Friday, June 25, 2010

lpn_15_17c

Begitu serangan sudah dilancarkan dia baru berteriak keras, “Bocah perempuan, sambut dulu sebuah pukulan ini!”
Gadis berbaju perak itu sama sekali tidak menghindar maupun berkelit, ternyata ia telah manfaatkan desingan angin pukulan yang membacok ketubuhnya itu untuk melayang maju jauh kedepan.
Dalam pemikiran Can tiong Kwan Kim ceng waktu itu, sekalipun pukulan yang dilepaskan gagal membinasakan gadis berbaju perak itu, paling tidak ia dapat memukulnya sehingga terluka parah…
Siapa sangka gadis berbaju perak itu masih bersikap seolah-olah tidak merasakan apapun, malahan sebaliknya ia telah manfaatkan tenaga pukulan itu untuk melayang kemuka.
Thi eng sin siu Oh Bu hong segera membentak keras, pedang Eng kiam koaynya diayun kemuka menyapu tubuh si gadis berbaju perak itu.
Gadis berbaju perak itu segera mengayunkan ujung bajunya kedepan, kakinya sebelum menepuk diatas tanah tahu-tahu sudah melambung kembali setinggi satu kaki lebih secara manis ia berhasil meloloskan diri dari sapuan maut dari Oh Bu hong itu.
Thian san ciangbunjin Bu sin siangseng Tong Bu kong secepat kilat menerjang pula kedepan, pedangnya dengan menciptakan sebuah bianglala berwarna putih langsung meluncur kemuka…
Gadis berbaju perak itu segera melengkungkan sebagian tubuhnya kemudian berjumpalitan diudara dengan suatu gerakan indah…
“Ciiit…” segulung desingan angin jari yang tajam berbalik menyerang kearah Tong Bu kong.
Menghadapi terjangan maut tersebut, terpaksa Tong Bu kong harus buyarkan kembali serangan pedangnya dan melayang turun keatas tanah.
Dengan lompatan maut, Thi eng sin siu Oh Bu hong segera maju kedepan telapak tangan kirinya diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan dahsyat, seketika itu juga hawa pukulan yang tajam menyelimuti daerah seluas satu kaki disekeliling gadis berbaju perak itu, rupanya ia berniat untuk menggetarkan musuhnya sehingga terjatuh kembali keatas tanah.
Siapa tahu seluruh tubuh gadis berbaju perak itu enteng bagaikan selembar bulu, mengikuti hembusan angin pukulannya yang maha dahsyat itu, pelan-pelan tubuhnya melambung empat lima kaki lagi ketengah udara…
Kemampuannya yang maha lihay itu, sekali lagi menimbulkan rasa kaget yang luar biasa bagi kawanan jago lihay yang hadir disitu.
Haruslah diketahui, bila seseorang tidak menempel ditanah, sulit baginya untuk berganti napas, sekalipun ilmu meringankan tubuhnya sangat lihay, toh diapun harus melayang dulu kebawah sebelum bisa berganti napas lagi.
Seperti yang telah diketahui orang bisa melayang diudara, hal ini semua sesungguhnya mengandalkan hawa murni didalam tubuhnya yang dihimpun dalam tubuh sambil menutup napas, dengan cara itulah sang badan bisa melayang, melambung dan berkelebat seenteng burung walet.
Namun demikian, sesempurnanya tenaga dalam seseorang, kecuali ia sanggup menahan napas jauh lebih lama daripada orang lain, toh pergantian napas masih diperlukan juga untuk tetap mempertahankan gerakan tubuhnya itu.
Tapi kenyataannya sekarang, hanya dengan meminjam tenaga pukulan orang untuk berganti napas, gadis berbaju perak itu sanggup bertahan terus diudara sekian lamanya, tak heran kalau semua orang menjadi tercengang dan tertegun dibuatnya.
Padahal darimana mereka bisa tahu kalau semenjak masih kecil gadis berbaju perak ini telah melatih ilmu Kiu hian tay boan yok sin ing yang maha lihay itu? Sudah lama jalan darah penting Jin meh serta Tok mehnya telah berhubungan langsung dengan Im meh serta Yang meh, otomatis dengan tertembusnya nadi-nadi penting tersebut, kemampuannya untuk menahan napaspun berkali-kali lipat lebih hebat daripada orang lain.
Gak Lam kun yang menyaksikan demonstrasi ilmu sakti dari si nona berbaju perak itu, pelbagai pertanyaan yang mengalutkan pikiranpun segera bermunculan memenuhi benaknya.
Dia tidak habis mengerti, kenapa dikala gadis berbaju perak itu sedang beradu kepandaian dengan dirinya ternyata enggan mengeluarkan semua ilmu silat simpanannya untuk mengalahkan dia? Ataukah mungkin ia sedang menuruti perintah dari ibunya untuk menyerahkan Lencana tersebut kepadanya, kemudian baru merampasnya kembali dari tangannya?
Sementara itu Ji Cin peng dengan alis mata berkernyit telah berkata pula dengan suara lirih, “Tenaga dalam yang dimilikinya sangat lihay, sungguh tak kusangka seorang yang belajar Kiu hian tay boan yok sin ing maka tenaga dalamnya bisa mencapai taraf kelihayan seperti ini…
Sesudah mendengar perkataan itu, Gak Lam kun baru seperti sadar dari impian, ia berseru tertahan.
Kiranya secara tiba-tiba ia teringat kembali dengan perkataan gurunya, kata gurunya barangsiapa bisa menguasai ilmu Kiu hian tay boan yok sin ing maka tenaga dalam yang dimiliki orang itu pasti akan mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga, meski demikian hanya dia seorang yang mengerti ilmu Hian ing kok meh (irama maut melewati nadi) itu berarti hanya orang yang bisa ilmu tersebut baru bisa pula membawa tenaga dalamnya hingga mencapai tingkatan yang luar biasa dikolong langit…
Waktu itu, tubuh si nona berbaju perak itu sudah meluncur turun kebawah secara lurus dari ketinggian lima enam kaki.
Oh Bu hong adalah seorang jago kawakan yang sudah terbiasa menghadapi pertarungan meskipun hatinya merasa terperanjat oleh kehebatan musuhnya, bukan berarti pikirannya ikut menjadi kalut.
Tongkat pedang Thi eng kiam koay nya kembali diayun kedepan melancarkan sapuan kilat, desingan angin serangan yang amat tajam pun segera menderu-deru diudara.
Betul ilmu silat si nona berbaju perak itu amat lihay, namun timbul pula rasa ngeri dan jeri sesudah menyaksikan sapuan tongkat pedang musuh yang sedemikian hebatnya itu, ia tak berani bergerak maju lagi lebih kedepan, hawa murninya dibuyarkan dan tubuhnya segera melayang turun keatas tanah.
Thamcu elang perak si pukulan batu karang segera membentak keras, ia melompat keudara dan menubruk ketubuh sang nona tersebut.
Baru saja sepasang kaki gadis berbaju perak itu menempel ditanah, angin pukulan dari Kwan Kiu ceng telah menyambar tiba.
Selapis hawa napsu membunuh segera menyelimuti wajah gadis itu, senjata Pi pa khim nya diayunkan kemuka.
“Criiing! Criiing! Criiing!” beberapa dentingan irama maut berkumandang membelah angkasa.
Seperti tiga gulung desingan angin tajam yang maha dahsyat dengan kecepatan luar biasa serangan irama itu menyergap ketiga buah jalan darah penting ditubuh Kwan Kim ceng…
Si pukulan batu karang Kwan Kim ceng sangat terperanjat, terpaksa dia harus menggunakan ilmu bobot seribu untuk mengelabui musuhnya dan melayang turun kebawah, setelah itu ia melompat tujuh depa kesamping untuk meloloskau diri dari ancaman.
Detik itu juga bayangan manusia saling menyambar, tahu-tahu kawanan jago dari aliran See thian san telah berlompatan datang secepat kilat dan melindungi gadis berbaju perak itu.
Tapi merekapun segera dikepung juga oleh para jago lainnya yang berada disekitar arena.
