lagi menderita penyakit parah.
Dengan gerakan yang amat licik Ji Cin peng menyingkir kesamping, lalu jari tangannya disentilkan kedepan, segulung desingan angin tajam langsung saja menyergap nadi penting ditubuh Si Tiong pek.
Sungguh amat dahsyat serangan tersebut dengan rasa kejut bercampur ngeri buru-buru Si Tiong pek melompat lima depa kebelakang kemudian memandang kearah gadis itu dengan wajah terpesona.
Ternyata dia kenali serangan jari tersebut bukan lain adalah ilmu Tam ci ta hiat (menyentil jari memukul jalan darah) yang merupakan sejenis ilmu jari paling sukar untuk dipelajari didunia ini.
Sementara itu Ji Cin peng telah berpaling sambil berseru.
“Siau Nay nay, kalian cepat melindungi keselamatan Gak siangkong….”
Ditengah seruan tersebut, bahunya kembali bergerak, sambil menerjang kemuka secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Dengan gerakan yang aneh tapi sakti, Si Tiong pek berkelit kesana kemari meloloskan diri dari ketiga buah serangan tersebut, kemudian telapak tangannya dibalik menyodok kedepan dan seperti roda berputar tiba-tiba saja lengan tunggalnya itu membalas dengan beberapa buah serangan.
Serangkaian pukulan berantai dari Si Tiong pek ini sungguh hebat dan ampuh, bahkan Ji Cin peng yang berilmu silat sangat lihaypun seketika terdesak hingga berada diposisi bawah angin.
Tapi dua puluh gebrakan kemudian, Ji Cin peng mendapatkan kembali ketenangannya, begitu serangan dari Si Tiong pek dilontarkan, ia segera mematahkannya dengan suatu pukulan yang tak kalah hebatnya.
Ternyata Ji Cin peng telah nempergunakan ilmu Cing po sim hoat yang terhitung sejenis kepandaian tingkat tinggi dari perguruan Lam hay.
Cing po sim hoat ini adalah sejenis ilmu tenaga dalam tingkat tinggi yang amat sulit dipelajari, tapi bila telah berhasil dengan pelajaran tersebut, maka dengan mempergunakan sim hoat tersebut, ia dapat menyalurkannya kedalam jurus-jurus serangan dikala sedang terlibat dalam suatu pertarungan.
Oleh sebab itulah, sekalipun secara beruntun Si Tiong pek telah berganti dengan belasan macam ilmu pukulan yang berbeda-beda, ia selalu kena dikuasai oleh gerakan Ji Cin peng yang tenang, hal mana membuatnya tak sanggup melancarkan serangan mematikan lagi.
Dalam pada itu, para jago dari See thian san serta Hoa Kok khi sekalian telah berdiri kurang lebih tiga kaki disisi kalangan sambil menyaksikan kedua orang itu bertarung, jurus-jurus aneh yang sama-sama dipergunakan kedua orang itu segera mendatangkan rasa kaget dan heran dihati beberapa orang itu.
Perlu diketahui, bahwasanya beberapa orang yang hadir disekitar gelanggang saat ini adalah jagoan kelas satu dari dunia persilatan, hal ini sudah tak bisa diragukan lagi, dengan sendirinya pengetahuan yang mereka milikipun sangat luas sekali maka terkesiapnya mereka setelah menyaksikan ilmu silat aneh yang digunakan kedua orang itu.
Ki Li soat merasa amat terkejut bercampur keheranan, ia tak habis mengerti sedari kapankah ilmu silat yang dimiliki Si Tiong pek telah mencapai taraf setinggi ini, apalagi setelah melihat dari jurus-jurus serangan yang dipergunakan, mana aneh, sakti lagi jelas bukan ilmu silat yang diajarkan ayah angkatnya.
Dari sekian banyak orang yang hadir disekitar arena hanya Gak Lam-kun seorang yang berdiri tenang sambil memandang angkasa dengan terpesona, entah apa yang sedang dipikirkan, meskipun pertempuran yang berlangsung amat seru, dia tidak melihat maupun menegur.
Makin bertempur Si Tiong pek merasa makin takut, perduli jurus serangan apapun yang ia gunakan ternyata semuanya berhasil dikuasai lawan, sadarlah dia bila tidak cepat-cepat mencari kesempatan untuk melarikan diri, mungkin lebih banyak bahayanya daripada keberuntungan.
Maka dia lantas membentak keras sesudah melancarkan dua buah serangan berantai tiba-tiba tubuhnya melompat mundur sejauh satu kaki empat lima depa lebih.
Ji Cin peng tak rela musuhnya kabur dengan begitu saja, sambil bertekuk pinggang tubuhnya melambung kembali keudara, lalu seperti sesosok bayangan saja, ia menerjang kedepan dan menyambar tubuh Si Tiong pek….
Sewaktu mengundurkan diri tadi, Si Tiong pek telah meloloskan pedang elang bajanya maka menghadapi serangan musuh, dengan tenang ia putar senjata lalu seperti menotok seperti juga membacok, ia menyerang pula kedepan dengan serangan aneh.
Berubah hebat paras muka Ji Cin peng setelah menyaksikan gerakan serangan lawan ujung baju sebelah kirinya buru-buru dikebaskan, segulung tenaga dahsyat segera memaksa serangan Si Tiong pek itu tertangkis kesamping, mempergunakan kesempatan ini tubuhnya menerjang lagi kebawah.
Sungguh hebat dan sakti jurus-jurus pedang Si Tiong pek, tampak ia memutar pergelangan tangannya, tiba-tiba dengan suatu tusukan kilat ia membacok lambung Ji Cin peng.
Akibat dari serangan ini, Ji Cin peng terdesak hebat dan mau tak mau dia harus mundur.
Si Tiong pek tertawa terbahak-bahak, ia melejit kebelakang dan melayang sejauh dua kaki lebih dari posisi semula.
