Thursday, July 1, 2010

lpn_21_24b1

Sudah barang tentu masih terdapat banyak hal yang dicurigai olehnya, apalagi Yan Lo-sat Hong Im pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana parahnya luka yang diderita Tok liong Cuncu. Waktu itu dia sendiripun berkeyakinan, sekalipun Hoa To lahir kembali, belum tentu ia sanggup mengobati lukanya itu.
Mendadak…
Dengan suara yang keras bagaikan geledek Jit poh lui sim ciam (tujuh langkah panah inti geledek) Lui Thian seng membentak, “Orang she Gak, jangan bergerak!. Kalau kau berani sembarangan bergerak, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji!”
Tampak panah inti geledek yang dahsyat dan mematikan itu sudah dirasakan persis ke ulu hati Gak Lam-kun. Dalam keadaan begini, asal dia memencet tombol pada senjatanya itu, niscaya anak panah yang mematikan itu akan berhamburan kemana-mana.
”Mau apa kau?” tegur Gak Lam-kun sambil mengangkat bahu.
Pelan-pelan dia bergeser dari posisinya semula. Ini membuat Jit poh lui sim ciam Lui Thian tidak berani sembarangan bergerak dan melepasksn serangan.
“Serahkan Lencana Pembunuh Naga itu kepadaku!’“ bentak Jit poh lui sim ciam Lui Thian seng sambil tertawa seram.
Gak Lam-kun tertawa. “Huuh! Kau lagi bermimpi disiang hari bolong, apa tidak kuatir kalau sampai ikut melayang” serunya.
Kembali Lui Thian seng tertawa seram. “Hee… hee…hee… Orang mampus lantaran harta, burung mati lantaran makanan, itulah teori yang umum dan sudah lazim berlaku didunia ini”
Tiba tiba….
Serentetan suara kim yang datar dan rendah menggeletar memecahkan keheningan, suasana disekeliling jagadpun seakan-akan berubah menjadi gelap gulita.
“Plaaaak!” percikan bunga-bunga api berhamburan kemana-mana entah bagaimana caranya, tapi tahu-tahu panah Jit poh lui-sim cian yang maha dahsyat itu sudah rontok diatas tanah dan meledak sendiri. Pasir dan debu segera beterbangan kemana-mana, ledakan yang keras itu amat memekikkan telinga.
Sementara Lui Thian seng, sendiri sudah terkapar diatas tanah dalam keadaan terluka parah.
“Uuaaaak….!”
Darah segar muntah keluar bagaikan air mancur dari mulut Jit poh lui sim ciam Lui Thian seng, kemudian ia mendengus karena kesakitan, pancaran sinar gusar, dendam dan penasaran mencorong keluar dari balik matanya,
Mengikuti arah yang ditatap olehnya tampak si gadis berbaju perak itu sedang pelan-pelan meletakkan harpanya ke dalam pangkuan.
Sambil tertawa merdu ia berkata, “Barusan, aku cuma mempergunakan tenaga sebesar dua bagian saja. Coba kalau ku-gunakan tenaga. sebesar lima bagian, siapapun pasti sudah tak bisa bertemu lagi denganmu”
Lui Thian seng mendengus dingin. “Hmmm… Antara kita berdua telah terikat dendam sakit hati yang lebih dalam dari samudra. Ingat saja? Hutang ini pasti akan ku tuntut suatu ketika”
Selesai berkata dengan susah payah dia merangkak bangun dari atas tanah, lalu dengan sempoyongan berlalu dari tempat itu.
Nona berbaju perak itu tertawa merdu, dia bergeser ke depan dan memandang ke arah Gak Lam-kun sambil tertawa manis.
Semua jago disekeliling tempat itu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi tertegun dan termangu-mangu, sebab senyuman tersebut benar-benar indah, cantik dan mempersona hati orang.
Yan Lo-sat Hong Im yang menyaksikan senyuman itu juga ikut tertegun, kemudian sambil menjatuhkan diri berlutut, sapanya, “Susiok!”
“Siapa kau?” tegur nona berbaju perak itu agak tertegun, “Mengapa kau sebut aku sebagai paman guru?”
“Bukankah kau adalah Ang ih kim cha (tusuk konde emas baju merah) dari perguruan Tay khek bun, Gui Bok eng yang sudah lenyap semenjak enam puluh tahun berselang?” seru Iblis Perempuan cantik Hong Im dengan Wajah tercengang.
Sebagaimana diketahui, semenjak Ang Ih kim cha Gui Bok eng menjatuhkan arwahnya ke dalam tubuh si nona berbaju perak itu, baik potongan wajah maupun potongan badannya telah mengalami suatu perubahan yang sungat aneh, banyak dibanyak bagian tempat justru mempunyai kemiripan dengan Ang ih kim cha itu pribadi.
Maka dengan cepat nona berbaju perak itu tersenyum,ujarnya. “Aku telah berjumpa dengan susiokmu itu. Dia sudah lama meninggalkan dunia….”
“Bohong!” tiba tiba Yan Lo-sat Hong Im membentak keras.
Seraya berkata, tiba-tiba badannya melompat ke atas dengan kecepatan luar biasa, kemudian menggunakan jurus Hui hong ti seng (pelangi terbang memetik bintang), suatu jurus serangan yang tangguh dari perguruan Tay khek bun dia totok dada si nona terse-but.
Tiga malaikat dari wilayah See ih menyaksikan kejadian itu menjadi amat teperanjat, buru-buru mereka memburu ke tengah arena untuk memberi pertolongan.
Sinona berbaju perak sendiri juga merasa tertegun oleh kejadian itu. segera bentaknya “Kau berani?”
Entah bagaimana caranya menghindari tanpa disadari ia telah pergunakan suatu gerakan tubuh yang sangat aneh dan belum dikenali sebelumnya untuk berkelit dan meloloskan diri dari sisi tubuh Yan Lo-sat Hong im.
Cepat cepat Yan Lo-sat Hong Im mengundurkan diri dari situ, dengan sikap yang sangat menghormat dia berkata, “Susiok, kenapa kau masih mencoba untuk mengelabuhi aku?”.
“Kau sudah salah melihat orang” seru nona berbaju perak itu dengan wajah masih diliputi hawa kegusaran.