Dengan sikap yang tenang dan mantap gadis berbaju perak itu menyapu sekejap kawanan jago yang berada disekeliling sana, tiba-tiba ia memperdengarkan suara tertawa cekikikannya yang merdu merayu.
Oleh suara tertawa cekikikannya itu semua jago yang hadir dalam arena segera merasakan hatinya bergetar keras…
Seperti diketahui paras muka gadis berbaju perak itu dasarnya memang cantik maka ditambah pula senyumannya yang mempesonakan dengan cepat hal ini semakin menambah daya pikatnya yang merangsang orang.
Jangankan lelaki, bahkan para gadis yang hadir diarenapun sampai tergetar hatinya oleh kecantikan gadis tersebut.
Tiba-tiba Gak Lam kun membentak keras, “Apa yang sedang kau tertawakan?”
Bentakan tersebut amat keras bagaikan guruh yang membelah bumi, bukan saja memekikkan telinga, kabutpun rasa-rasanya ikut dibuyarkan oleh bentakan tadi.
Tiba-tiba gadis berbaju perak itu menghentikan gelak tertawanya yang merangsang.
Dengan suara dingin Gak Lam kun berkata, “Hari ini para jago dari seluruh dunia telah berkumpul semua disini, apakah kau anggap bisa pergi lagi dari sini dengan membawa serta Lencana pembunuh naga itu?”
Waktu itu, paras muka si gadis berbaju perak itu dingin bagaikan es, sepasang matanya memancarkan sinar tajam dan menatap wajah Gak Lam kun lekat-lekat.
Baik sedang tersenyum maupun sedang marah, perubahan dari gadis itu segera menimbulkan getaran keras dihati semua orang, semua jago seakan-akan merasa bahwa bila gadis itu sedang tersenyum maka udara serasa hangat bagaikan dimusim semi, tapi jika sedang marah maka udara menjadi dingin bagaikan dimusim salju…
Mendadak gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, bisiknya, “Begitu bencikah kau kepadaku?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Gak Lam kun menjadi tertegun dan berdiri termangu-mangu, ia tak tahu apa yang dimaksudkan gadis tersebut…
Tiba-tiba sekulum senyuman kembali menghiasi wajah si nona yang dingin, tanyanya pelan, “Kau bilang aku tak dapat membawa pergi Lencana pembunuh naga ini…?”
Gak Lam kun mengerutkan dahinya lalu berkata lagi dengan dingin, “Dapatkah kau mengembalikan Lencana pembunuh naga itu kepadaku?”
“Tentu saja!”
Jawaban si nona yang begitu cepat dan enteng segera menimbulkan keraguan dihati Gak Lam kun untuk sesaat lamanya ia tak berani mempercayai perkataan tersebut.
Kembali gadis berbaju perak itu berkata.
“Boleh saja kuberikan kepadamu tapi kaupun harus menuruti perkataanku!”
“Perkataan apa?”
Sambil tersenyum jawab gadis berbaju perak itu.
“Kau tak boleh menghadiahkan Lencana pembunuh naga itu kepadanya!”
Sambil berkata dengan jarinya yang lembut ia tuding kearah Ji Cin peng.
Mendengar perkataan itu, dengan sepasang matanya yang memancarkan rasa cinta Ji Cin peng segera menatap wajah Gak Lam kun lekat-lekat agaknya ia sedang menantikan jawabannya.
Sedingin salju selembar wajah Gak Lam kun katanya dengan ketus.
“Aku telah menyanggupi untuk menghadiahkan Lencana pembunuh naga ini kepadanya, perkataan seorang lelaki sejati lebih berat dari sembilan bukit, aku tak bisa mengingkari kembali janji ini!”
Paras muka gadis berbaju perak itu segera berubah hebat, dengan wajah dingin katanya, “Kalau begitu, jangan harap kau bisa mendapatkan Lencana pembunuh naga tersebut”
“Kau anggap aku tak sanggup untuk merampasnya dari tanganmu?” tanya Gak Lam kun hambar.
Gadis berbaju perak itu tertawa terkekeh-kekeh.
“Kau hendak merampasnya dari tanganku” dia mengejek “tapi aku justru sengaja akan menyuruh kau untuk merebutnya dari tangan orang lain!”
Seraya berkata, tiba-tiba dia ayunkan tangannya kedepan sambil berseru, “Hei! kukembalikan kotak kumala ini kepadamu!”
Tiba-tiba ia melemparkan kotak kumala tersebut kearah Si Tiong pek yang sedang duduk bersila diatas tanah.
Tindakan dari gadis berbaju perak itu sama sekali diluar dugaan para jago yang hadir disitu, dengan gerakan ringan dan pelan, kotak kumala tersebut segera melayang kearah pangkuan Si Tiong pek.
Waktu itu, Thi eng pangcu Oh Bu hong berdiri paling dekat dengan Si Tiong pek, sekali melompat ia telah menerjang kesisi tubuhnya.
Ketika Thiat kiam kuncu Hoa Kok khi menyaksikan Oh Bu hong siap menyambar kotak kumala tersebut serta merta dia melompat pula kedepan sambil menghadang jalan perginya.
Oh Bu hong memutar tongkat pedang Thi eng kiam koaynya untuk menyodok tubuh musuh, serangan ini dilancarkan amat cepat dan disertai dengan tenaga serangan yang maha dahsyat.
Hoa Kok khi amat terperanjat, segera pikirnya, “Orang ini memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, kehebatannya benar-benar jarang dijumpai dalam dunia persilatan sungguh tak disangka sebuah ayunan senjatanya saja ternyata mengandung tenaga serangan sedemikian hebatnya”
Hoa Kok khi adalah seorang manusia berotak cerdik dan berakal banyak, tentu saja ia tak berani gegabah menghadapi serangan lawan, tubuhnya segera berputar setengah lingkaran untuk menghindari tusukan lawan, sesudah itu lengan kanannya diayunkan kedepan dan melancarkan sebuah bacokkan kilat.
Oh Bu hong ingin cepat-cepat mendapatkan kotak kumala tersebut hawa murninya segera dihimpun kedalam tangan kirinya, menanti serangan maut dari Hoa Kok khi hampir mengenai dadanya, secepat kilat tangan kirinya diayun kedepan, lalu sambil membentak keras disambutnya serangan tersebut dengan kekerasan.
Tenaga dalamnya yang amat sempurna amat membantu didalam pertarungan adu kekerasan semacam ini, kontan saja Hoa Kok khi merasakan hawa darah didadanya bergolak keras, tanpa sadar tubuhnya mundur setengah langkah kebelakang.
Pada detik itulah, jago lihay dari Thi eng pang ini telah mencukilkan ujung pedangnya kedepan, kotak kumala tersebut segera melompat keudara dan disambarnya dengan tangan kiri, sebelum musuh yang lain sempat tiba disana, benda tersebut buru-buru dimasukkan kedalam sakunya.
Thian San ciangbunjin, Bu sin sianseng (tuan yang tak pernah menang) Tong Bu kong membentak keras pedangnya menyambar kedepan melepaskan tusukan.
Oh Bu hong memutar senjatanya sedemikian rupa untuk melindungi keselamatan tubuhnya, kemudian ia membentak keras, “Semua anggota Thi eng pang menerjang keluar dari kepungan dan menuju ketimur!”
Ditengah bentakan tubuhnya menerjang kemuka, tangan kirinya diayun berulang kali dan menghajar dada orang dengan jurus Jin hui pie pa (mengayunkan Pie pa).
Bertarung dengan cara begitu merupakan suatu cara pertarungan yang langka terjadi dalam dunia persilatan, sebab bukan saja seseorang harus memiliki tenaga dalam yang sempurna, lagi pula diapun harus sanggup untuk membendung serangan senjata dari lawan.
Tong Bu kong tertawa dingin, dia miringkan badannya menghindarkan diri dari serangan tersebut kemudian pergelangan tangan kanannya menekan kebawah, pedangnya pun dibawa untuk menghindari sergapan senjata musuh, kemudian tangan kanannya diayun kedepan, tiga titik cahaya bintang yang tajam secara terpisah mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh Oh Bu hong.