Tiba-tiba dengusan dingin menggema diudara, lalu seseorang menegurnya, “Jangan pergi dulu saudara Si, siaute harap kau tinggalkan dulu lencana pembunuh nagamu”
Entah sedari kapan tahu-tahu Gak Lam-kun sudah berdiri dihadapan Si Tiong pek dan menghadang jalan perginya.
Terkesiap hati Si Tiong pek menghadapi kejadian tersebut, serunya tanpa terasa, “Apa…. apakah tenaga dalammu telah pulih kembali seperti sediakala….?”
Gak Lam-kun tertawa hambar.
“Sekalipun belum pulih kembali seperti sedia kala, akupun tak akan biarkan Lencana pembunuh naga itu kau bawa pergi dengan begitu saja”
Si Tiong pek tertawa terkekeh-kekeh.
“Haaahh…. haaahh…. haaahh…. bagus, bagus sekali, cuma andaikata saudara Gak gagal untuk merampas lencana pembunuh naga tersebut dengan kepandaian sendiri lantas bagaimana?”
“Bila aku gagal untuk merampasnya kembali, saat itu juga aku akan gorok leher bunuh diri dihadapanmu!”
Si Tiong pek segera tersenyum.
“Oooh…. bunuh diri sih tak perlu, aku cuma minta kepadamu andaikata kepandaian silatmu tak bisa menangkan diriku maka tolong lindungilah aku meninggalkan tempat ini”
Seperti yang diketahui Si Tiong pek adalah seorang pemuda licik yang banyak akal muslihatnya, ia tahu Ji Cin peng pasti akan melindungi keselamatan Gak Lam-kun mati-matian, karena itu seandainya Gak Lam-kun sampai tewas, sudah pasti dia tak akan lolos dari kejarannya.
Diapun tahu tenaga dalam milik Gak Lam-kun belum pulih kembali seperti sedia kala, ia yakin pasti dapat menangkan pemuda itu seandainya Gak Lam-kun bisa dipaksa untuk melindunginya meninggalkan tempat itu, hal mana sama pula dengan ia telah meminjam kekuatan perguruan panah bercinta untuk membantunya melawan musuh-musuh tangguh.
Ji Cin peng mengerutkan dahinya setelah mendengar perkataan itu, tiba-tiba ia melompat kedepan dan menerjang kesamping Si Tiong pek, lalu sambil mendengus serunya, “Kau tak usah memperhitungkan segala sesuatunya dengan seenak hatimu sendiri, kalau kau bisa menangkan dulu diriku, aku akan biarkan kau tingalkan tempat ini!”
Paras muka Si Tiong pek berubah hebat, buru buru ia mundur lima depa, lalu ujarnya kepada Gak Lam-kun sambil tertawa, “Apakah saudara Gak hendak mengundurkan diri dan digantikan oleh dia….?”
Gak Lam-kun segera tertawa dingin.
“Haaahhh…. haaahhh…. haaahhh…. sebagai seorang laki-laki sejati, lebih baik hancur sebagai kumala daripada utuh sebagai batu bata, kalau kau punya kepandaian, hayo bunuhlah aku!”
Berbicara sampai disana, ia lantas berpaling kearah Ji Cin peng sembari katanya, “Nona Bwe, tolong pinjamkan pedangmu kepadaku!”
Ji Cin peng menghela nafas sedih, katanya dengan lirih.
“Luka dalammu sangat parah, tenaga dalammu belum pulih kembali seperti sedia kala….”
Gak Lam-kun segera tersenyum.
“Mati hidup seseorang semuanya telah digariskan oleh takdir” ia menukas, “jika batas usianya belum sampai, ingin matipun tidak bakal mati. Nona Bwe, kau menaruh budi kebaikan yang sangat besar kepadaku, aku orang she Gak merasa tak sanggup untuk membalasnya, semula aku ingin menghadiahkan Lencana pambunuh naga itu kepadamu, tapi kena dirampas orang lain, karena itu bagaimanapun juga aku harus merampasnya kembali dari tangannya, lalu akan kuhadiahkan kembali untuk nona”
Mendengar perkataan itu, Ji Cin peng merasa girang bercampur terharu, dari ucapan yang pertama tadi dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah pulih kembali, apalagi setelah menyaksikan kebulatan tekad pemuda itu, ia tahu dinasehatipun tak ada gunanya, terpaksa ia harus putar otak untuk mencari sesuatu akal guna membantunya.
Maka pedang Giok siang kiam tersebut diambil keluar dari sakunya dan diserahkan kepada Gak Lam-kun.
“Soal perselisihan diantara kita, lebih baik diperhitungkan dikemudian hari saja, sedang dalam pertarungan hari ini lebih baik disudahi setelah saling menutul, begitu menang kalah diketahui pertarungan segera dihentikan. Seandainya siaute yang kalah nanti, tentu saja akan kuserahkan Lencana pembunuh naga itu kepadamu, sebaliknya bila siaute yang beruntung bisa menangkan pertarungan, maka aku terpaksa harus minta tolong kepada saudara Gak untuk menghantarku pergi dari sini, entah bagaimanakah pendapatmu?”
Gak Lam-kun tidak menjawab, pelan-pelan ia menghampiri Si Tiong pek, kemudian katanya, “Saudara Si, silahkan turun tangan!”
Si Tiong pek tidak mengalah lagi, ia menggetarkan pedangnya dan segera melancarkan sebuah tusukan.
Gak Lam-kun berdiri tenang ditempat, pedang giok siang kiam pelan-pelan diangkat keudara lalu dengan jurus To coan im yang (memutar balikkan im dan yang) dia paksa mundur pedang Si Tiong pek.
Melihat itu, Si Tiong pek tertawa dingin, pedang elang bajanya berputar diudara menciptakan selapis hawa tajam, kemudian menusuk keatas, tengah dan bawah tubuh Gak Lam-kun, dalam sekejap mata tiga belas tusukan telah dilancarkan.
Terkejut juga Gak Lam-kun menghadapi serangan maut sedahsyat itu, ia miringkan tubuhnya dan buru-buru mundur lima depa.