“Tidak mungkin salah!” jawab Yan Lo-sat Hong Im dengan nada yang tegas dan mantap, “Gerakan Im liong jut siu (naga mega tiga kali mencuat) yang kau pergunakan barusan merupakan gerakan tubuh susiok yang paling diandalkan. Dalam dunia persilatan dewasa ini tak mungkin ada orang kedua yang bisa pergunakan gerakan tubuh itu kecuali Susiok seorang…”
Kiranya untuk membuktikan apakah si nona berbaju perak itu benar-benar adalah Ang ih kim cha yang dulu atau bukan, Yan Lo-sat Hong Im telah mempergunakan jurus Hui hot ti seng dari Tay khek bun yang merupakan suatu serangan serangan paling dahsyat untuk melakukan percobaan.
Jurus serangan yang ia pergunakan itu merupakan salah satu ilmu yang paling diandalkan oleh perguruan Tay khek bun, tidak gampang untuk melepaskan diri dari ancaman itu kecuali bila orang tersebut sanggup menggunakan ilmu Im liong jut siu yang amat sakti tersebut. Kalau tidak maka korban pasti akan terluka oleh serangan tersebut.
Padahal kalau dibicarakan sesungguhnya, si nona berbaju perak itupun tak tahu sedari kapan dia bisa mempergunakan ilmu langkah semacam itu, diam-diam ia merasa kaget bercampur heran.
Dari mana dia bisa tahu kalau sukma Ang ih kim cha yang berada dalam tubuhnya telah mulai mempengaruhi semua jalan pemikirannya. Tanpa ia sadari, semua kepandaian Tay khek bun yang maha dahsyat telah dipahami olehnya tanpa terasa.
Setelah tertegun sejenak nona berbaju perak itu berkata, ”Kau bilang gerakan tubuh yaug barusan kugunakan itu adalah gerakan Im liong sam siu?”.
“Betul!” Yan lo sit Hong Im manggut-manggut tanda membenarkan “Gerakan tubuh itu merupakan salah satu ilmu langkah rahasia dari perguruan Tay khek bun yang paling tersohor dimasa silam…..”
Mendengar semua penjelasan tersebut nona berbaju perak itu menghela nafas panjang. “Aaaaah….! Mungkin saja aku adalah susiok mu, mungkin juga bukan….”
Yan Lo-sat Hong Im menjadi girang sekali, segera teriaknya, “Susiok mari kita bersama segera pulang ke perguruan Tay khek bun….!”
Nona berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil menarik tangan Gak Lam-kun mereka berangkat menuju keluar.
Menyaksikan hal itu Yan Lo-sat Hong Im menjadi amat gelisah dengan cepat dia mengejar dari belakang.
Gak Lam-kun segera berpaling lalu setelah tertawa dingin katanya, “Aku sekarang belum ingin membunuhmu, buat apa kau mencari penyakit buat diri sendiri?”
Yan Lo-sat Hong Im kembali menjadi tertegun, terpaksa dia menghentikan gerakan tubuhnya dan berdiri termangu-mangu ditem-pat.
Gak Lam-kun kembali tertawa dingin tiada hentinya, bersama nona berbaju perak itu kembali mereka melanjutkan langkahnya.
Semua gerak-geriknya bersama gadis berbaju perak itu dapat dilihat semua oleh Ji Cin-peng dengan amat jelasnya. Tanpa terasa timbul perasaan yang amat sedih dalam hatinya. Ia merasa hatinya seperti disayat-sayat dengan pisau tajam. Ia membenci kepada diri sendiri kenapa tak berani berterus terang kepada kekasihnya bahwa dia adalah kekasihnya yang dahulu.
Menyaksikan Gak Lam-kun dan nona berbaju perak itu sudah siap meninggalkan tempat itu, tanpa sadar Ji Kiu liong segera berteriak keras, “Gak toako, kau hendak kemana?”
Ketika mendengar seruandari Ji Kiu liong itu Gak Lam-kun sendiripun merasakan hatinya bergetar keras, buru-buru dia menghentikan gerakan tubuhnya seraya berpaling. “Adik Liong!” katanya kemudian, “Untuk sementara waktu, kau boleh berada bersama-sama enci Bwe. Setelah aku menyelesaikan semua pekerjaan pasti akan kujemput kembali dirimu”
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Ji Cin-peng.
Ketika itu Ji Cin-peng sedang berdiri dengan air mata membasahi seluruh wajahnya, ia balas memandang tatapannya dengan wajah yang lesu, murung dan pedih.
oooOOOOoooo
MENYAKSIKAN keadaannya yang cukup mengenaskan itu, Gak Lam-kun menjadi tertegun. Belum pernah ia menyaksikan Ji Cin-peng memperlihatkan mimik wajah seperti ini, dengan demikian kata kata yang sebenarnya telah disiapkan segera ditelan kembali kedalam perut.
Selelah termenung sekian lama, akhirnya setelah menghela napas sedih pikirnya dihati, “Aaaaai…! Semoga saja nona Bwe jangan menaruh rasa cinta kepadaku. Sesungguhnya akupun cinta kepadamu, menghormati dirimu. Tapi sekarang aku telah menjadi suami-istri dengan nona berbaju perak ini. Sekarang aku tak berani menaruh ingatan lain kepadamu, tapi selalu akan kuingat dirimu, seperti juga rasa hormatku kepadamu di masa-masa yang lalu….”
Pikiran Gak Lam-kun terasa gundah, kalut dan bercampur baur tak karuan.
Sebaliknya Ji Cin peng merasakan hatinya hancur lebur, rasa sedihnya tak terlukiskan dengan kata-kata.
Ketika empat buah rnata saling bertemu sampai lama sekali mereka tak mengucapkan sepatah katapun .