“Suatu cara pertarungan yang amat kasar!” bentaknya.
Siapa tahu Oh Bu hong memang benar-benar memiliki ilmu silat yang melebihi orang, ketika tongkat pedang Thi eng kiam koaynya sampai ditengah jalan, tiba-tiba ia menariknya kembali dengan begitu saja, ternyata dengan tarikan serta dorongannya itu ia berhasil membendung serangan dari Tong Bu kong.
Menyusul kemudian, ayunan cepat kembali dilancarkan, kali ini dia menyapu pinggang lawan. Angin serangan yang tajam dan dahsyat, sungguh mengerikan bagi siapapun yang melihatnya.
Tong Bu kong cukup mengetahui betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki Thi eng pangcu, ia tak berani menyambut secara gegabah, maka sambil mundur tiga langkah, dengan suatu gerakan yang manis ia menghindarkan diri dari sapuan itu.
Dalam pada itu, Ji Cin peng telah menghampiri Gak Lam kun, lalu bisiknya lirih, “Untuk sementara waktu, lebih baik kita jangan turun tangan lebih dulu, yang penting kita harus menghimpun tenaga untuk menghadapi orang-orang See thian san!”
Gak Lam kun bukan seorang yang bodoh, tentu saja diapun tahu akan maksud tujuan dari si nona berbaju perak itu.
Padahal bukan hanya dia seorang yang tahu tentang tipu muslihat ini, bahkan semua jago yang hadir disitupun tahu, namun Lencana pembunuh naga tersebut mendatangkan daya tarik yang terlampau besar, meskipun mereka sadar kalau termakan oleh tipu daya orang, toh semua pihak berusaha untuk secepatnya mendapatkan mustika tersebut.
Dalam waktu yang teramat singkat ini, situasi dalam arena kembali terjadi perubahan yang sangat besar, para jago dari pihak See thian san segera menyebarkan diri sejauh sepuluh kaki dan membuat posisi pengepungan setengah lingkaran, secara kebetulan berbentuk satu lingkaran pengepungan dengan pihak orang-orang perguruan panah bercinta.
Thi kiam kuncu Hoa Kok khi, Bu seng sin eng Tong Bu kong, Kui to Thian yu Cinjin, Kiu wi hou Kongsun Po serta Say Khi pit yang telah kehilangan sebuah lengannya ternyata telah mengepung para jago dari Thi eng pang ditengah arena.
Waktu semua orang telah menghentikan pertarungan, Hoa Kok khi diam-diam memperhatikan gerak gerik pihak Thi eng pang, iapun mengawasi si nona berbaju perak serta Ji Cin peng sekalian yang berada diluar lingkaran pengepungan, dia tahu jika pertempuran sampai berkobar hari ini, menang kalah tak akan bisa diketahui sebelum banjir darah menodai seluruh permukaan tanah.
Ketika mengawasi pula wajah para jago dari Thi eng pang, tampaklah raut muka mereka diliputi keseriusan, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah mereka, tampaknya setiap orang telah bertekad untuk beradu jiwa, ini membuktikan bahwa pertempuran yang bakal berlangsung pasti akan jauh lebih mengerikan daripada apa yang diduganya semula.
Sekalipun semua pihak sudah mempersiapkan diri dengan baik, pembagian tugas untuk menghadapi musuhpun sudah diatur, tapi karena setiap orang mempunyai maksud pribadi sendiri, maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi?
Asal dua orang saja diantara pihaknya mengambil keputusan untuk menarik diri ditengah jalan, sudah bisa dipastikan pihaknya akan mengalami kekalahan total.
Itulah sebabnya, untuk beberapa waktu lamanya ia tak berani mengambil keputusan apapun.
000o000
Thi eng pangcu Oh Bu hong menyapu sekejap kawanan jago yang hadir diarena, kemudian mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Kalau didengar dari gelak tertawa Oh Bu hong yang penuh disertai hawa amarah itu, suatu pertarungan sengitpun setiap saat bakal berkobar.
Terdengarlah suara gelak tertawa dari Oh Bu hong itu mulai dari rendah kian lama kian meninggi, pantulan suaranya yang mendengung diangkasa membuat telinga menjadi sakit, dalam waktu singkat seluruh perkampungan itu sudah dipenuhi dengan gelak tertawa nyaring.
Thian san ciang bunjin Tong Bu kong paling tak sabar diantara sekian banyak jago, pertama-tama ia yang berpekik panjang lebih dulu, kemudian bentaknya.
“Oh pangcu, sungguh amat sempurna tenaga dalammu, cuma setiap orang yang hadir sekarang kebanyakan adalah jago-jago lihay dari dunia persilatan, aku rasa kau tak perlu memamerkan ilmu silatmu lagi untuk menggertak hati orang”
Benar juga, Oh Bu hong segera menghentikan gelak tertawanya, ia berkata, “Mati atau hidup suatu pertarungan tak dapat dihindari lagi, apa salahnya kalau kamu berlima mencoba-coba dulu kelihayan dari perkumpulan Thi eng pang kami?”
Tong Bu kong mengayunkan pedangnya, kemudian menjawab, “Kalau memang begitu, biar kami mencoba lebih dahulu sampai dimanakah kelihayan ilmu silat dari orang-orang Thi eng pang?”
Selesai berkata, dengan pedang terhunus ia menerjang lebih dulu kedalam arena.
Hoa Kok khi, Thian yu Cinjin, Kongsun Po serta Say Khi pit serentak menggerakkan pula senjatanya untuk menerjang maju kedepan, kiranya dalam waktu singkat para jago dari Thi eng pang telah membentuk sebuah barisan.
Ketika Oh Bu hong memutar pedang Thi eng kiam koaynya keudara, sembilan orang sisa dari delapan belas elang baja yang masih hidup itu mendadak bergerak saling bersimpangan dan membentuk satu barisan, masing-masing berjaga disuatu sudut tertentu, sementara Ki li Soat, Oh Bu hong, Cian seng khi su Wan Kiam ciu serta Gan tiong ciang Kwan Kim ceng masing-masing berdiri disudut timur, barat utara dan selatan.
Tong Bu kong bergerak paling dulu, gerakan tubuhnya paling cepat pula, secepat sambaran kilat pedangnya sudah menyambar kedepan menusuk tubuh Ki li Soat.
Tiba-tiba Ki li Soat mundur kebelakang, secepat kilat dari sisi tubuhnya menyambar datang sebatang toya pedang yang menangkis datangnya tusukan tersebut, sedemikian cepat dan kuatnya serangan itu, hampir saja membuat pedangnya tergetar lepas dari cekalan.
Hal mana segera membuat Tong Bu kong menjadi tertegun.
Dalam sekejap mata itulah, serangan balasan lawan telah berada didekat tubuhnya, toya pedang itu dengan membawa desingan angin tajam langsung menyambar kepinggangnya.
Kiranya sewaktu Ki li Soat mundur kebelakang tadi, bersamaan waktunya Oh Bu hong sudah maju kedepan menggantikan kedudukan gadis tersebut, kerja sama mereka ternyata amat rapat dan luar biasa, sedikitpun tidak meninggalkan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh musuh untuk melukai mereka.
Termakan oleh tangkisan toya pedang dari Oh Bu hong sehingga pedangnya hampir terlepas, Tong Bu kong merasa amat terperanjat, cepat-cepat ia melompat mundur sejauh lima depa kesamping kanan sambil pikirnya.
“Dalam dunia persilatan tersiar berita yang mengatakan bahwa Oh Bu hong berilmu tinggi dan berkekuatan mengejutkan hati orang, tampaknya berita tersebut bukan berita kosong belaka, aku tak boleh beradu kekuatan lagi dengannya, lebih baik kumanfaatkan kelincahan untuk mencari kemenangan…”
Setelah mengambil keputusan, ia mempersiapkan kembali pedangnya, ia bermaksud menggunakan beberapa jurus sakti dari ilmu pedang Ciat mia kiam hoat aliran Thian san untuk mencoba ilmu silat lawan.
Tapi sebelum hal itu dilakukan, tiba-tiba terasa bayangan manusia berkelebat lewat, posisi barisan lawan kembali mengalami perubahan.