Siapa tahu belum lagi tubuhnya berdiri tegak pedang elang baja dari Si Tiong pek dengan membawa desingan angin tajam telah menyambar kembali, sedemikian cepatnya serangan itu hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata, keanehan dan kehebatan jurus serangannya betul-betul diluar dugaan orang.
Gak Lam-kun tak sempat untuk berkelit lagi, terpaksa ia harus mengayunkan pedangnya untuk menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras.
Tiba-tiba Si Tiong pek tertawa dingin ditengah jalan ia buyarkan serangan, pedangnya bergoyang kencang dan secara beruntun melepaskan tiga buah serangan maut dengan jurus-jurus Ya pan hong yan (asap tebal ditengah malam), Liu seng liok tee (bintang luncur jatuh ketanah) serta Thian le tee wong (jaring langit jembatan bumi).
Seketika itu juga Gak Lam-kun merasakan empat arah delapan penjuru penuh dengan bayangan pedang elang baja, hatinya merasa amat terkesiap ia tak berani menyongsong ancaman tersebut dengan kekerasan dengan cekatan tubuhnya berkelebat kesana kemari menghindarkan diri, tahu-tahu ia sudah terlepas dari kurungan cahaya pedang lawan.
Gerakan tubuh yang amat lihay tersebut tidak lain adalah gerakan tubuh Ji gi ngo heng jit seng liong heng sin hoat.
Si Tiong Pek segera tertawa dingin, serunya, “Saudara Gak, cepat amat gerakan tubuhmu itu!”
Ditengah pembicaraan tiba-tiba pedangnya digetarkan dan menusuk kembali kedalam lawan.
Tusukan tersebut dilancarkannya dengan mempergunakan jurus pedang ampuh yang tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, meskipun sepintas lalu tampaknva biasa tiada yang aneh, sesungguhnya dibalik serangan tersebut terkandung tiga jurus perubahan yang luar biasa, perduli apakah Gak Lam-kun akan menangis dengan pedangnya, atau melompat untuk menghindari, sulit baginya untuk meloloskan diri dari kepungan jurus-jurus ampuh tersebut.
Siapa tahu ketika serangan itu sudah hampir mendekati tubuhnya, tiba-tiba Gak Lam-kun memutar badan, lalu dengan mempergunakan ilmu langkah Liong heng sin hoat dia menyelinap kebelakang Si Tiong pek dan melancarkan sebuah tusukan.
Ketika serangannya mengenai sasaran kosong Si Tiong pek sudah tahu bahwa keadaan bakal celaka, mempergunakan kesempatan itu dia lantas bertekuk pinggang dan melompat maju sejauh sembilan depa, sebab itulah dengan mujur ia berhasil meloloskan diri dari tusukan Gak Lam-kun itu.
Dengan kecepatan luar biasa kedua belah pihak saling bergebrak beberapa jurus, kedua belah pihak sama-sama menjaga diri dan tak berani memandang enteng musuhnya lagi, dengan memusatkan segenap perhatian dan melintangkan pedangnya kedepan dada mereka berdiri sambil menantikan tibanya kesempatan yang menguntungkan.
Dalam pada itu Ji Cin peng baru merasa lega setelah menyaksikan pertarungan tersebut berjalan seru, ia tahu tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun telah pulih kembali seperti sedia kala, wajah yang semula menegangpun kini mengendor kembali.
Sebaliknya Gak Lam-kun merasakan juga kemajuan yang amat pesat dari kepandaian silat yang dimiliki Si Tiong pek setelah berlangsungnya pertarungan, diam-diam ia berpikir, “Dari sini terbuktilah sudah kalau tenaga dalamku telah pulih kembali seperti sedia kala, bahkan tampaknya tenaga dalamku makin lama semakin sempurna…. tapi jurus-jurus pedang yang dipergunakan Si Tiong pek aneh juga, bahkan tenaga dalamnya telah memperoleh pula banyak kemajuan, apakah didalam belasan hari yang amat singkat ini dia telah menjumpai penemuan aneh”
Berpikir sampai disitu, Gak Lam-kun segera menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, untuk bersiap sedia menghadapi serangan lawannya….
Sesudah kedua belah pihak sama-sama dibuat terperanjat oleh kelihayan ilmu lawan mereka tak berani melancarkan serangan lagi secara gegabah, kurang lebih seperminuman teh kemudian, Si Tiong pek mulai habis kesabarannya, pelan-pelan ia berjalan mendekati diri Gak Lam-kun.
Melihat musuhnya mendekat, Gak Lam-kun mendengus dingin, tiba-tiba pedangnya digetarkan keras, kemudian dengan jurus Thian heng peng lui (guntur dan salju diujung langit) pedang pendeknya berkelebat menciptakan berlapis-lapis hawa dingin yang membawa desingan angin tajam….
Sungguh dahsyat serangan ini, sampai-sampai Ji Cin peng yang dari samping arenapun diam-diam terkejut oleh kemajuan pesat yang dicapainya didalam tenaga dalam.
Si Tiong pek tak berani memandang enteng terhadap datangnya ancaman itu, tenaga dalamnya segera dihimpun, kemudian dengan jurus Peng hong thian san (salju menyelimuti bukit thian san) salah satu serangan yang tercantum dalam Hay ciong kun boh, ia sambut datangnya serangan tersebut.
Pedang Thi eng kiamnya diputar menciptakan satu lingkaran cahaya biru yang menyilaukan mata, seluruh tubuhnya dengan cepat terlindung dibalik cahaya tersebut.
“Traang! Traang! Traang!” benturan demi benturan nyaring bergema memecahkan kesunyian, secara beruntun sepasang pedang itu sudah saling membentur dengan hebatnya.
Si Tiong pek segera merasakan akibatnya dari bentrokan itu, oleh getaran tenaga dalam yang sempurna dari Gak Lam-kun, seluruh pergelangan tangan kanannya menjadi kaku dan kesemutan.
