Welcome to website

UNDERCONTRUCTION

private.

Thursday, July 1, 2010

motorola phonetools v 5.0

link

UPDATE LPN

huhu

lpn_21_24b2

Daya penghancur dari ilmu Tok liong ci jiau ini benar-benar luar biasa hebatnya.
Dimana desingan angin tajam menyambar lewat, jerit kesakitan segera berkumandang memecahkan keheningan
Kakek baju abu-abu yang menjaga diposisi Pia hwee itu seperti memperoleh suatu pukulan berat yang dahsyat sekali, mendadak tubuhnya mencelat keudara dan terbanting sejauh dua kaki lebih dari posisi semula.
hawa napsu membunuh telah berkobar dalam tubuh Gak Lam-kun. Begitu berhasil dengan serangannya, tidak menunggu barisan lawan melakukan perubahan lagi untuk kedua kalinya dia menghimpun tenaga dan menyerang lagi dengan ilmu Tok liong ci jiau.
Segulung angin desingan tajam yang luar biasa langsung menyerang keposisi Ih boh.
Dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan. Kembali ada seorang kakek barbaju abu-abu yang terhajar sampai terpental jauh dari tempat semula.
Hebat sekali akibat dari serangan Gak Lam-kun dengan ilmu sakti Tok liong ci jiau ini. Dalam waktu singkat dia mengenyahkan dua dari lima orang jago pedang itu bukan saja seluruh barisan Tay-khek ngo heng kiam tin itu terhambat gerak-geriknya bahkah boleh dibilang sudah tidak berwujud sebagai barisan lagi.
Menyaksikan dua orang anggota perguruannya mengalami nasib buruk, dan barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang ditekuni dan dibina selama delapan belas tahun ternyata mengalami kemusnahan dan berantakan, tak terlukiskan rasa sedih dan kesal dalam hati Yan Lo-sat Hong Im.
Tiba tiba ia berpekik dengan suara yang amat nyaring.
Dalam gelisah dan gusarnya, dia lupa akan kelihayan orang. Sambil mendesak maju pedangnya langsung diputar melancarkan serangkaian serangan secara gencar.
Gak Lam-kun tertawa dingin, dia putar pedang dan menangkis datangnya ancaman tersebut.
Sementara tiga orang kakek berbaju abu-abu lainnya sedang dibikin gusar lantaran rekan mereka dipecundangi, sambil membentak keras, mereka maju bersama sambil melepaskan serangkaian serangan yang amat dahsyat.
Serangan gabungan dari beberapa orang jago Tay khek bun ini sungguh luar biasa hebatnya, apalagi dengan tenaga dalam mereka yang terhitung tidak lemah.
Cuma, kalau tadi mereka mengandalkan kelihayan dan barisan Tay khek ngo heng kiam tin untuk mengepung musuhnya dalam barisan maka sekarang mereka bertarung dengan mengandalkan kepandaian silat yang sesungguhnya.
Dalam waktu singkat, bunga-bunga pedang beterbangan memenuhi angkasa. Cahaya padang saling menyambar menyilaukan mata, keadaannya mengerikan sekali.
Gak Lam-kun segera berkata dengan dingin katanya. “Hong Im, kau mencari mampus buat dirimu sendiri, jangan salahkan kalau aku Gak Lam-kun akan bertindak keji kepadamu”
Padang pendeknya masih dimainkan dengan tangan kiri, sedangkan tenaga dalamnya disalurkan kedalam telapak tangan kanan untuk mempergunakan ilmu sakti Tok liong ci jiau.
Tiba tiba ia membentak keras dan melepaskan sebuah serangan dahsyat kearah seorang kakek kurus yang ada disebelah kiri.
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun pada saat ini telah peroleh kemajuan yang pesat sekali. Tenaga serangan yang disertakan dalam pukulan ini betul-betul ibaratnya bukit karang yang ambrol.
Sekalipun kakek kurus itu terhitung salah seorang jago tangguh dari perguruan Tay Khek bun, darimana mungkin ia mampu menyambut serangan dari Gak Lam-kun ini.
Terdengar dengusan tertahan berkamandang memecahkan keheningan. Kakek kurus itu berikut pedangnya sudah terpental sejauh tujuh delapan depa dari tempat semula.
Dikala ia menggetarkan tubuh si kakek itu dengan ilmu sakti Tok liong ci jiau itu, berbareng pada saat yang sama jurus pedang yang dipakai untuk menyergap Hong Im itu tiba tiba berubah menjadi jurus Ciong eng hui jiau (cakar sakti burung elang).
Pedang pendek Giok sang kiam dengan membawa serentetan suara desingan tajam langsung menyongsong datangbya pedang si kakek cebol yang berada dihadapannya.
“Traaang……!”
Benturan nyaring yang disertai percikan bunga api terjadi ditengah udara. Si kakek cebol segera merasakan telapak tangannya menjadi pecah dan sakit sekali. Tahu-tahu pedangnya terlepas dari genggaman, dengan membawa serentetan cahaya perak langsung meluncur ke udara dan mencelat sejauh tujuh delapan kaki dari tempat itu.
Diantara pergantian napas, Gak Lam-kun sekali lagi melancarkan sebuah tusukan untuk membendung jurus serangan dari Yan Lo-sat. Bersamaan waktunya telapak tangan kiri itu melepaskan juga sebuah pukulan dahsyat yang langsung menghajar si kakek yang lain.