Terdengar seseorang tertawa dingin lalu berseru, “Sambut dulu sebuah pukulan Gan tiong ciang ku ini.”
Selesai berkata, tiba-tiba terasa segulung angin pukulan yang dingin dan lembut menyergap tiba dengan kekuatan yang betul-betul mengerikan sekali.
Tong Bu kong adalah ketua dari perguruan Thian san pay, kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya boleh dibilang sejajar dengan kepandaian ketua sembilan partai besar, ketika merasakan datangnya angin pukulan yang sangat aneh, buru-buru ia mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi badan, kemudian disambutnya serangan dari Kwan Kim ceng tersebut dengan keras lawan keras.
Ilmu pukulan Gan tiong ciang dari Kwan Kim ceng termasuk suatu ilmu pukulan yang beraliran lain, serangannya mengandung tenaga pukulan yang bersifat dingin dan lunak, sama sekali tidak membawa desingan angin tajam, tapi begitu mengena disasaran, tenaga getarannya luar biasa sekali.
Akibat dari tangkisan Tong Bu kong yang melakukan pertarungan keras lawan keras itu, seketika itu juga tubuhnya tergetar keras sehingga mundur tiga langkah kebelakang.
Walaupun demikian, tenaga getaran yang terpancar keluar dari tubuhnya sempat pula menggetarkan lengan Kwan Kim ceng hingga terasa kaku dan kesemutan.
Kenyataan ini segera membuat kedua belah pihak sama-sama merasa terperanjat, keangkuhan dan kejumawaan merekapun berkurang banyak.
Sementara itu serangan gabungan dari Hoa Kok khi berlima sudah mulai beraksi.
Dalam waktu singkat, angin pukulan menderu-deru bagaikan hembusan angin puyuh, cahaya golok berkilauan, hawa pedang membumbung keangkasa, bayangan manusia saling menyambar kian kemari, keadaan betul-betul mengerikan…
Pertarungan ini merupakan pertempuran tingkat tinggi yang melibatkan sekawanan jago persilatan yang berilmu tinggi, sedemikian serunya pertarungan itu berlangsung, membuat para penonton merasakan matanya menjadi berkunang-kunang.
Sudah sekian lama Hoa Kok khi berlima bersama-sama melancarkan serangan gabungan namun kenyataannya, bukan saja barisan dari Thi eng pang tak berhasil ditembusi, bahkan oleh gerakan para jago Thi eng pang yang bersimpang siur dan selalu berganti posisi ini, kekuatan gabungan mereka berlima itu segera kena ditekan dan terkendalikan, dari posisi bertahan kini Thi eng pang mengambil alih pucuk pimpinan dan mulai melancarkan serangkaian serangan balasan.
Terutama sekali Oh Bu hong, keampuhan dan keberaniannya betul-betul mengerikan, sapuan-sapuan toya pedangnya tak pernah disambut lawan dengan kekerasan.
Sambil melancarkan serangkaian serangan gencar Hoa Kok khi mulai meninjau kembali situasi yang sedang dihadapinya.
Ia saksikan pihak Thi eng pang selalu mengandalkan perubahan barisannya yang sakti dan tangguh untuk setiap saat berganti kedudukan sambil mengatasi keadaan, tiba-tiba mereka menyerang dengan kekerasan, tiba-tiba pula mereka bertahan dari sergapan.
Sebaliknya orang-orang dari pihaknya harus berjuang mati-matian untuk melawan serangan dari tiap penjuru yang datang secara bertubi-tubi, sistim pertarungan ini paling banyak membuang tenaga, terutama Say Khi pit yang baru sembuh dari lengannya yang kutung, ia paling kepayahan dan keteter hebat.
Ia mulai sadar bila keadaannya sudah mulai payah dan menunjukkan tanda-tanda keletihan, pihak lawan pasti akan membuka serangan terbuka dengan pengerahan segenap tenaga yang dimilikinya, itu berarti keadaan pihaknya akan bertambah gawat.
Menyadari akan hal tersebut, Hoa Kok khi mulai memutar otaknya untuk mencari akal guna mengatasi situasi yang serba tidak menguntungkan ini.
Tapi, walau otaknya sudah diperas sampai habis belum juga ia menemukan cara terbaik untuk menanggulangi kesulitan itu, ia mulai gelisah bercampur cemas, peluh dingin mulai bercucuran membasahi sekujur badannya.
Haruslah diketahui, Oh Bu hong adalah seorang jagoan yang pintar dan cerdas baik dalam ilmu silat maupun dibidang sastra, ia memiliki kemampuan yang melebihi orang lain.
Sampai saat ini ia belum juga melancarkan serangan dahsyat yang mematikan lawan, ini bukan disebabkan ia tak mampu, melainkan ia tahu jika gabungan dari kelima orang ini berhasil dirobohkan, niscaya musuh berikut yang harus dihadapi adalah pihak Thian san pay atau mungkin juga Ji Cin peng serta Gak Lam kun.
Waktu itu posisinya yang lebih lemah pasti akan terdesak ditawan angin, bahkan kemungkinan besar dapat dihancurkan oleh musuh bila pihak Gak Lam kun sampai bekerja sama dengan pihak si nona berbaju perak.
Itulah sebabnya sebelum ia berhasil mendapatkan cara paling tepat untuk menghadapi kelompok nona berbaju perak, Ji Cin peng serta Gak Lam kun ia ingin menghancurkan gabungan dari Hoa Kok khi berlima secara tergesa-gesa, sehingga ia kehilangan kesempatan baik untuk mempertahankan diri.
Agaknya Ki li Soat dapat membaca jalan pemikiran dari Oh Bu hong, cepat ia berpura-pura mengikuti perubahan dari gerak barisan itu untuk menyelinap kesamping ketuanya setelah itu bisiknya lirih, “Gihu (ayah angkat) mengulur waktu terus menerus bukan suatu cara yang paling sempurna, lebih baik kita berganti barisan dan berjalan sambil bertarung, asal kita sudah mundur dari perkampungan ini posisi kita akan lebih menguntungkan.”
Ditengah pertarungan tiba-tiba Oh Bu hong berpekik nyaring toya pedangnya berputar satu lingkaran diatas kepalanya, posisi barisanpun seketika mengalami perubahan besar.
Kali ini masing-masing berdiri dengan punggung menghadap kedalam, wajah menghadap keluar, sambil bertempur membendung serangan musuh, mereka mulai menerjang maju kedepan.
Tapi Ji Cin peng, Gak Lam kun serta si nona berbaju perak yang berada diluar gelanggangpun segera ikut menggeserkan pula kepungan mereka mengikuti setiap pergeseran yang terjadi.
Mendadak… pada saat itulah Ki li Soat mulai unjukkan kelihayannya, ia loloskan pedang bambunya lalu dengan sistim membabat, menotok, membacok dan menyapu ia menghamburkan serangkaian serangan yang benar-benar amat dahsyat, hawa pedang yang tajam dan dingin menggidikkan hatipun segera menyebar keempat penjuru.
Keadaan itu ibaratnya seekor naga sakti yang keluar dari awan, kelihayannya susah dibendung secara gampang.
Permainan toya pedang Thi eng kiam koay dari Oh Bu hong lebih dahsyat lagi, dimana angin toya itu menyambar, segera terasalah hembusan angin serangan yang dahsyat bagaikan gulungan ombak yang menghantam karang.
Termakan serangan-serangan dahsyat dari Oh Bu hong dan Ki li Soat yang amat mengerikan itu. Kongsun Po, Say khi pit dan Tong Bu kong terdesak hebat sehingga harus mundur berulangkali kebelakang, keadaan ini menambah kritisnya keadaan dari Say khi pit, tampaknya asal diserang beberapa jurus lagi, niscaya dia akan terluka parah.