Selapis rasa cemburu yang keji dan mendendam tiba tiba melintas diatas wajah si nona berbaju perak yang cantik jelita itu…
Ditengah suasana seperti inilah, Yan Lo-sat Hong Im berjalan kehadapan si nona berbaju perak itu. Kemudian berkata dengan menghormat. “Susiok, tecu mendapat pesan dari mandiang guruku untuk mengundang susiok agar kembali keperguruan Tay khek bun serta membangun perguruan kita agar cemerlang dan makin terkenal”
Mendengar ucapan tersebut, selapis hawa napsu membunuh yang tebal segera menyelimuti wajah noia berbaju perak itu, katanya sambil tertawa dingin, “Aku sudah bilang tidak pulang yaa tidak pulang. Apakah kau hendak menangkap aku untuk diajak pulang? Apalagi aku juga bukan susiok kalian, aku bukan Kong ih kim cha Gui Bok eng. Kalau kau berani menghalang halangi gerakanku lagi, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji, dan tidak sungkan-sungkan lagi terhadapmu”
Paras muka Yan Lo-sat Hong Im berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, tapi nada ucapannya masih tetap sungkan dan menghormat. Kembali katanya. “Susiok mendiang guruku pernah berpesan Bila susiok bisa ditemukan kembali, maka bagaimanapun juga kau harus diundang pulang ke perguruan, sebab hanya susiok seorang yang bisa mengembangkan perguruan Tay-khek-bun kita sehingga menjadi termashur dalam dunia persilatan”
Nona berbaju perak itu mendengus dingin dampratnya. “Kurangajar, rupanya kau benar-benar sudah bosan hidup lagi didunia ini!”’
Seraya berkata jari tangannya segera disentil ke depan melancarkan sebuah serangan
Segulung desingan angin tajam yang terasa menyayat badan segera meluncur kemuka dan menerjang ketubuh Yan Lo-sat Hong Im.
Menghadapi ancaman yang begitu dahsyatnya Yan Lo-sat Hong Im merasa amat terperanjat. Buru-buru dia melangkah ke samping dan beruntun menghindar sebanyak tiga kali dengan suatu gerakan tubuh yang sangat aneh
“Breeet!”
Betapa cepatnya dia menghindar, jubah panjangnya toh sempat tersambar juga oleh desingan jari tangan sinona baju perak yang maha dahsyat itu. Paha putihnya yang montok dan halus segera tampak jelas didepan mata.
Paras muka Yao Lo-sat Hong Im segera berubah hijau membesi. Sambil tertawa dingin serunya. “Bagus sekali. Susiok! Kau dulu yang bersikap kasar kepade boanpwe. Jangan salahkan kalau Hong Im tak akan bersikap sungkan-sungkan lagi kepadamu”
“Kau purya kepandaian apa? Gunakan saja semuanya!” jengek sinona baju perak itu dengan suara dingin.
Tiba-tiba Yan Lo-sat Hong Im tertawa seram serunya, “Susiok, ilmu silatmu sudah termashur di kolong langit semenjak enam puluh tahun berselang. Boanpwe juga tahu kalau kepandaianmu nada tandingannya di kolong langit. Tentu saja kepandaian boanpwe tak lebih hanya sinar kunang-kunang yeng dibandingkan dengan sinar rembulan. Walaupun demikian, boanpwe persilahkan susiok untuk merasakan kehebatan dari Tay khek ngo heng kiam tin yang baru saja kami ciptakan. Bila ada sesuatu kekurangan, sudilah kiranya susiok memberi petunjuk”
Dari perkataannya itu dapat diketahui bahwasanya dia hendak mempergunakan ilmu barisan Tay khek ngo kiam tin dari perguruan Tay-khek bun untuk mengurungi si nona berbaju perak itu.
Pada saat itulah, dari sebelah timur pelan-pelan berjalan keluar lima orang kakek berjubah abu-abu yang sama-sama menyoren pedang.
Ketika tiba disamping Yan Lo-sat Hong Im, salah seorang kakek yang bertubuh kurus dan ceking itu segera berkata dengan serak serak basah. “Hong buncu, ada petunjuk apakah kau mengundang kami?”
Dengan suara dalam Yan Lo-sat Hong Im berkata, “Tay khek ngo kiamsu, bentuk barisan Tay- khek ngo-heng kiam tin kali ini!”
Gak Lam-kun kuatir kalau nona berbaju perak itu kena dipecundangi orang, buru-buru dia melompat kedepan sambil tertawa tergelak-gelak dengan nyaringnya. “Hong Im!” dia berseru keras. “Biar aku orang she Gak yang mencoba dahulu kehebatan ilmu barisan itu, ingin kulihat sebenarnya sampai dimana kelihayannya”
Sementara itu, kelima orarg kakek berbaju abu-abu itu sudah menyebarkan diri dan masing masing berdiri pada posisi Ngo-heng yang terdiri dari Kim (emas), Bok (kayu), Sui (air), Hwee (api) dan Teh (Tanah).
Kelima orang itu berdiri dengan tangan kiri menyanggah pedang, tangan kanan bersiap siaga, mereka bersiap-siap dengan tubuh yang tegap kokoh bagaikan batu karang.
Dengan pandangan sinis, Yan Lo-sat Hong Im memandang sekejap ke arah Gak Lam-kun.
Kemudian tanpa terasa mendongakkan kepalanya dan tertawa terkekeh kekeh. Suara tertawanya penuh mengandung nada sindiran mengejek serta mencemooh.
Gak Lam-kun yang ditertawakan seperti itu menjadi naik pitam, dengan suara keras bentaknya, “Hong Im, kau pastas dibikin mampus!”
Ditengah bentakan tersebut, telapak tangannya segera diayunkan ketengah udara melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang langsung menerjang ke badan Hong Im.
Mimpipun Yan Lo-sat Hong Im tidak mengira kalau dalam usia yang begitu muda ternyata Gak Lam-kun memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna. Kekuatan dari serangannya itu sudah cukup untuk menggempur sebuah bukit.
Terlepas soal tenaga dalam, yang terutama adalah tenaga aneh yang terpancar ke luar dari tubuhnya itu sungguh membuat orang sukar untuk menghadapinya. Ternyata dibalik kekuatan tadi terkandung suatu tenaga hisapan yang menyerupai dengan hawa Khikang tingkat tinggi.
Sikap Yan Lo-sat Hong Im yang semula mencemooh dengan cepat beralih menjadi serius dan berat, tiba tiba saja sepasang telapak tangannya diputar dan didorong sebanyak tiga kali kedepan.
“Sret! Sreer! Sreet!” gulungan hawa pukulan yang kuat memancar kemana-mana.
Selembar wajah Yan Lo-sat Hong Im yang putih dan halus, segera berubah menjadi merah padam. Lama sekali belum juga membuyar….