Betapa terkesiapnya dia, buru-buru pedangnya diputar dengan jurus Sin liong jut im (naga sakti muncul dari mega), lalu ditusukkan kedepan….
Serangan ini sangat aneh dan mencengangkan hati, sasarannya adalah dada, tapi ancamannya seperti juga tusukan seperti pula bacokan.
Gak Lam-kun tercengang, bahunya bergerak cepat dengan suatu gerakan manis ia meloloskan diri dari sergapan itu.
Namun Si Tiong pek yang licik telah memperhitungkan sampai kesitu, walaupun serangannya amat ganas tapi bisa dipakai untuk serangan tipuan, bisa juga untuk serangan sungguhan, ia telah menduga kalau Gak Lam-kun tidak akan mempergunakan pedangnya untuk menangkis serangan tersebut.
Ia segera tertawa dingin, tidak menanti Gak Lam-kun sampai memutar pedangnya, cepat-cepat ia sudah melompat mundur sejauh lima depa selapis hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajahnya, dengan dingin ia berkata, “Sungguh tidak kusangka kalau secepat ini tenaga dalammu pulih kembali, rupanya dalam pertarungan ini, kalau bukan kau yang harus mampus, akulah yang bakal mati?”
“Memandang pada persahabatan yang pernah kita jalani asal kau serahkan kembali lencana pembunuh naga itu kepadaku malam ini….”
Si Tiong pek marah sekali ia tertawa dingin dan menukas, “Siapa menang siapa kalah saja masih belum dapat diduga, buat apa kau musti omong besar….
Tidak sampai selesai perkataan itu diucapkan tiba-tiba tubuhnya telah menerjang lagi kedepan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, hawa dingin menyelimuti angkasa, tiba-tiba ia melancarkan enam buah tusukan berantai.
Hawa pedang segera membumbung diangkasa, bukan cuma serangannya saja yang hebat, ternyata dikombinasikan pula dengan kelincahan gerak tubuh Si Tiong pek yang sukar diduga sebelumnya, hal mana bukan mengakibatkan rasa terkejut bagi Gak Lam-kun saja, Ki Li soat sendiripun ikut terkesiap.
Paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi amat serius, pedang pendeknya diputar keras menciptakan selapis hawa pedang untuk melindungi badan serta merta ia bendung keenam buah serangan kilat dari Si Tiong pek tersebut.
Pada waktu itu Gak Lam-kun merasakan hawa murni yang bergelora didalam tubuhnya makin lama semakin menghebat, saking tak kuatnya mengendalikan golakan hawa murni yang menumpuk itu, tiba-tiba ia membentak keras….
Sebuah tusukan maut secepat kilat dilontarkan kedepan….
Bentakannya itu sungguh amat nyaring bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, segera semua jago merasakan hatinya bergetar keras….
Ditengah bentakan yang amat keras itu, secepat kilat Si Tiong pek melompat mundur sejauh tujuh delapan depa untuk menyelamatkan diri, tapi….
“Breet!”
Tahu-tahu ujung baju sebelah kirinya sudah kena disambar kutung oleh hawa pedang Gak Lam-kun yang amat tajam itu.
Kejut dan gusar Si Tiong pek menyaksikan kejadian ini, ia membentak nyaring sambil maju ia melancarkan serangan balasan.
Pedangnya digerakkan seperti orang kalap, tubuhnya berputar kencang bagaikan sedang terbang.
Inilah suatu pertempuran yang jarang ditemui dalam dunia persilatan kedua belah pihak sama-sama mempergunakan gerakan tubuh yang cepat untuk berusaha saling merobohkan, kejadian ini membuat para jago yang berada ditepi arena menjadi tertegun dan melongo saking terpesonanya….
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun saat itu telah memperoleh kemaluan yang amat pesat, setiap bacokan yang ia lancarkan segera membawa hawa pedang yang amat dahsyat dan selalu berhasil memaksa Si Tiong pek mundur dengan kaget oleh karena itulah walaupun Si Tong pek memiliki rangkaian jurus mematikan yang lihay, selalu saja gagal untuk dikembangkan sebagaimana mestinya.
Sebenarnya kepulihan tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun baru akan terjadi dua puluh empat jam kemudian, tapi totokan keras dari Ji Cin peng yang diterimanya tadi justru telah berhasil menembuskan kembali kebekuan yang mencekam nadi-nadi pentingnya, oleh karena itu hawa murninya mengalir kembali kepusar jauh lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan.
Sebagaimana diketahui, untuk menyadarkan Gak Lam-kun dari pingsannya, perempuan gila berambut panjang Hay sim li telah beberapa kali mengerahkan tenaga murninya untuk menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh ditubuhnya untuk memasuki Tam thian (pusar), sekalipun gagal usahanya waktu itu, tapi asal hawa murni dari Gak Lam-kun telah terhimpun kembali, maka hawa murni yang pernah disalurkan Hay sim li itu segera akan dilebur oleh kekuatannya dan dihisap semua.
Oleh karena itulah, Gak Lam-kun merasakan betapa makin lama tenaga dalamnya makin kuat dan sempurna, hanya saja waktu itu dia sama sekali tidak memahami gejala tersebut.
Ditengah pertarungan sengit yang sedang berlangsung, tiba-tiba Gak Lam-kun membentak keras, “Lepaskan pedangmu!”
“Cring!” tahu-tahu pedang Si Tiong pek sudah terjatuh ketanah, sedang pemuda itu dengan wajah kaget bercampur ngeri mundur sejauh dua kaki lebih.
Gak Lam-kun melihat pedangnya didepan dada berdiri dengan wajah serius, sikapnya mantap dan wajahnya berwibawa.