Sesungguhnya waktu itu Hoa Kok khi sedang menyerang sayap kiri, ketika dijumpainya Tong Bu kong bertiga tak sanggup membendung tenaga gabungan dari Oh Bu hong serta Ki li Soat tiba-tiba ia berpekik panjang, pedang bajanya segera diloloskan, kemudian teriaknya, “Saudara Tong, jangan gugup, siaute datang membantu”
Pedang bajanya diayunkan berulangkali melancarkan tiga buah serangan kilat, dalam waktu singkat hawa pedang menyelimuti seluruh gelanggang bagaikan awan hitam diangkasa Cian seng khi su Wan Kiam ciu kontan terdesak mundur selangkah.
Berhasil dengan serangannya, ia segera melejit keudara… lalu dengan jurus Ku ing heng hui (Burung manyar terbang sendiri), ia melompat sejauh satu kaki keudara, belum lagi kakinya mencapai permukaan tanah, pedang bajanya secepat kilat telah menyambar kebawah mengancam jalan darah Thian leng hiat diubun-ubun Oh Bu hong.
Ketika itu Oh Bu hong sedang mempersiapkan pedang toya Thi eng kiam koaynya untuk mendesak Iong Bu kong, sewaktu merasakan tibanya sergapan angin pedang dari atas kepala, mau tak mau dia harus menyelamatkan diri lebih dahulu, toya pedangnya segera diputar dan langsung menyapu kearah batok kepala Hoa Kok khi.
Hoa Kok khi cukup mengetahui betapa dahsyatnya sapuan toya tersebut, ia tak berani menyambut dengan kekerasan, mendadak pedangnya ditarik kembali, kemudian tubuhnya melayang turun ketanah…
Begitu kakinya menempel ditanah, kali ini dia menyerang diri Ki li Soat…
Menggunakan kesempatan itu, si Tosu setan Thian yu Cinjin membentak keras dan menerjang kemuka, Wees! Wees! Wees! pukulan gencar dilepaskan untuk membendung gerak maju Oh Bu hong, sementara senjata Hudtimnya melancarkan tiga buah sapuan.
Sementara itu, Ki li Soat yang menyaksikan Hoa Hok khi menyerang tiba sambil mengayunkan pedangnya, dengan cepat menghimpun tenaga dalamnya kedalam lengan kiri, sedangkan tangan kanannya mengeluarkan jurus ampuh Liok jit cay shia (Pelangi indah dikala senja) untuk mendesak mundur Kongsun Po, tendangan yang berantai memaksa Say Khi pit melompat kesamping, kemudian pedang ditangan kanannya yang telah dipersiapkan, segera ditusukkan kedada Hoa Kok khi begitu musuhnya mendekat.
Bukan begitu saja, dengan menyerempet bahaya ia menerjang maju lebih kedepan, pedangnya ditempelkan kebadan sambil badannya berputar, begitu tiba disisi Hoa Kok khi, pedang bambu ditangan kanannya sama sekali tak bergerak, hawa murni dengan cepat dihimpun kedalam senjata itu.
Jari tengah dan telunjuk tangan kiri Ki li Soat tiba-tiba menyambar kemuka menotok jalan darah Im bun hiat di bahu kanan Hoa Kok khi, kaki kanannya menyusul kemudian melancarkan sebuah tendangan menghajar jalan darah tok pit hiat dipersendian tulang lutut kaki kiri lawan.
Hoa Kok khi sangat terkejut, segera pikirnya, “Ilmu silat yang dimiliki gadis ini betul-betul jauh berbeda dengan kepandaian yang lain”
Tangan kirinya segera balas melancarkan sergapan menotok jalan darah Tee khi hiat dikaki kanan Ki li Soat, badannya berjongkok menghindari sepasang jari tangannya musuh, bahu kanannya dengan kekuatan besar ditumbukkan kejalan darah Koat hun hiat ditubuh sang gadis.
Kedua orang itu sama-sama merupakan jago persilatan paling top dalam dunia persilatan dewasa ini, kecepatan gerak mereka sungguh cepat sekali, setiap serangan maupun serangan balasan semuanya tertuju kejalan darah penting ditubuh lawan.
Ki li Soat sama sekali tidak menyangka kalau serangan balasan dari lawan dilancarkan dengan kecepatan serta keganasan yang luar biasa, tendangan kaki kanannya tiba-tiba miring kesamping menghindari serangan tangan kiri lawan yang menghantam kebawah, lalu menyapu keatas kaki kanan Hoa Kok khi yang sedang menghantam tiba.
Sekalipun demikian, Ki li Soat termakan juga oleh tumbukan bahu Hoa Kok khi yang cepat itu persis diatas lengan kirinya.
Masing-masing pihak segera mundur kebelakang sambil berbisik dihati, “Sungguh berbahaya!”
Sedemikian tegang dan berbahayanya pertarungan jarak dekat yang berlangsung antara kedua orang itu, membuat Oh Bu hong serta si tosu setan Thian yu Cinjin lupa untuk meneruskan pertarungan mereka.
Menanti kedua orang itu sama-sama sudah melompat mundur, Oh Bu hong baru menggerakkan lengannya untuk melancarkan sebuah totokan ketubuh Thian yu Cinjin.
Si Tosu setan Thian yu Cinjin tidak menyangka kalau dirinya bakal diserang secara tiba-tiba, ia terdesak hingga terpaksa memutar badan sambil menjatuhkan diri ketanah, kemudian menggelinding sejauh tiga empat depa kesamping kanan.
Untung Tong Bu kong dan Kongsun Po segera maju sambil melancarkan serangan sehingga Thian yu Cinjin lolos dari bahaya, seandainya Oh Bu hong memanfaatkan kesempatan itu untuk mengejar lebih jauh, walaupun Thian yu Cinjin bisa lolos dari sergapannya, paling tidak ia akan dipaksa hingga berada dalam keadaan mengenaskan.
Hoa kok khi tertegun sejenak, kemudian membentangkan kembali pedangnya sambil melancarkan serangan.
Ki li Soat segera menyambut ancaman itu dengan ayunan pedang bambunya yang tajam.
Suatu pertarungan sengit kembali berkobar, kali ini masing-masing pihak telah sadar bahwa mereka sudah bertemu dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpai sebelum ini, mereka tak berani bertindak gegabah, kedua belah pihak segera mengerahkan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk saling merobohkan, pertarungan berlangsung seru, semua ancamanpun tertuju pada tempat-tempat mematikan ditubuh lawan.
Sedemikian sengitnya pertarungan itu berlangsung, tanpa disadari Ki li Soat telah melepaskan diri dari barisan dan membentuk suatu pertarungan satu lawan satu yang tersendiri.
Dengan kepandaian silat mereka yang seimbang untuk beberapa waktu keadaan berlangsung seri, menang kalahpun sukar ditentukan.
Dipihak lain, pertarungan antara si Tosu setan Thian yu Cinjin melawan Oh Bu hong telah masuk pula kebabak yang paling menegangkan.
Pukulan batu karang Kwan Kim ceng bertempur melawan Bu seng siangseng Tong Bu kong, sastrawan aneh seribu bintang Wan Kiam ciu bertarung melawan Kongsun Po serta Say Khi pit.
Dia yang musti bertarung melawan empat tangan sekaligus tampak keteter sehingga mundur terus kebelakang, untung saja delapan orang laki-laki elang baja setiap kali selalu membantu, sehingga mara bahaya selalu berhasil diatasinya.
Dalam pada itu, Si Tiong pek yang duduk bersila diatas tanah mendadak melompat bangun, wajahnya tampak segar kembali, tidak seperti sewaktu terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi tadi.
Kiranya setelah terkena pukulan Tay siu im khi dari Hoa Kok khi tadi Si Tiong pek yang cerdik segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendesak hawa jahat itu kepelbagai nadi penting, kalau tidak demikian hawa racun dingin itu niscaya akan langsung menyerang kedalam isi perutnya.
Setelah melewati sekian waktu, dengan ilmu penyembuhan rahasia yang tercantum dalam kitab pusaka Hay ciong kun boh, setelah mengatur pernapasan sejenak, akhirnya tenaga dalam yang dimiliki telah pulih kembali seperti sedia kala.