Kiranya gaun panjang Hong Im sebatas lutut kebawah telah dipapas robek oleh sambaran angin pukulan Gak Lam-kun yang tajam, sehingga tampaklah tumitnya yang putih bagaikan pualam dan halus itu.
Selama hidup belum pernah Yan Lo-sat Hong Im mengalami penghinaan seperti apa yang dialaminya hari ini. Sedemikian gusarnya dia sampai sepasang matanya melotot keluar dan memancarkan selapis cahaya tajam yang menggidikkan hati, ditatapnya wajah Gak Lam-kun tanpa berkedip.
Pelan-pelan Ji Cin-peng menghampiri Gak Lam-kun, lalu ujarnya dengan nada sedih, “Engkoh Gak, gunakan pedangku ini!”
Sebutan “Engkoh Gak” itu kontan saja menggetarkan perasaan Gak Lam-kun. Ia seperti masih teringat bahwa tiga tahun berselang, ada orang juga memanggilnya dengan sebutan itu. Dialah kekasih hatinya Ji Cin- peng!
Dari balik biji mata Ji Cin-peng yang jeli, Gak Lam-kun dapat menangkap sorotan cahaya pedih yang amat memilukan hati……
Pada ketika itu juga, kembali Gak Lam-kun merasa bahwa sorot mata itu persis seperti sorot mata Ji Cin-peng….
Mendadak gelak tertawa yang menyeramkan memotong jalan pemikiran Gak Lam-kun itu.
Tampak sebilah pedang panjang yang memancarkan cahaya berkilauan, dengan kecepatan luar biasa menusuk datang.
Menyaksikan datangnya ancaman tersebut Ji Cin-peng segera menjerit tertahan karena kaget.
Gak Lam-kun sedkitpun tidak menjadi gugup. Dengan cepat tubuhnya berjumpalitan dan mundur sejauh tiga depa lebih dari posisi semula. Pergelangan tangannya segera diputar. Pedang pendek Giok siang kiam ini diputar sedemikian rupa membendung datangnya sergapan kilat dan pedang Hong Im tersebut.
Rasa marah dan dendam yang berkobar dalam hati Yan Lo-sat Hong Im pada saat ini tak terlukiskan dengan kata kata. Apalagi peristiwa itu merupakan suatu kejadian yang paling memalukan untuk kaum perempuan pada jaman itu. Dalam gelisah dan gusarnya dia membentak keras, sambil menerjang ke muka pedangmya langsung melepaskan serangan mematikan.
Ilmu silat yang dimiliki Gak Lam-kun saat ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali. Sesudah menyambut tiga buah serangan berantai dari Hong Im dengan cepat dia unjukkan gigi pula dengan memutar senjatanya dan secara beruntun melepaskan tiga buah serangan kilat.
Menghadapi tiga serangan berantai yang tertuju ke arahnya itu, ternyata Yan Lo-sat Hong Im, sama sekali tidak berkelit ataupun menghindar. Hawa murninya segera dihimpun ke pusat dan disalurkan ke dalam tubuh pedang. Dengan gerakan menotok mencakil dan menekan secara beruntun ia lepaskan pula tiga kuntum bunga pedang.
“Traang. Traang! Traang!” benturan senjata yang amat ramai menggema di udara.
Diantara beterbangannya percikan bunga api, dengan kekerasan ia bendung datangnya ketiga buah serangan tersebut.
Tapi setelah menyambut ketiga buah serangan tadi, Yan Lo-sat Hong Im merasakan lengan kanannya menjadii kesemutan dan kaku. Telapak tangannya pecah-pecah sakitnya bukan kepalang. Kenyataan ini membuat hatinya amat terkesiap, pikirnya, “Jangan-jangan ia sudah berhasil mencapai tingkatan tenaga dalam seperti apa yang dimiliki Tok Liong cuncu Yo Long dimasa lalu…”
Berpikir sampai disitu, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Yan Lo-sat Hong Im. Cepat-cepat dia memusatkan segenap pikirannya. Dengan melangkah ke posisi Tiong kiong, hawa murninya dihimpun kembali kepusar. Lalu dari pusar hawa murni itu disalurkan kembali kedalam pedang.
Agaknya dia hendak mempergunakan ilmu pedang Tay khek cap sa kiam, suatu ilmu pedang andalan partai Tay khek bun untuk menghadapi kelihayan lawan.
Begitu ilmu pedang Tay khek cap sau kiam digunakan, maka ketenangannya bagaikan bukit karang. Gerakannya bagaikan aliran sungai, begitu lembut tepi berkepanjangan sehingga membikin hati orang bergidik rasanya.
Sekalipun Gak Lam-kun sendiri berilmu tinggi, ilmu pedangnya juga telah mencapai puncak kesempurnaaan, tapi setelah bertemu dengan ilmu pedang yang tiada tandingannya di dunia ini, sesaat lamanya dia agak kewalahan juga dibuatnya hingga belum juga berhasil untuk memecahkannya.
Tampaklah serangan demi serangan dari Gak Lam-kun yang dahsyat dan kuat itu semuanya berhasil dipunahkan oleh Hong Im dengan ilmu pedang Tay khek cap sa nya yang memanfaatkan beberapa macam taktik lembut seperti menempel, mementil, menggetar, memancing, memunah, menggulung dan menghisap.
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun sungguh mengejutkan hati. Setiap bacokan dilancarkan tentu disertai dengan hawa pedang yang sanggup membelah batu dan baja. Lagipula pengetahuanya dalam ilmu silat luas sekali. Banyak jurus-jurus serangan partai-partai lain yang dipahaminya. Ini membuat Hong Im yang bertarung dengan pergunakan Tay khek kiam dibikin kewalahan juga oleh tenaga dalamnya yang sempurna.
Pada mula pertarungan, keadaan mereka masih seimbang dan sama kuat. Tapi setelah bergebrak puluhan jurus kemudian, lambat laun jurus-jurus pedang yang dipergunakannya itu mulai didesak deh segulung tenaga tak berwujud yang memaksa gerakan serangannya makin lama semakin lamban, sedangkan Gak Lam-kun sendiri makin bertarung semakin bersemangat.
Dalam keadaan begitulah kelima orang jago pedang dari perguruan Tay Khek bun melakukan pengepungan secara tiba tiba dan mengurung Gak Lam-kun serta Hong Im ditengah arena, lima pedangnya segera bergerak bersama ikut melancarkan serangan.