Tiba-tiba ia turunkan pedang pendek itu, lalu menghela napas panjang, katanya, “Saudara Si, harap kau serahkan dulu Lencana pembunuh naga itu kepadaku…. seorang lelaki saja dapat membedakan mana budi mana dendam, jika saudara Si ingin membalaskan sakit hati Ou Yong hu , lakukan saja dikemudian hari!”
oooooOooooo
Sebelum terjadinya pertarungan antara Si Tiong pek melawan Gak Lam-kun tadi, ia pernah membekuk Gak Lam-kun dengan mudah dan tanpa mengeluarkan sedikit tenagapun, tak disangka olehnya setelah tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun pulih kembali bukan saja tenaga dalamnya jauh lebih sempurna darinya, bahkan iapun tak sanggup menangkan lawannya itu.
Lencana pembunuh naga sebagai benda mustika yang digilai oleh jago persilatan dalam dunia bahkan dengan pertaruhkan nyawapun berusaha untuk dimiliki tentu saja tak akan ia serahkan kepada Gak Lam-kun dengan demikian saja apalagi Si Tiong pek pada dasarnya memang seorang manusia licik.
Karena itu setelah termenung sejenak katanya kemudian sambil tertawa.
“Apa yang saudara Gak katakan memang benar, heehh…. heehhh…. heehhh…. Lencana pembunuh naga adalah benda mustika yang diinginkan oleh setiap umat persilatan dunia ini, jika kau yang menyimpan benda tersebut, apakah tidak kuatir kalau akan dirampas oleh orang lain….”
“Soal ini kau tak usah kuatir” tukas Gak Lam-kun dingin, “sekarang harap kau serahkan kotak kumala itu dengan segera kepadaku”
Si Tiong pek tertawa dingin, ia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan kotak kumala tersebut, kemudian katanya, “Kalau kau bersikeras menginginkan kotak ini lebih dulu sebelum menyerahkannya kepadamu”
Gak Lam-kun menjadi teramat gusar, bentaknya, “Kenapa kau begitu tak memegang janji?”
Si Tiong pek tertawa hambar.
“Aku toh cuma mengabulkan untuk memberikan Lencana pembunuh naga ini kepadamu. Sedari kapan aku menyanggupi untuk tidak menghancurkannya….?”
Ji Cin peng serta Gak Lam-kun segera membentak keras sambil tiba-tiba menerjang kemuka….
Si Tiong pek telah mempersiapkan diri, tiba-tiba ia melompat kebelakang sambil membentak, “Bila kalian berani maju selangkah lagi, segera kumusnahkan lencana ini!”
“Hei jangan kau musnahkan lencana itu bila ada persoalan mari kita rundingkan secaia baik-baik!” teriak Thiat kiam Kuncu Hoa Kok khi dengan suara lantang.
Bu sin Sian seng Tong Bu kong menghimpun hawa murninya lalu berpekik nyaring, pedangnya dengan menciptakan selapis bianglala tiba-tiba melancarkan sebuah sergapan kepunggung pemuda she Si itu.
Ki Li soat sepera membentak nyaring, ia sambut kedatangan Tong Bu kong dan secara beruntun sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian serangan berantai dalam waktu singkat ia telah melancarkan lima buah serangan yang memaksa Tong Bu kong mundur terbirit-birit.
Dengan suatu gerakan cepat gadis itu meloloskan pedang bambu tipisnya dari atas punggung, lalu sambil mendekati Si Tiong pek, ia berseru, “Engkoh Si, serahkan lencana itu kepada Gak siangkong!”
“Adik Soat, lucu amat perkataanmu itu!” jengek Si Tiong pek segera sambil tertawa dingin, “aku mau bertanya kepadamu, jauh-jauh dari ribuan li datang kemari sebenarnya untuk apa sih kau ini?”
“Engkoh Si meskipun kita datang untuk mendapatkan Lencana mustika itu tapi apa pula yang dipegang teguh oleh setiap umat persilatan? Apakah kau hendak mengingkari janjimu sendiri dan melanggar peraturan perkumpulan….!”
Mendengar ucapan tersebut, paras muka Si Tiong pek segera berubah hebat, tapi sejenak kemudian sambil tertawa dingin katanya, “Asal bisa kudapatkan lencana mustika ini sekalipun harus melanggar peraturan perkumpulan aku akan menggunakan keberhasilanku ini untuk menebus dosa tersebut!”
“Bajingan tengik!” Ji Cin peng telah membentak pula, “Jika lencana pembunuh naga tidak kauserahkan, hanya ada jalan kematian untukmu!”
Bayangan putih berkelebat lewat, sepasang telapak tangannya secara beruntun telah melancarkan pukulan dahsyat….
Dua gulung angin pukulan yang sangat kuat, dengan cepatnya segera menggulung tubuh Si Tiong pek.
Tiba-tiba Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak, kemudian katanya, “Jangan takut Si lote, aku datang membantumu!”
Ditengah bentakan, telapak tangan kanannya diayunkan kedepan, segulung angin pukulan berhawa dingin segera menyambar ketubuh Ji Cin peng….
Tong Bu kong serta Kiu wi hou Kongsun Po tidak ambil diam saja, merekapun mengerahkan tenaga dalamnya dan melancarkan sebuah pukulan yang amat dahsyat kearah Ji Cin peng.
Perubahan yang terjadi sangat tiba-tiba ini sama sekali diluar dugaan orang-orang perguruan panah bercinta.
Seperti diketahui golongan Hoa Kok khi adalah musuh bebuyutan dari perkumpulan Thi eng pang jadi sama sekali tak terduga oleh mereka bahwa kedua kelompok kekuatan tersebut bisa bersatu padu.
Gak Lam-kun membentak keras, pedangnya dialihkan ketangan kiri, sedangkan tangan kanannya melepaskan sebuah bacokan.
Segulung angin pukulan yang keras segera menyambar kedepan, ketika saling membentur dengan beberapa kekuatan lainnya, segera timbullah segulung angin berpusing yang menerbangkan debu dan pasir serta menggetarkan pepohonan yang berada disekeliling tempat itu.