Dengan sepasang matanya yang tajam dia awasi sekejap sekeliling arena, diiringi kilatan cahaya tajam yang menyilaukan mata, secepat kilat Si Tiong pek melancarkan sebuah sergapan kilat kepunggung Say Khi pit…
Tusukan itu dilancarkan dengan kecepatan tinggi dan menyergap dari belakang, agaknya tak mungkin buat Say Khi pit untuk menyelamatkan diri lagi dari serangan tersebut.
“Traaang…!” tiba-tiba terdengar suara bentrokan nyaring yang memekikkan telinga, dengan pedang Giok siang kiam yang tajam Gak Lam kun telah menangkis tusukan Si Tiong pek yang ditujukan kejalan darah Hong gan hiat dipunggung Say Khi pit itu.
Begitu Gak Lam kun turun tangan, delapan orang laki-laki elang baja dengan delapan bilah pedangnya segera menyerbu pula kedepan.
Ji Cin peng kuatir Gak Lam kun mendapat celaka, sambil membentak nyaring dia ikut menyerbu pula kedalam gelanggang pertarungan, Weess! Weess..!
Dua pukulan dahsyat yang membawa serangan angin puyuh segera menggulung kemuka.
Delapan orang laki-laki elang baja dengan delapan bilah pedangnya segera merubah posisi mereka, dalam sekejap mata cahaya tajam yang berkilauan bagaikan bendungan sungai yang jebol, dengan dahsyatnya menghantam ketubuh Ji Cin peng.
Menyaksikan kejadian ini Ji Cin peng mengerutkan dahinya, lalu membentak keras, “Manusia yang tak tahu diri, kau anggap aku tak berani melukai orang..?”
Selesai berkata, secepat kilat ia menyerbu kedalam barisan pedang, dimana jari tangannya berkelebat, dua orang laki-laki elang baja segera roboh terkapar ketanah.
Si Tiong pek menjadi amat mendongkol ketika dilihatnya Gak Lam kun menangkis pedangnya, sambil tertawa dingin ia berkata, “Saudara Gak, kau terlalu menghina orang”
“Aku tidak rela musuh besarku mati diujung pedang orang lain” kata Gak Lam kun dingin.
Si Tiong pek segera tertawa dingin tiada hentinya.
“Bagus sekali! Tidak kusangka kau begitu keras kepala…”
Pedangnya segera diayunkan melepaskan sebuah bacokan kilat.
Gak Lam kun tahu bahwa ilmu silatnya telah memperoleh kemajuan pesat, ia tak berani memandang enteng, pedang segera diputar melepaskan serangan balasan, pertarungan sengit segera berkobar.
Begitu pertarungan antara kedua orang ini berlangsung, diam-diam Oh Bu hong merasa terperanjat.
Semua gerakan pedang yang dilancarkan Si Tiong pek rata-rata adalah gerak serangan aneh yang sukar diduga sebelumnya, jelas jurus-jurus pedang itu bukan ajarannya sendiri, gerakan tubuhnya yang lincah dan gesit, enteng bagaikan hembusan angin membuat ia terheran-heran, ia tak tahu darimana pemuda itu mempelajari ilmunya.
Ketika memperhatikan gerak tubuh Gak Lam kun, ternyata jauh lebih ampuh lagi, bagaimanapun sempurna dan saktinya gerakan pedang Si Tiong pek, asal ia menggerakkan sedikit tubuhnya, serangan tersebut segera berhasil dihindari.
Terutama sekali dua serangan balasan yang kemudian dilancarkan Gak Lam kun, ternyata disertai dengan tenaga dalam yang kesempurnaannya sangat mengerikan.
Tiba-tiba terdengar dua kali dengusan tertahan berkumandang memecahkan keheningan…
Dengan perasaan terperanjat, Oh Bu hong berpaling…
Tampak kedelapan orang laki-laki elang bajanya telah dihajar oleh Ji Cin peng sehingga kocar kacir tak karuan.
Waktu itu si Tosu setan Thian yu Cinjin sedang mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya untuk menyerang Oh Bu hong, tiba-tiba ia berpekik nyaring, toya pedang Thi eng kiam koaynya menyapu kedepan dengan tenaga dahsyat disamping angin tajam terasa memekikkan telinga.
Thian yu Cinjin terkesiap, pikirnya, “Begini dahsyat serangan toya pedang ini, benar-benar tak pernah kujumpai sebelumnya”
Sambil membuang tubuhnya kebelakang ia melompat mundur sejauh delapan depa lebih.
Setelah berhasil mendesak mundur Thian yu Cinjin, menggunakan kesempatan itu Oh Bu hong melejit keudara dan menerkam Ji Cin peng, berada ditengah udara pedang toya Thi eng kiam koaynya diputar menciptakan selapis bayangan senjata yang memenuhi seluruh angkasa, diiringi suara guntur yang memekikkan telinga segera menghantam keatas kepalanya.
Ketika merasakan betapa dahsyatnya serangan musuh yang ibaratnya bukit Thaysan menindih kepala itu, Ji Cin peng tak ingin beradu kekerasan dengannya, cepat ia menyelinap beberapa kaki kesamping untuk menghindarkan diri.
Sesudah kakinya menempel ditanah, Oh Bu hong tertawa dingin, lalu tegurnya, “Kami perkumpulan Thi eng pang belum pernah berselisih atau bermusuhan dengan perguruan anda, sesungguhnya apa maksud nona dengan melukai anggota perkumpulan kami?”
“Dalam suatu pertarungan, yang luka atau yang mati tak dapat dihindari, jika Oh pangcu menegur aku pada saat seperti ini hmm… hmm… sungguh membuat aku sukar untuk menjawab”
Tak terlukiskan rasa gusar Oh Bu hong ketika didengarnya pihak lawan malah menyindir dirinya, dengan dingin ia menukas, “Masih begitu muda bermain kayu didepanku, hmm! Kau anggap kami orang-orang Thi eng pang betul-betul takut kepadamu?”
“Peristiwa yang terjadi hari ini jauh berbeda dengan peristiwa dimasa lalu” kata Ji Cin peng dengan dingin, “meskipun antara perkumpulanmu dengan perguruanku tiada ikatan dendam atau perselisihan, tapi yang kita perebutkan sekarang adalah Lencana pembunuh naga, seandainya Oh pangcu bersedia mempersembahkan Lencana pembunuh naga itu…”
Oh Bu hong segera tertawa dingin, tukasnya, “Dengan mengandalkan kekuatan dari perguruan panah bercinta kalian ingin memaksa lohu mempersembahkan Lencana pembunuh naga itu?”
Mendadak toyanya diputar dan menyapu ketubuh Ji Cin peng dengan kecepatan bagaikan kilat.
Dengan sepasang alis mata berkenyip, Ji Cin peng melompat kesamping untuk menghindarkan diri…!
Gak Lam kun segera membentak keras, serunya, “Oh pangcu, sungguh hebat tenaga seranganmu itu!”
Telapak tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan dahsyat untuk memukul mundur Si Tiong pek, setelah itu badannya melompat kedepan, pedangnya diputar dengan jurus Ki hong teng ciat (burung hong terbang ular membelit) kemudian langsung ditusukkan kedepan.
Oh Bu hong merasa amat terperanjat, ia saksikan tusukan pedang dari Gak Lam kun itu segera menciptakan selapis jaringan pedang yang amat rapat, sedemikian rapatnya sehingga burung gereja sukar melewati, ikan diair pun sukar menyeberangi.
Dengan cepat ia mengerahkan tenaga dalamnya sambil membentak keras, “Ilmu pedang bagus!”
Toyanya dengan cepat diputar menciptakan selapis bayangan toya yang melindungi seluruh badan.
“Traang! Trang! Traang!” suara benturan-benturan nyaring yang memekikkan telinga segera berkumandang tiada hentinya.
Percikan bunga api menyebar keempat penjuru, bayangan sinar yang menyilaukan mata memancar kemana-mana…
Dalam bentrokan itu, kedua belah pihak sama-sama merasa bahwa tenaga dalam yang dimiliki musuhnya sungguh jarang ditemui didunia ini seandainya tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sungguh amat sulit untuk dipercayai, darah didalam dada segera terasa bergetar keras.