Menyaksikan kejadian itu Yaan Lo-sat Hong Im menjadi amat kegirangan. Sambil membentak gusar dia lepaskan tiga buah serangan berantai yang memaksa Gak Lam-kun harus miringkan badan sambil bergeser beberapa jengkal jauhnya, kini ia berdiri dihadapan seorang kakek yang bertubuh kurus kering.
Gak Lam-kun memandang sekejap sekeliling tempat itu. Semangatnya tiba-tiba berkobar sambil berpekik nyaring katanya sambil tertawa, “Sudah lama aku dengar orang bilang, Tay khek ngo heng kiam tin adalah suatu ilmu barisan yang sangat iihay dan sejajar namanya dengan barisan Lo han tin dari partai Siau lim. Banyak tahun sudah aku ingin menjajalnya tanpa menjumpai kesempatan. Sungguh tak nyana aku bakal menjumpai barisan kenamaan ini di atas pulau terpencil semacam ini. Kejadian ini benar benar merupakan kesempatan bagus yang belum pernah kujumpai. Hari ini juga aku akan mencoba sampai dimanakah kehebatan dari ilmu barisan ini….”
Ditengah gelak tertawa panjangnya, Gak Lam-kun telah berdiri sambil menyilangkan pedangnya didepan dada. Ia berdiri kokoh dingin seperti sebuah bukit karang.
Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin meski merupakan ilmu sakti dari perguruan Tay khek, namun selama enam puluh tahun belakangan ini belum pernah Tay khek pay mempergunakan barisan itu.
Kiranya Tay khek ngo heng kiam tin tersebut ikut lenyap dan punah bersamaan dengan hilangnya Ang ih kim cha Gui Bok Eng dari dunia persilatan. Entah bagaimana kemudian enam puluh tahun kemudian, akhirnya rahasia ilmu pedang tersebut berhasil ditemukan kembali oleh Yan Lo-sat Hong Im setelah melewati suatu penyelidikan yang makan waktu cukup lama.
Setelah munghimpun tenaga dalamnya, pelan-pelan Gak Lam-kun mulai bergeser mendekati posisi sebelah timur kemudian ia tersenyum kepada jago jago Tay khek bun itu dan tidak berbicara.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa, mendadak pedang paodek Giok siang-kiam itu melejit ke udara dan langsung menghajar ke tubuh kakek itu.
Dengan suatu gerakan yang enteng sikakek miringkan badannya untuk menghindar, kemudian dengan jurus Ih hwe kun tun (perputaran roda dalam jagad) dia tangkis datangnya ancaman itu.
Begitu pertarungan berkobar, barisan pedang Tay khek ngo heng kiam tin pun segera mengalami perubahan….
Si kakak disebelah timur yang menangkis pedang Gak Lam-kun itu segera memutar senjatanya dan tiba-tiba berkelit kembali kesamping gelanggang pertarungan.
Begitu menjumpai peluang baik, Gak Lam-kun bermaksud untuk maju ke depan dan menyerang Yan Lo-sat Hong Im yang merupakan motor dari ilmu barisan tersebut.
Tiba-tiba bayangan manusia berkelebat lewat. Kakek yang berdiri dihadapannya itu telah menerjang ke muka menghadang jalan perginya. Lalu pedangnya dengan jurus Ji gi jut ciau (dua unsur mulai berkembang) menciptakan dua kuntum bunga pedang yang menusuk bagian atas dan bagian bawah tubuh lawan.
Gak Lam-kun tertawa dingin, pedang Giok siang kiamnya diputar menciptakan selapis cahaya bianglala yang menyilaukan mata. Senjata itu diayunkan ke muka dan segera memunahkan serangan yang aneh itu secara gampang.
Tapi sebelum Gak Lam-kun melancarkan serangan balasan, kakek yang berjaga disebelah barat telah menyelinap pergi, sementara kakek yang berjaga diposisi selatan mulai melancarkan serangan.
Semua perubahan dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin itu berubah dalam sekejap mata. Sekalipun Gak Lam-kun tak sampai terkurung oleh serangan demi serangan yang dilancarkan oleh barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut, tak urung hatinya dibikin terkesiap juga olehnya.
“Ilmu barisan Tay kheh ngo heng kiam tin ini benar-benar bukan nama kosong belaka. Hari ini aku musti menghadapinya secara berhati-hati” demikian ia berpikir.
Padahal sesungguhnya pengaruh ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut jauh lebih lihay dari pada apa yang dibayangkan semula. Cuma saja didalam bentrokan yang barusan berlangsung, kelihayan dari ilmu barisan tersebut masih belum tertampak semua.
Haruslah diketahui, urusan dasar dari ilmu barisan itu adalah sebuah unsur dingin ditambah lima unsur panas. Tay khek dan ngo heng saling dorong mendorong saling bantu membantu yang berakibat timbulnya suatu sistem pertahanan serta penyerangan berantai yang berganti-ganti secara bergilir.
Gak Lam-kun adalah seorang pemuda yang cerdik, begitu dirasakan keamehan dari gerakan barisan tersebut, dengan hawa murninya dihimpun untuk bersiap siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Kiranya dalam tiga gebrakan yang barusan berlangsung, iapun dapat merasakan bahwa dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut bukan saja merupakan suatu kombinasi kerja sama yang erat dan rapat dari enam jago, bahkan dalam setiap serangan dan pertahanan selalu mengandung perubahan tay khek dan ngo heng yang saling berubah tiada hentinya.
ia sadar, sekali kurang berhati-hati bisa berakibat fatal dari berubahnya, unsur ngo heng tersebut, jika pikirannya sudah dibikin kalut maka dia akan terkurung dibalik barisan pedang yang dikendalikan urusan tay khek.
Perlu diketahui, ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang dibentuk dengan tenaga manusia, bukan saja mengandung perubahan dari unsur ngo heng yang pada umumnya berlaku. Lagipula lantaran maju mundurnya manusia seringkali akan mengalami pula seluruh perubahan dari gerakan barisan tersebut.
Tentu saja semua perubahan yang bakal terjadi itu sama sekali terlepas dari peraturan yang umum berlaku bagi perubahan ngo heng ini. Ini menyebabkan seseorang yang memahami unsur Ngo hengpun kadangkala dibikin kewalahan juga untuk menghadapi perubahan didalam barisan pedang.