Didalam pertarungan adu tenaga dalam semacam ini, masing-masing pihak tak nanti bisa mencari kemenangan dengan mengandalkan kelicikan ataupun akal muslihat, maka setelah Tong Bu kong dan Kongsun Po bersama-sama menerima sebuah tenaga gabungan dari Gak Lam-kun serta Ji Cin peng, mereka segera rasakan sekujur tubuhnya bergetar keras.
Terutama sekali tenaga pukulan yang dilancarkan Gak Lam-kun, sedemikian kuat dan hebatnya sehingga walaupun puncak dari kekuatan tersebut sudah digetarkan oleh pukulan Tay siu im khi yang dilancarkan Hoa Kok khi, akan tetapi sisa kekuatannya masih mampu untuk mendobrak segala-galanya.
Tenaga dalam yang dimiliki Tong Bu kong dan Kongsun Po terhitung paling lemah, maka kekuatan gabungan dari Gak Lam-kun dan Ji Cin peng segera menerjang kearah mereka berdua.
Begitu merasakan keadaan tidak menguntungkan. Tong Bu kong dan Kongsun Po segera berteriak keras, “Cepat mundur!”
Kedua orang itu bersama-sama melancarkan lagi beberapa buah pukulan, kemudian cepat-cepat tubuhnya mundur sejauh tiga kaki lebih.
Pada saat itulah, Thiat Kiam kuncu Hoa Kok khi ibaratnya sukma gentayangan tahu-tahu menerjang kesisi tubuh Si Tiong Pek tanpa menimbulkan suara, kemudian mencengkeram pergelangan tangan kanannya.
Kepandaian silat yang dimiliki Si Tiong pek sekarang telah peroleh kemajuan yang pesat, lagipula diapun sadar bahwa bantuan dari Hoa kok khi tadi pasti terselip maksud-maksud tertentu, maka baru saja cengkeraman orang menyambar tiba, ia sudah menyingkir sejauh lima depa lebih dari posisi semula.
Si Tiong pek segera tertawa dingin, serunya, “Orang she Hoa, tidaklah kau merasa bahwa caramu itu sedikit terlampau kasar?”
“Haaahhh…. haaahhh…. haaahhh…. kalau begitu, anggap saja memang terlalu kasar!” sahut Hoa Kok khi sambil tertawa licik.
Dalam pembicaraan itu, tiba-tiba ia melancarkan sebuah bacokan lagi dengan kecepatan luar biasa.
Kiranya menggunakan kesempatan dikala tanya jawab itu sedang berlangsung, Hoa Kok khi telah menghimpun tenaga dalam yang dimilikinya, jadi serangan yang kemudian dilepaskan ini boleh dibilang merupakan sebuah pukulan yang disertai dengan segenap tenaga yang dimilikinya….
Si Tiong pek tak sempat untuk berkelit lagi, terpaksa ia harus menghimpun pula hawa murninya dan mengayunkan telapak tangan kanan untuk menerima datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan.
Siapa tahu, setelah pukulan itu dilancarkan, ternyata dari serangan lawan itu sedikitpun tidak dijumpai daya perlawanan, karena tercengang, tanpa sadar ia menarik kembali tenaga pukulannya itu….
Siapa sangka, pada saat itulah tiba-tiba ia merasa ada segulung hawa dingin ikut menyusup masuk kedalam tubuhnya mengikuti tenaga dalamnya yang ditarik kembali tadi, kenyataan ini sangat mengejutkan hatinya, buru-buru ia mengerahkan tenaga untuk melindungi isi perut dan menutup semua jalan darah pentingnya dari ancaman hawa racun musuh.
Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak.
“Haahh…. haahh…. haaahh…. kau telah terluka oleh pukulan Tay siu im khi ku, sekalipun kau memiliki tenaga dalam yang sempurna, jangan harap bisa melewati tujuh hari, kini hanya ada satu jalan kehidupan bagimu, yakni serahkan Lencana pembunuh naga itu kepadaku….!”
Si Tiong pek tertawa dingin, ia memutar badannya dan segera melayang mundur sejauh beberapa kaki.
“Mundur kau” tiba-tiba bentakan nyaring menggelegar.
Cian seng (malaikat pukulan) Nian Eng hau dari pihak See thian san telah melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat ketubuh Si Tiong pek.
Menyaksikan ancaman itu datangnya amat dahsyat, terpaksa Si Tiong pek harus melayang mundur kembali kebelakang, belum lagi sepasang kakinya berdiri tegak, para jago kembali sudah mengepungnya rapat-rapat.
Dengan keadaan tersebut, sadarlah Si Tiong pek bahwa tiada harapan lagi baginya untuk melarikan diri….
Disaat yang kritis itulah tiba-tiba berkumandang gelak tertawa yang amat nyaring, menyusul kemudian dari tengah udara meluncur datang belasan sosok bayangan manusia yang berkelebat tiba, dalam sekejap mata mereka telah berada diluar lingkaran kepungan kawanan jago tersebut.
Ketika semua orang berpaling kearah kawanan jago yang datang itu, bergetarlah hati mereka semua, tampak Thi eng sin siu (kakek sakti elang baja) Oh Bu hong dipimpin kedua orang thamcu serta kedelapan belas orang elang bajanya telah tiba disana.
Oh Bu hong tertawa terbahak-bahak.
“Haaahh…. haaahhh…. haaahhh…. selamat berjumpa, selamat berjumpa, kiranya kalian semua telah tiba duluan daripada aku”
Ketika dilihatnya lengan Si Tiong pek kutung sebelah, dengan cepat ia melanjutkan, “Pek ji, kenapa kau? Siapa yang telah melukaimu?”
Pertanyaan itu diajukan dengan penuh kasih sayang dan nada memperhatikan.
“Sungguh kebetulan sekali kedatangan suhu” kata Si Tiong pek cepat, “tecu sedang dikejar-kejar mereka hingga tak ada jalan mundur lagi….”
Betapa tajamnya sepasang mata Oh Bu hong, dalam sekilas pandangan saja ia telah melihat kotak kumala yang ditangan Si Tiong pek, diapun segera tahu bahwa lencana pembunuh naga yang digilai orang telah berada ditangan muridnya.