Seandainya bentrokan ini terjadi beberapa hari berselang niscaya Gak Lam kun sudah dibikin terluka oleh getaran tenaga dalam Oh Bu hong yang sempurna, tapi kini tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan yang pesat, sekalipun tubuhnya dipaksa mundur tiga langkah akan tetapi isi perutnya sama sekali tidak terluka.
Oh Bu hong maju selangkah kedepan, telapak tangan kirinya tiba-tiba diayun kedepan membacok tubuh Gak Lam kun, pedang Thi eng kiam koay ditangan kanannya menusuk kejalan darah Tam thian hiat dilambung, sedangkan kaki kanannya melayang kedepan menendang jalan darah Hu hau hiat dikaki kirinya.
Sambil bergerak maju, secara beruntun ia lancarkan tiga jurus serangan yang secara beruntun mengancam tiga buah jalan darah penting ditubuh lawan.
Gak Lam kun merasakan juga kelihayannya, buru-buru ia mempergunakan ilmu langkah Liong heng sin hoat yang sakti itu untuk berkelit kesamping, pedang pendek Giok siang kiamnya menyambar kebawah lalu membacok kaki kanan Oh Bu hong yang sedang melancarkan tendangan.
Kaki kanan Oh Bu hong yang sedang melancarkan tendangan itu tiba-tiba berubah menjadi sapuan melintang, begitu terhindar dari bacokan pedang lawan, kembali ia menyapu tubuh Gak Lam kun.
Sedangkan telapak tangan kirinya ditarik kembali, sambil berganti jurus ia totok jalan darah Sin hong hiat didada Gak Lam kun.
Dari serangan lurus dibuyarkan menjadi melintang, sambil menghindar melancarkan serangan balasan, semua serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, perubahannya sungguh sukar diduga, kelihayannya tiada tandingannya.
Gak Lam kun merasa amat terperanjat, pedang pendeknya segera diputar dan membabat tubuh Oh Bu hong.
Dengan cepat Oh Bu hong memandang pergelangan tangannya kebawah sambil berubah jurus, dari totokan berubah menjadi pukulan telapak tangan, segulung angin pukulan tak berwujud segera dipancarkan keluar.
Gak Lam kun membentak keras, mendadak pedangnya dipindahkan ketangan kiri, sementara kelima jari tangan kanannya dipentangkan lebar-lebar dan mencengkeram kedepan.
Sreeet..! Sreeet..! Lima gulung desingan angin tajam yang berhawa dingin dari ilmu Tok liong ci jiau segera memancar keluar dan menyambar kemuka.
Oh Bu hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, ia telah mengalihkan pedang toya Thi eng koay kiamnya ketangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengepal kencang dan disodokkan kedepan.
“Blaaam..!” suatu ledakan keras yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian.
Baik Oh Bu hong maupun Gak Lam kun sama-sama tergetar keras oleh benturan tersebut sehingga masing-masing mundur empat lima langkah kebelakang, rasa kaget dan terkesiap segera menghiasi wajahnya.
“Uuaaak..!” tak bisa dicegah kedua orang itu muntah darah segar.
Oh Bu hong tertawa hambar serunya, “Suatu ilmu cengkeraman jari Tok liong ci jiau sinkang yang amat lihay..!”
Gak Lam kun mendengus dingin katanya pula, “Suatu ilmu pukulan Jit gwat it sian kun (pukulan matahari dan rembulan satu garis) yang mengerikan.
Tiba-tiba Oh Bu hong merogoh kesakunya dan mengeluarkan kotak kumala itu kemudian sambil diletakkan diatas tangan kirinya, dengan sinar mata memancarkan hawa napsu membunuh, ia tertawa dingin, pelan-pelan katanya, “Jika kau sanggup menerima sebuah pukulan Jit gwat it sian kun ku lagi maka dengan sukarela aku orang she Oh akan menyerahkan Lencana pembunuh naga ini kepadamu, dan kami orang-orang Thi eng pang berjanji tak akan ikut memperebutkannya lagi”
Gak Lam kun tertawa dingin.
“Bagus sekali!” serunya, “kalau begitu sambut dulu sebuah pukulanku ini”
Ji Cin peng yang mendengar perkataan itu menjadi amat terperanjat, segera teriaknya, “Tunggu sebentar, biar aku saja yang menyambut serangannya itu!”
Oh Bu hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
“Haaahhh… haaahhh… haaahhh… perduli siapapun, asal dapat merampas kotak kumala ini dari tanganku, Thi eng pang segera akan mengundurkan diri dari sini”
Gak Lam kun tidak memperdulikan jeritan dari Ji Cin peng, pelan-pelan ia berjalan mendekati kearah Oh Bu hong.
Oh Bu hong tertawa angkuh kepalan tangan kanannya ditujukan kearah Gak Lam kun sepasang matanya memancarkan sinar yang menggidikkan hati dengan sorot mata tajam diawasinya Gak Lam kun dan Ji Cin peng yang selangkah demi selangkah berjalan mendekati itu tanpa berkedip.
Langkah kaki Gak Lam kun lambat sekali, setiap melangkah setindak kedepan, segera muncullah sebuah bekas telapak kaki sedalam setengah inci diatas permukaan tanah berumput.
Kiranya menggunakan kesempatan maju kedepan, setiap langkah ia maju tenaga dalamnya segera dihimpun satu bagian lebih hebat, ia telah bersiap sedia menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menerima pukulan dahsyat Jit gwat it sian kun dari Oh Bu hong itu.
Mendadak Si Tiong pek melompat kesamping Oh Bu hong seraya berkata dengan nyaring, “Suhu, untuk sementara waktu serahkan saja kotak kumala itu kepada tecu!”
Dengan suatu gerakan yang aneh tangan kanannya segera menyambar kearah kotak kumala yang berada ditangan kiri Oh Bu hong itu.
Mimpipun Oh Bu hong tidak menyangka kalau Si Tiong pek begitu berani merampas kotak kumala tersebut dari tangannya, lagipula gerakan menyambar yang dilakukan itu memakai suatu gerakan yang sangat aneh dan belum pernah dijumpainya sebelum itu, Oh Bu hong merasakan hatinya bergetar amat keras.
Tahu-tahu kotak kumala yang berada ditangan kirinya itu sudah kena disambar oleh Si Tiong pek.
Kelicikan dan kebusukan hati Si Tiong pek betul-betul sukar diduga sebelumnya, ketika Lencana Pembunuh naga itu berhasil dirampasnya, ia segera mempergunakan suatu gerakan tubuh yang cepat untuk berjumpalitan sejauh empat lima kaki dari posisi semula.
Ji Cin peng serta Gak Lam kun segera membentak bersama, “Berhenti!”
Dengan suatu gerakan yang amat cepat, kedua orang itu bersama-sama melompat kedepan sejauh empat lima kaki lebih.
Begitu dua orang itu bertindak, kawanan jago lainnya baru seperti sadar dari impian masing-masing segera melakukan pengejaran pula dari belakang.
Thi eng pangcu Oh Bu hong, Ki li Soat, Kwan Kim ceng serta Wan Kiam ciu masing-masing mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya segera meluncur kedepan…
Gerakan tubuh dari Si Tiong pek sungguh teramat cepat, tampak bayangan biru berkelebat lewat dalam waktu sekejap mata ia sudah berada empat lima kaki jauhnya, dalam keadaan demikian sulitlah buat kawanan jago lainnya untuk mengejar lebih mendekat.
Ji Cin peng serta Gak Lam kun mengejar paling depan, meski begitu jaraknya dengan Si Tiong pek pun masih ada tujuh delapan kaki jauhnya.
Tampaknva Si Tiong pek segera akan berhasil membawa kabur Lencana pembunuh naga itu!
Tiba-tiba dari antara kawanan jago itu melompat keudara sesosok bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa.
“Siapakah orang itu?”
Dia bukan lain adalah Siu Nay nay, perempuan beramhut putih dari perguruan panah bercinta, tubuhnya bergerak kemuka dengan melintas diudara kecepatan geraknya bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dalam waktu singkat ia telah berada dibelakang tubuh Si Tiong pek.