Apalagi sekarang ditambah lagi dengan sebuah unsur tay khek yang sifatnya Im (dingin). Bukan saja hal mana membuat barisan pedang itu makin aneh dan rumit perubahannya membuat orang lain pun susah untuk menemukan titik kelemahan dari ilmu barisan tersebut.
Akibatnya setiap erang yang mulai terbawa oleh gerakan iimu barisan tersebut, akan kehilangan segenap kekuatannya untuk melepaskan serangan balasan.
Walaupun Gak Lam-kun angkuh dan tinggi hati, namun setelah merasakan sendiri tiga perubahan yang terjadi dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut, kesombongannya segera sirna tak berbekas. Dia pusatkan semua tenaga dan pikirannya untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Yan Lo-sat Hong Im sendiri ketika dilihatnya secara tiba-tiba Gak Lam-kun meninggalkan posisi bergerak dengan berubah menjadi tenang serta enggan melepaskan serangan lagi, diam-diam kagum juga hatinya. Dia berpikir, “Orang ini memang jauh berbeda dengan orang-orang yang lain, ternyata dalam sekejap mata ia berhasil mengatasi keangkuhannya”
Pedang panjang dalam genggamannya segera di angkat, lalu dengan jurus peng sah liok ing (bubung manyar melayang dipasir) dia tusuk ke muka sementara kaki kirinya, maju selangkah dan memimpin Ngo heng melakukan perubahan…..
Dalam sekejap mata, lima kakek yang berjaga pada posisi ngo heng itu mulai bergeser dan berpindah tempat. Cahaya pedang bermunculan dari empat arah delapan penjuru dan bersama sama meluncur tiba dengan kecepatan luar biasa.
Gak Lam-kun membentak keras, pedang Giok siang kiam nya memancarkan selapis cahaya berkilauan yang tajam, dengan jurus Im wu mi thian (kabut dan mega menyelimuti angkasa) dia ciptakan berlapis kabut pedang yang menyongsong datangnya lapisan cabaya pedang lawan.
“Traaang! Traang! Traaaang”
Serentetan bunyi gemerincingan nyaring bergema memecahkan keheningan. Cahaya pedang yang menyerang kearahnya itu seketika lenyap dan sirna
Sementara itu, kelima orang kakek itupun merasa kaget bercampur terkesiap, karena sewaktu pedangnya saling membentur lengan pedang pendek Gak Lam-kun bukan saja mereka rasakan timbulnya segulung tenaga pantulan yang memantulkan kelima belah pedang tersebut, bahkan lengan kiri mereka menjadi kesemutan sehingga pedangnya nyaris terlepas dari genggaman.
Dengan cepat mereka berpikir. “Tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar-benar amat sempurna. Untuk menghadapi manusia semacam ini paling benar kalau berusaha menghindar dari bentrokan kekerasan”
Perlu diketahui, kelima orang kakek ini, merupakan jago jago pilihan dari perguruan Tay khek bun. Mereka semua sama sama cekatan dan lihay. Tanpa diberi komando oleh Yan Lo-sat Hong Im, tiba-tiba mereka memutar tubuh masing-masing sambil melepaskan kembali sebuah tusukan kilat.
Lima bilah pedang menyergap lima buah tempat yang berlainan, bahkan dilancarkan pada waktu yang bersamaan. Jika seorang kurang lihay ilmu silatnya, jangan harap bisa menghindarkan diri dari ancaman tersebut dalam keadaan selamat.
GaK Lam-kun sendiri kian lama kian bertambah terkesiap juga setelah dilihatnya perubahan serangan musuh lambat laun semakin gencar dan aneh.
Dalam keadaan demikian, ia lantas menekuk lutut kirinya, mendadak seluruh badannya menjadi lebih rendah separuh bagian. Hawa murninya dihimpun kedalam kaki kanan lalu sekuat tenaga berputar. Pedang kirinya mengikuti perputaran tersebut secepat kilat melepaskan lima buah tusukan kilat. Dalam waktu singkat pedang-pedang yang menusuk tiba dan empat penjuru berhasil dibendung semua.
Tidak menunggu barisan lawan sampai melakukan perubahan lagi, Gak Lam-kun berpekik nyaring. Kaki kanannya menjejak tanah sepenuh tenaga, lalu melejit ke udara. Pergelangan tangan kanannya segera diputar dengan kecepatan tinggi….
Dimana pedang Giok Siang kiam itu menyambar, segera terciptalah selapis bayangan pedang yang tebal yang diikuti dengan hawa pedang yang memekakkan telinga. Serangan dahsyat itu langsung mengurung sekujur badan Yan Lo-sat Hong Im dengan kecepatan tinggi.
Gak Lam-kun dapat merasakan akan keanehan serta kesaktian dari perubahan baris pedang itu. Dia sadar bila mengambil sistem pertahanan tanpa melakukan serangan balasan, dia akan terperosok dalam posisi yang terdesak dan lambat laun besar kemungkina akan dilukai orang.
Maka satu ingatan melintas dalam benaknya, timbul niatnya untuk melancarkan serangan balasan.
Itulah sebabnya, begitu selesai membendung perubahan jurus dari lima orang kakek itu, badannya langsung melejit ke udara dan menyergap perempuan itu dari tengah udara.
Dia tahu orang yang berjaga diposisi Tay khek adalah Yan Lo-sat Hong Im sendiri. Posisi tersebut merupakan bagian yang terpenting dari barisan pedang itu, maka serangan yang dilancarkan dalam sergapan tersebut dilakukan dengaa kedahsyatan yang luar biasa, dia berhasrat untuk berhasii didalam serangannya.
Ketika dilihatnya serangan Gak Lam-kun dari tengah udara sangat lihay dan garang. Yan Lo-sat Hong Im tak berani menyambut secara keras lawan keras, tubuhnya segera melejit ke samping dan menghindar sejauh lima langkah lebih.
Setelah itu pedangnya segera menuding ke atas dia segera menggerakkan gerakan Ngo heng kiam yang dikombinasikan dengan Tay khek kiam. Seketika itu juga hawa pedang menyelimuti seluruh angkasa dan menciptakan selapis kabut pedang yang tebal, bayangan pedang dengan cepat bermunculan dari empat arah delapan penjuru.