Maka biji matanya segera mengerling sekejap memberi tanda, delapan belas orang elang baja beserta Gin eng tamcu (thamcu elang perak) Kwan Kim ceng, dan Lan eng thamcu Wan kiam ciau secepat kilat menyebarkan diri keempat penjuru sambil bersiap sedia menghadapi serangan-serangan para jago yang bermaksud merampas kotak kumala itu.
Kemudian pelan-pelan Oh Bu hong berjalan masuk ketengah arena dan mendekati Si Tiong pek.
Seketika itu juga, suasana dalam gelanggang berubah jadi amat tegang hingga untuk bernapaspun rasanya sesak, setiap jago yang hadir disitu sama-sama menghimpun tenaga dalamnya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Suatu pertempuran yang menentukan antara mati dan hidup segera akan berlangsung didepan mata.
Tiba-tiba Ji Cin peng mengayunkan tangannya kedepan, tiga biji Bodhi sian cu dengan membelah angkasa segera menyambar kemuka dan secara berpisah mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh Oh Bu hong, sungguh cepat serangan tersebut hanya dalam sekilas sambaran saja tahu-tahu sudah lenyap.
Agaknya Thi eng sin siu Oh Bu hong dibikin terpesona oleh kekuatan serta kehebatan Ji Cin peng dalam melancarkan serangan dengan senjata rahasianya itu, tiba-tiba ia berhenti, kemudian pedang Thi eng kiamnya diayunkan kemuka.
Seketika itu juga muncullah selapis angin serangan yang maha dahsyat, ketiga biji Bodhi sian cu tersebut segera terpukul rontok.
Gan tiong ciang (pukulan batu karang) Kwik Kim ceng membentak keras, telapak tangan kanannya segera diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat.
Karena serangan yang menggulung datang amat hebat dan dahsyat mau tak mau Ji Cin peng harus memutar juga telapak tangannya sambil melepaskan sebuah pukulan.
Menggunakan kesempatan diatas pikiran Ji Cin peng sedang terpecah kearah lain, tiba-tiba Oh Bu hong melompat kedepan dan langsung menerjang kesisi Si Tiong pek, maksudnya dia hendak merampas kotak kumala tersebut.
Siapa tahu baik Gak Lam-kun maupun Thi kiam kuncu Hoa Kok khi telah memperhatikan hal tersebut dengan seksama baru saja Oh Bu hong bergerak, dua orang itu sudah membentak keras kemudian dari arah yang berlainan menubruk kedepan.
Betapa cepatnya gerakan tubuh kedua orang itu, dalam waktu singkat mereka telah tiba ditempat tujuan. Dalam keadaan demikian sekalipun Oh Bu hong berilmu tinggi mau tak mau dia harus juga berusaha untuk menghindarkan diri.
Sambil tertawa terbahak-bahak, tongkat elang bajanya dengan jurus Hong sau cian kun (menyapu rata selaksa prajurit) secepat kilat menyambut datangnya bacokan dari kedua orang itu.
“Blaang….!” suatu benturan keras segera menggelegar diudara, Gak Lam-kun dan Hoa Kok khi masing-masing saling berhantaman dengan tongkat elang baja itu hingga suatu adu tenagapun tak terhindarkan lagi.
Akibat dari benturan tersebut Gak Lam-kun serta Hoa Kok khi segera melayang turun kembali ketanah.
Sebaliknya Thi eng sin siu Oh Bu hong kena digetarkan sehingga mundur tiga langkah dengan sempoyongan.
Akibat bentrokan ini sangat mengejutkan hati Oh Bu hong ia tak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki kedua orang ini sedemikian sempurnanya.
Thi kiam kuncu Hoa Kok khi memandang sekejap kearah Gak Lam-kun, lalu sambil tertawa katanya.
“Gak lote, jika kita berdua mau bekerja sama sudah pasti musuh tangguh itu bisa kita atasi!”
Mendengar perkataan itu, Oh Bu hong tertawa tergelak.
“Haaaahhh…. haaahh…. haaahhh…. Hoa Kok khi, hampir saja lohu memandang enteng dirimu.”
Ditengah pembicaraan, pedang Thi eng kiamnya sedemikian rupa melepaskan sebuah serangan lagi dengan jurus Lip say ngogak (menyapu rata lima bukit)….
Hoa kok khi tertawa ringan, cepat-cepat dia melompat kebelakang untuk menghindar….
Tapi Gak Lam-kun bukannya mundur malahan maju, sekali lompat ia sudah berebut menduduki tiang kiong.
Setelah tenaga dalamnya peroleh kemajuan pesat gerakan tubuh pemuda itu jauh bertambah cepat, telapak tangan kirinya dibabat kemuka menangkis senjata lawan kemudian tangan kanannya dengan jurus Pek thian khi hong (bianglala putih kilat menyambar) menusuk dada musuh dengan pedang giok siang kiam.
Oh Bu hong merasa terperanjat, cepat ia melompat mundur kemudian menubruk maju lagi bagaikan harimau kelaparan, pedang Thi eng kiam koaynya diputar sedemikian rupa bagaikan angin ribut, tampaknya serangan tersebut dilancarkan dengan hawa amarah yang meluap-luap.
Dalam waktu singkat bayangan senjata, desingan angin serangan telah menyelimuti seluruh angkasa.
Gak Lam-kun tak mau kalah, dia pun kembangkan serangan pukulan dan bacokan pedangnya untuk melepaskan serangkaian serangan ketat yang rapat dan hebat.
Untuk sesaat kawanan jago yang berada disekitar sana dibuat tertarik dan terpesona oleh serangkaian serangan yang dilancarkan kedua belah pihak.
Ji Cin peng amat menguatirkan keselamatan Gak Lam-kun ia kuatir pemuda itu menderita kekalahan akibat lukanya yang baru sembuh, sepanjang pertarungan berlangsung sepasang matanya mengawasi terus jalannya pertarungan tanpa berkedip.