Hoa Kok khi yang mempunyai pengetahuan amat luas, begitu menyaksikan ilmu gerakan tubuh yang digunakan si perempuan berambut putih itu kontan saja merasa amat terkesiap, teriaknya tak tertahan, “Ilmu meringankan tubuh maha sakti Thian ti leng gong (tangga langit menjulang diangkasa yang amat luar biasa, hari ini aku benar-benar sempat menyaksikannya sendiri!”
Karena teriakan tertahannya itu, kawanan jago lainnya menjadi tertegun dan sama-sama mengalihkan sorot matanya kedepan.
Karena pikirannya bercabang itulah, Si Tiong pek serta perempuan berambut putih itu sudah berada tujuh delapan belas kaki lebih kedepan.
Ketika berhasil menyusul dibelakang tubuh Si Tiong pek, perempuan berambut putih itu segera mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah bacokan.
Agaknya Si Tiong pek tahu bahwa saat itu jiwanya berada diujung tanduk, hawa murninya telah dipersiapkan semenjak tadi, maka begitu perempuan berambut putih itu melepaskan bacokan, ia segera meningkatkan kewaspadaannya, tiba-tiba ia berpaling, telapak tangan kanannya melancarkan sebuah pukulan balasan.
Perempuan berambut putih itu tertawa dingin, ejeknya, “Suatu ilmu pukulan yang luar biasa!”
Hawa murninya disalurkan kebawah, begitu kakinya mencapai permukaan tanah telapak tangan kanannya kembali diayunkan kedepan.
Serangan yang dilancarkan Si Tiong pek itu bisa berupa serangan sungguhan, bisa pula sebagai serangan tipuan, selesai melancarkan pukulan tadi, tiba-tiba ia membuyarkannya ditengah jalan, pedang Thi eng kiam yang tersoren dipunggung pun dengan suatu kecepatan luar biasa dicabut keluar kemudian membacok kedepan dengan suatu gerakan aneh.
Berbarengan itu pula, tangan kirinya menyusul tiba dari arah samping dengan suatu gerakan aneh.
Menyaksikan kelihayan musuhnya, perempuan berambut putih itu merasa amat terperanjat, bentaknya, “Suatu ilmu serangan Hay ciong tui hun kiam ciang yang amat lihay…”
Ditengah bentakan, telapak tangan kanannya menyerang kedepan sambil menyapu punggung pedang, hawa murninya segera dihimpun kemudian menyentil ujung pedang tersebut dengan jari telunjuk serta jari tengahnya, sementara telapak tangan kirinya dengan jurus soat hong wu soh (salju menutup kabut mengunci) ia bendung kebasan tangan kiri Si Tiong pek sehingga serangannya terbendung keluar.
Ketika Si Tiong pek mendengar perempuan berambut putih itu berhasil menyebutkan nama ilmu pedangnya, ia merasa terperanjat sekali, belum lagi ingatan kedua sempat berkelebat lewat, tahu-tahu pergelangan tangan kanannya sudah terasa menjadi kaku, dan pedang Thi eng kiam itupun terlepas dari tangannya.
Didalam melancarkan pukulan maupun serangan pedang itu, Si Tiong pek telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, tak terlukiskan rasa terperanjatnya
setelah menyaksikan pedangnya mencelat dan pukulannya mengenai sasaran yang kosong.
Tanpa berpikir panjang lagi ia segera melompat kemuka dan kabur kedalam bangunan gedung yang berjumlah delapan buah itu.
Gedung dimana ia datangi tersebut, bukan lain adalah tempat yang paling berbahaya dan paling mengerikan dari seluruh bangunan gedung itu.
Empat penjuru merupakan bangunan berloteng yang bersusun-susun, setiap bangunan semuanya diatur dan disusun menurut suatu sistim, menurut ilmu barisan yang sangat lihay…”
Dengan suatu gerakan tubuh yang sangat cepat, perempuan berambut putih itu menyusul kesana, tapi setelah memandang sekejap bangunan gedung yang terbentang didepan mata, hatinya kontan saja merasa bergetar keras, pikirnya, “Alat rahasia yang disusun dalam gedung itu amat banyak dan berlapis-lapis, setiap batang rumput dan benda yang berada disana, sudah cukup untuk merenggut nyawa orang, bila Si Tiong pek dibiarkan kabur kedalam sana, bukan saja aku tak akan berhasil membekuknya, sekalipun orang lain juga jangan harap bisa mendapatkan lagi Lencana pembunuh naga itu…”
Ia saksikan tubuh Si Tiong pek makin lama pergi semakin jauh, jaraknya dengan bangunan gedung yang misterius itupun tinggal beberapa langkah saja.
Ia segera menggerakkan tubuhnya sambil menyusul kedepan, bentaknya keras-keras, “Disitu terdapat banyak sekali alat rahasia, kau lebih baik mundur saja dari sana daripada menyesal!”
Sambil berseru, dengan jurus Long li che hoa (percikan bunga ditengah ombak) ia cengkeram punggung Si Tiong pek dengan suatu gerak serangan yang luar biasa.
Si Tiong pek merasakan hatinya bergetar keras, sepanjang jalan dia hanya tahu kabur terus ia sama sekali tidak berniat mendatangi gedung yang misterius itu dengan sengaja, tapi kini sekalipun ia hendak menghentikan gerakkan tubuhnya juga sudah terlambat.
Begitu merasakan datangnya desingan angin tajam dari belakang tubuhnya, ia segera mengebaskan telapak tangan kanannya sambil membentak keras, “Kau menyusahkan diriku terus menerus, terhitung jagoan lihay darimanakah kau ini!”
“Praaak!” ketika sepasang telapak tangan saling membentur kedua orang itu sama-sama bergetar keras, Si Tiong pek segera manfaatkan kesempatan itu untuk meluncur masuk lebih kedalam.
ooooooo
Perempuan berambut putih itu mendengus dingin.
“Hmm! Tinggalkan Lencana pembunuh naga itu aku akan memberi sebuah jalan kehidupan untukmu!”
Si Tiong pek mendengus berat, ia malahan semakin mempercepat gerakan tubuhnya untuk meluncur kedepan.
Perempuan tua berambut putih itu menjadi sangat marah, sambil membentak keras, sebuah pukulan dahsyat kembali dilontarkan kedepan.
“Hari ini sekalipun kau kabur keujung langit, aku tetap akan membekukmu hidup-hidup!” bentaknya dengan penuh kebencian.
Si Tiong pek segera tertawa seram.
“Haaahh… haaahh… haaahh… bagus, sekali, kalau begitu mari kita langsungkan pertarungan itu didalam bangunan gedung tersebut..!”
Sehabis berkata itu ia lantas melompat masuk kedalam bengunan gedung itu, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata…
Ternyata perempuan tua berambut putih itu tak berani mengejar lebih lanjut buru-buru ia menghentikan gerakan tubuhnya sambil berpikir.
“Tempat ini sangat berbahaya dan tak bisa diduga akibatnya, apabila aku menerjang masuk secara gegabah, niscaya akan termakan oleh jebakan rahasia tempat itu, atau paling tidak akan disergap secara licik olehnya, lebih baik aku menyusun rencana yang lebih matang lebih dulu, sebelum masuk kedalam…
Sementara ia masih termenung, dari belakang tubuhnya, secara beruntun melayang datang lima enam sosok bayangan hitam…
Belum lagi menghentikan gerakan tubuhnya Ji Cin peng telah bertanya dengan suara lantang, “Siau Nay nay, apakah Si Tiong pek telah menerobos masuk kegedung itu?”
“Betul, ia telah menerobos masuk kedalam gedung itu!” jawab perempuan tua berambut putih itu dengan wajah berubah.
Mendengar jawaban tersebut, selapis perasaan murung dan sedih segera menyelimuti wajah Ji Cin peng, ia menghela napas sedih dan diliriknya sekejap diri Gak Lam kun tanpa berbicara, entah bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu?
Saat itulah tiba-tiba terdengar Thi kiam kuncu Hoa Kok khi tertawa terbahak-bahak.
 
Design by Free Themes | Bloggerized by Wulunggeni - Blogger Themes