Gagal dengan serangannya, dengan cepat Gak Lam-kun terjerumus ke dalam kepungan cahaya pedang yang sangat tebal.
Tay khek ngo heng kiam tin telah memperlihatkan perubahan yang lebih dahsyat lagi. Enam sosok bayangan saling berkelebat sambil melancarkan serangan. Perubahan gerakan pedang mereka semakin sukar untuk diduga arah tujuannya.
Hawa pedang memenuhi seluruh angkasa, Gak Lam-kun seperti seekor naga sakti bergerak kian kemari diantara gulungan hawa pedang yang
tebal. Saban kali berputar kian kemari, sebentar dia menyerang kebarat sebentar lagi menerjang ke timur, kehebatannya tak terlukiskan dengan kata- kata
Tiba tiba Yan Lo-sat Hong Im membentak nyaring setelah memancing sebuah setangan dahsyat dari Gak Lam-kun sehingga miring kesamping, tiba-tiba ia maju dua langkah kesamping kanan pe-dangnya diayunkan dua kali dengan serangan gencar.
Seteluh itu sambil memutar badannya, pedang itu menuding ke atas dan langsung melepaskan serangan kilat
Tindakan yang diperlihatkan Yan Lo-sat Hong Im itu sekaligus merupakan suatu kode rahasia untuk melakakan perubahan terhadap barisan pedang itu.
Terdengar lima orang kakek itu bersama-sama berpekik nyaring. Diantara ujung baju yang berkibar pedangnya berkibar diangkasa menciptakan pelbagai gerakan yang aneh. Mengikuti gerakan itu posisi dimanapun segera mengalami perubahan.
Begitu ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin mulai berubah semua keadaan dan situasi disekitar sanapun ikut mengalami perubahan yang sangat besar.
Enam bilah pedang dengan mengeluarkan suara pekikan yang amat nyaring serta bayangan tebal bagaikan selapis kebut seperti ombak samudra ditengah amukan angin puyuh melanda datang berbarengan.
Secara lamat-lamat kedengaran bunyi angin dan guntur menggelegar di angkasa, baik bayangan tubuh Yan Lo-sat Hong Im mau pun lima jago pedang dari Ngo heng kiam tin seolah-olah sudah dilapisi oleh hawa pedang yang tebal sekali.
Untung saja tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun cukup sempurna. Walaupun di kurung oleh kabut pedang yang dahsyat ba-gaikan amukan ombak di tengah samudra, namun dia tetap berdiri sekokoh batu karang dan sedikitpun tidak terpengaruh oleh dahsyatnya serangan lawan.
Pedang pedang Giok siang kiam ibaratnya seekor naga, berlompatan kian kemari ditengah lapisan hawa pedang yang sangat tebal.
Ilmu barisan Tay khek ngo heng kim tin memang benar benar amat dahsyat dan lihay. Walaupun Gak Lam-kun cukup memahami soal ilmu barisan dan kepandaian sebangsanya, namun dia gagal untuk menemukan titik kelemahan dan keistimewaan dari Ilmu barisan ini.
Sementara itu, kawanan jago yang berada di sekitar kalanganpun sudah tertarik semua oleh barisan pedang yang ampuh dan jarang ditemui di kolong langit ini.
Tampaknya perubahan dalam Tay khek ngo heng kiam tin itu makin lama semakin rapat, gerak-gerakannya pun semakin kacau dan rumit.
Berbicara yang sesungguhnya, hampir sebagian besar kawanan japo yang hadir saat ini pada memahami soal ilmu barisan dan ilmu perbintangan namun setelah menyaksikan perubahan dari Tay khek ngo heng kiam tin itu, mereka mulai merasa berkunang-kunang juga dibuatnya.
Semenjak peristiwa berdarah di tebing Yan po gan dibukit Hoa san pada delapan belas tahun berselang, Yan Lo-sat Hong Im sudah mulai melakukan penyelidikan yang seksama atas ilmu kepandaiannya. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin juga semenjak waktu itu dilatih.
Ke lima orang kakek berbaju abu abu itu merupakan jago kelas satu dalam perguruan Tay khek bun. Selama delapan belas tahun, mereka boleh dibilang selalu memusatkan perhatiannya untuk mendalami ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin. Bukan saja hapal terhadap semua perubahan dalam ilmu barisan itu, merekapun menguasai semua keistimewaan serta kelebihan-kelebihannya. Malah dalam tenaga dalampun mereka rata-rata memiliki kesempurnaan yang hampir seimbang.
Itulah sebabnya, serangan-serangan gerak-gerik dari ke enam orang itu sama sekali berlawanan dari keadaan pada umumnya. Sebentar mereka bergerak lurus, sebentar berbalik anehnya bukan kepalang. Sekalipun seseorang yang memahami soal Ngo heng tin, dibuat kebingungan juga olehnya.
Jit poh toan hun Kwik To yang menyaksikan kejadian itu segera menghela napas panjang. katanya, “Sudah lama orang persilatan rnengatakan bahwa ilmu pedang dari perguruan Tay khek bun telah mengalami kejadian yang pesat. Setelah dibuktikan sekarang, ternyata perkataan itu memang benar. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin mereka memarg terang merupakan suatu cabang ilmu silat yang luar biasa lihaynya”.
Ji Cin-peng manggut-manggut, “Perkataanmu memang benar” katanya. “Aku sendiripun mempunyai perasaan demikian…”
Ketika ia mercoba melirik sekejap ke arah nona berbaju perak itu dilihatnya gadis tersebut sedang memusatkan semua pikiran dan perhatiannya untuk mengikuti perubahan-perubahan dari ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut bahkan sering manggut-manggut sambil memuji. Tapi sebentar kemudian gelengkan kepalanya sambil menghela napas seolah-olah dia telah memahami seluk-beluk dari ilmu barisan tersebut.
Mendadak terdengar gadis berbaju perak itu bergumam seorang diri, “Sayang….. .. Sayang sekali…… Coba kalau antara keng kim dan kun terjalin hubungan pertahanan yang ketat….”
Waltu itu Gak Lam-kun yang sedang bertarung sudah mulai merasa rada kalut pikirannya, tentunya dia tidak mendengar petunjuk rahasia yang diberikan gadis berbaju perak itu untuk memecahkan barisan padahal barisan Tay khek ngo heng kiam tin itu kerapkali mengalami perubahan yang besar sekali.