Demikian pula kawanan jago dari Thi eng pang serentak mereka bergerombol ditepi arena sambil bersiap sedia memberi pertolongan bilamana diperlukan.
Pada waktu itulah, Si Tiong pek yang licik secara diam-diam mengundurkan diri keluar arena pertarungan….
Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa dingin, tahu-tahu si nona berbaju perak dari aliran See thian san telah menghadang dihadapannya.
Berjumpa muka dengan gadis tersebut, mau tak mau Si Tiong pek mengundurkan diri sejauh tiga langkah dengan rasa jeri.
Sambil membopong alat petiknya, gadis berbaju perak itu tertawa manis, kemudian katanya, “Berikanlah kotak kumala itu kepadaku!”
Menyaksikan senyumannya yang menawan hati itu, Si Tiong pek merasakan jantungnya berdebar lebih keras, ditatapnya gadis itu dengan terpesona, pikirannya terasa kosong dan sepasang matanya menatap keatas wajah nona itu lekat-lekat.
Harus diketahui disini, bahwa Si Tiong pek sudah sejak lama kagum dan terpikat oleh kecantikan gadis tersebut, apalagi senyuman sang nona berbaju perak itu mengandung daya sihir yang membetot sukma, otomatis semakin terpesona pemuda itu dibuatnya.
Pelan-pelan dengan tubuh yang lemah gemulai gadis berbaju perak itu maju kedepan lalu tangannya bergerak mencengkeram kotak kumala ditangan Si Tiong pek….
Seperti baru sadar dari impian, Si Tiong pek terkejut dan cepat-cepat ia melompat tiga depa kebelakang….
“Criing! Criing….!”
Berapa kali dentingan irama khim segera menyadarkan diri Gak Lam-kun dan Oh Bu hong yang sedang terlibat dalam pertarungan.
Entah sedari kapan Si Tiong pek telah tergeletak lemas diatas tanah….
Dengan tanpa mengeluarkan banyak tenaga nona berbaju perak itu berhasil mengambil kembali kotak kumala itu dari tangannya.
Sewaktu dentingan irama khim mulai berbunyi tadi, Gak Lam-kun telah memutar tubuhnya, kebetulan saat itulah si nona berbaju perak baru akan memungut kembali kotak kumala tersebut, cepat-cepat telapak tangan kirinya diayunkan kedepan menghantam kotak tersebut….
Ilmu silat yang dimiliki nona berbaju perak itu terhitung juga berkepandaian kelas satu, ia segera tertawa terkekeh-kekeh dan melompat kesamping untuk menghindar.
Gak Lam-kun menjadi tertegun menyaksikan gerakan tubuhnya itu, ternyata gerakan tubuh yang dipergunakan olehnya untuk menghindarkan diri tadi adalah ilmu Liong heng sin hoat miliknya, bahkan saat dipergunakan kecepatannya sama sekali tidak berada dibawahnya.
Sementara ia masih tertegun, sambil tertawa merdu nona berbaju perak itu sudah balik kembali kerombongan See thian san.
Empat orang laki-laki elang baja dari perkumpulan Thi eng pang segera membentak keras, serentak mereka melompat kemuka dan menghadang jalan perginya.
Jilid 17
Gadis berbaju perak itu sama sekali tidak menghadapi kesulitan, dengan suatu gerakan tubuh yang gesit, ia menerobos keluar dari antara bayangan pedang keempat orang itu, lalu alat musik pi pa khimnya dituding kebelakang dan… beberapa dengusan tertahan segera berkumandang memecahkan keheningan.
Ketika termakan oleh ayunan senjata Pie pa khim tersebut, keempat orang laki-laki kekar itu segera tergetar keras hingga tubuhnya mencelat beberapa kaki kebelakang… “Bruuuk!” ketika mencium tanah kembali, ternyata keempat orang itu tak berkutik lagi untuk selamanya…
Empat orang laki-laki elang baja lainnya segera maju kembali menggantikan rekan-rekannya untuk melancarkan serangan.
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu memutar balik telapak tangan kanannya, untuk kedua kalinya empat orang laki-laki yang tinggi besar dan kekar itu mencelat kebelakang dan tidak berkutik lagi diatas tanah…
Demonstrasi tenaga pukulan yang maha dahsyat itu segera menimbulkan rasa kaget yang luar biasa dihati para jago, Ji Cin peng merasa tercengang juga, karena ia pernah bertempur melawan gadis berbaju perak itu, meskipun ilmu silat yang ditampilkan olehnya ketika itu termasuk ilmu pilihan, tapi bila dibandingkan dengan kemampuannya untuk membunuh delapan orang laki-laki kekar dalam sekali kebasan tangan, sudah tentu jauh sekali bedanya.
Seperti yang diketahui delapan belas elang baja dari perkumpulan Thi eng pang bukan terhitung manusia-manusia biasa, mereka semua rata-rata berilmu silat tinggi sekalipun Ji Cin peng sendiri juga belum tentu sanggup untuk melukai delapan orang dalam waktu singkat.
Tapi kenyataannya sekarang hanya dengan dua kali kebasan yang sangat enteng, gadis berbaju perak itu telah berhasil menaklukan kedelapan orang laki-laki kekar itu, ini semua membuktikan bahwa nona itu sudah menggetar putus jantung kedelapan orang itu dengan getaran tenapa dalamnya.
Sesudah melukai delapan orang jago lihay seperti tak pernah terjadi sesuatu hal, gadis berbaju perak itu segera berpaling kearah Gak Lam kun dan tertawa manis…
Thamcu elang perak, Gak tiong ciang (pukulan batu karang) Kwan Kim ceng ikut merasa terkejut juga setelah menyaksikan kecepatan pukulan lawan yang belum pernah didengar ataupun belum pernah dilihatnya ini, tanpa memikirkan kedudukan dan nama baiknya lagi ia melompat kedepan dan secara tiba-tiba melancarkan sebuah serangan dari belakang punggung lawan…