Gak Lam-kun dengan kekuatan seorang ternyata sanggup bertarung melawan kerubutan enam jago lihay dari perguruan Tay khek bun tanpa memperlihatkan tanda-tanda akan kalah. Kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang langka dalam dunia persilatan, hal mana membuat para penonton harus menahan napas dan mengikuti semua perubahan dengan wajah yang sangat tegang.
Ketika gadis berbaju perak itu menyaksikan Gak Lam-kun belum juga memahami kisik-kisiknya, pelan-pelan segera maju ke depan. Diikutinya semua perubahan dari Tay khek ngo kiam tin dengan seksama, lalu sekulum senyuman manis menghiasi ujung bibirnya.
“Engkoh Gak!” serunya kemudian dengan merdu, “Pusatkan perhatianmu menjadi satu, jangan terlalu buru napsu untuk mencari kemenangan”
Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata, “Barisan ini mempergunakan sistem Tay khek bu ceng ngoh heng. Silahkan engkoh Gak menyerang ke utara lalu berbalik ke barat. Dengan air mengatasi api, dengan belakang yang berupa api mengganjal Tay khek. Dengan begitu keadaan pasti beres!”
Ketika mendengar panggilannya tadi, mula-mula Gak Lam-kun merasa terperanjat, cepat cepat dia memusatkan perhatiannya untuk melaksanakan seperti apa yang dikatakan.
Mendadak pedang Giok siang kiamnya menyerang ke arah utara dengan jurus Mong coa to sim (ular sawah mengeluarkan lidah).
Pada saat dia melepaskan serangannya itu, tepat dikala keng sim dan jimkui dua tempat sedang saling bergeser untuk tukar tempat, dengan, dilancarkannya serangan oleh Gak Lam-kun, kedua posisi tersebut segera kena terhadang.
Akibatnya, barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut mengalami sedikit kekalutan yang nyaris berakibat kekacauan.

Jilid 23
BEGITU berhasil dengan serangannya, Gak Lam-kun segera membalikkan badannya balas menyerang posisi penting disebelah barat.
Dengan jurus Poh Im han seng (bintang jeli di balik awan), pedang Giok-siang kiam itu langsung membacok posisi Ih bok dan Sim-kim dua tempat, kemudian langsung menyerbu ke posisi Tay-khek yang dijaga oleh Yan Lo-sat Hong Im.
Serangan serangan gencar yang dilepaskan untuk berebut posisi ini kontan mengakibatkan kekacauan dalam barisan Tay khek ngo heng kiarn tin itu, sehingga semua pergeseran posisi mengalami hambatan yang berakibat kekalutan.
Yan Lo-sat Hong Im merasa amat terkejut cepat cepat dia menekuk pinggang menghindarkan diri dari serangan Gak Lam-kun, lalu pedangnya berputar tiga lingkaran ditengah udara dan menuding kearah sebelah timur.
Mendapat petunjuk itu, lima orang kakek berbaju abu-abu itu segera berganti posisi dan berputar arah. Barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang mulai kalut itu segera dapat diatasi dan menjadi tenang kembali. Sejak nona berbaju perak itu peroleh sukma dari Ang ih kim cha Gui Bok-eng, pengetahuannya tentang ilmu silat aliran Tay khek bun seakan-akan begitu luas dan hapal sekali, ditambah lagi pada dasarnya ia memang seorang gadis yang menguasahi tentang segala macam kepandaian, otomatis diapun memahami pula kunci rahasia dari barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut.
Begitulah, baru saja Hong Im merubah barisannya dengan gerakan lainnya, gadis itu segera memahami kemana tujuan perempuan itu dengan barisannya.
Setelah tertawa terkekeh-kekeh, serunya dengan nyaring. “Engkoh Gak, kali ini dia hendak menggunakan kelurusan untuk membawa Tay khek menuju keposisi Ngo heng. Kau boleh serang Posisi Ih bok, mengunci kedudukan Sim Kim lalu menyerang kedudukan Tay khek”
Gak Lam-kun sendiripun seorang pemuda yang cerdas, begitu peroleh petunjuk, jurus serangannya segera dilancarkan….
Pedang Giok siang kiam ditangan kanannya dengan jurus Siong liong ciang cu (Sepasang naga berebut mutiara) melepaskan dua gulung tenaga serangan yang maha dahsyat, untuk membendung Ih hok serta Sim kim, kemudian telapak tangan kirinya membacok keluar.
Segulung tenaga pukulan yang dahsyat dengan membawa kekuatan bagaikan angin puyuh menggulung ke tubuh Yan Lo-sat Hong Im .
Serangan yang dilancarkan kali ini jauh lebih cepat setengah tingkat dibandingkan dengan cara penyerangan yang diterangkan oleh nona berbaju perak itu.
Padahal waktu ini Yan Lo-sat sedang bermaksud merubah Tay khek ngo heng kiam tin nya dari posisi berbalik menjadi posisi lurus. Tapi belum lagi serangannya dilancarkan, serangan kilat dari Gak Lam-kun yang begitu cepat dan dahsyat itu telah memporak porandakan barisan pedangnya itu.
Yan Lo-sat Hong Im membentak keras, pedangnya secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai…
Serangan itu cukup tajam dan hebat, memaksa Gak Lam-kun mau tak mau harus menarik pedangnya untuk menangkis. Dengan terjadinya peristiwa ini, dengan cepat posisi barisan Ceng tay khek huan ngo heng kiam tin pulih kembali seperti sedia kata.
Suara pedang dengan enam gulung hawa pedang dengan cepat mengurung kembali Gak Lam-kun dalam barisan pedang.
Tambaknya perubahan ini telah membangkitkan hawa amarah dari jagoan muda ini. Ia naik darah, hawa napsu membunuhpun segera menyelimuti wajahnya
Pedang Giok siang kiam itu segera dialihkan ke tangan kiri, kemudian dengan jurus Kiam hay-teng liong (membelenggu naga dalam laut) menyerang posisi Koi sui. Sedangkan kelima jari tangan kanannya dengan dipentangkan lebar-lebar mempergunakan kepandaian Tok liong ci jiau mencengkeram posisi Pia hwee.
 
Design by Free Themes | Bloggerized by Wulunggeni - Blogger Themes