Agaknya kakek berbaju abu-abu itu sudah tahu kalau tenaga pukulan dari Gak Lam-kun lihay sekali. Ia tak berani menyambut dengan kekerasan, sambil bertekuk pinggang dan menggeserkan badan, dia berkelit tiga langkah ke samping untuk meloloskan diri dari serangan tersebut.
Dalam waktu singkat, Gak Lam-kun berhasil merobohkan dua orang, mendesak mundur seorang dan membuat seorang lagi kehilangan senjatanya. Menyaksikan kesemuanya itu, sadarlah Yan Lo-sat Hong Im bahwa nama baik perguruan Tay khek bun bakal musnah akibat dari hasil pertarungan hari ini.
Rasa sedih yang amat sangat membuat parah panas dalam dadanya bergolak keras. Wajahnya berubah menjadi pucat kehijau-hijauhan. Dengan termangu-mangu dia berdiri ditempat tanpa berkutik barang sedikitpun juga. Tanpa disadari beberapa titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Kemudian ditatapnya wajah Gak Lam-kun lekat-lekat dengan sorot mata penuh rasa benci dan dendam.
Ini menunjukkan kalau Yan Lo-sat telah dibuat sedih sekali sehingga untuk sesaat lamanya tak tahu apa yang musti dilakukan olehnya.
Sesungguhnya telapak tangan kanan Gak Lam-kun sudah diangkat ke tengah udara dan siap dihantamkan ke atas tubuhnya. Akan tetapi setelah menyaksikan penderitaan yang diperlihatkan pada wajahnya, pelan-pelan telapak tangan itu diturunkan kembali.
Mendadak Yan Lo-sat Hong Im mendonggakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
Tiba-tiba ia membuang pedangnya ke atas tanah, lalu membalikkan badan dan menjatuhkan diri berlutut dihadapan gadis berbaju perak itu, mohonnya dengan setengah merengek, “Susiok mohon pengampunan dari kau orang tua atas dosa dan kesalahan yang telah aku lakukan barusan”
“Hee… hee… hee… kau tak usah mengaco belo tak karuan” kata sinona berbaju perak itu sambil tertawa dingin, “Apa-apaan kamu ini? Sudah begitu tua, masih juga berlutut dihadapan orang. Apa kau anggap perbuatanmu itu bagus?”
Yan Lo-sat Hong Im masih belum bangkit juga, malah rengeknya lebih jauh, “Susiok kalau kau orang tua tidak bersedia pulang ke perguruan Tay khek bun, tecu akan berlutut terus disini”
Mendengar ucapan tersebut, si nona berbaju perak itu segera mengernyitkan alis matanya, lalu tertawa dingin. “Hmm, kenapa sih kau begitu tak tahu diri?. Berulang kali toh sudah kuterangkan bahwa aku bukan Hong ih kim cha Gui Bok eng, kenapa kau masih saja tidak percaya? Baik! Kalau kau ingin berlutut, silahkan berlutut terus sampai tua ditempat ini”
ooOOOoo
SEUSAI berkata gadis itu lantas tersenyum seraya berpaling ke arah Gak Lam-kun, katanya, “Engkoh Gak, mari kita berangkat!”
Gak Lam-kun mengiakan, pelan-pelan dia berjalan kehadapan Ji Cin peng, setelah menghela napas panjang, katanya, “Nona Bwe, berulang kali cayhe mendapat bantuanmu. Budi kebaikan tersebut akan ku ingat terus didalam hati kecilku. Hingga kini ada suatu persoalan yang masih membingungkan hatiku ingin sekali kumohon petunjuk dari nona Bwe, bersediakah kau memberi petunjuk kepada diriku ini?”
Mendengar ucapan itu, Ji Cin-peng tertawa paksa, katanya kemudian setelah termenung sejenak, “Entah persoalan apa yang membingungkan hati Gak siangkong? Aku bersedia membantumu untuk menghilangkan kerisauan tersebut apabila tenagaku mampu untuk melakukannya”
Gak Lam-kun segera manggut-manggut. “Baiklah!” dia berkata, “Pada malam bulan purnama nanti, akan kunantikan kedatangan nona Bwe dalam bangunan mungil di gedung sebelah barat daya”
Ji Cin-peng tersenyum. “Menjelang kentongan pertama bulan purnama, aku pasti akan menunggu kedatanganmu disana, pergilah!”
Kiranya pada waktu itu si nona baju perak dengan penuh raia cemburu dan jengkel telah melengos ke arah lain dan berlalu seorang diri dari situ.
Gak Lam-kun menyerahkan kembali pedang pendek itu ke tangan Ji Cin peng, katanya lagi, “Semoga kau suka menjaga pula adik Liong ku itu!”
Selesai berkata, dia baru membalikkan badan dan menyusul gadis berbaju perak itu.
Menyaksikan kekasihnya pergi bersama seorang gadis yang lain, Ji Cin-peng tak dapat melukiskan bagaimana perasaannya saat ini. Titik-titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya.
Dia tahu Gak Lim kun masih amat mencintainya. Dia yakin didasar hati kecil Gak Lam-kun sudah tertera nyata bayangan tubuhnya dan bayangan tersebut tak akan lenyap untuk selamanya. “Jika dia tahu kalau aku adalah Ji Cin-peng rasa cintanya kepadaku pasti akan jauh lebih dalam daripada rasa cintanya kepada gadis berbaju perak itu. Tapi, aku… bagaimana mungkin aku bisa munculkan diri dengan wajah asliku… Dendam berdarah dari orang tuaku belum dituntut balas…..”
Antara dendam kesumat dan cinta ia merasa tak sanggup untuk memilih salah satu diantaranya….
Hanya penderitaan dan tekanan batin yang selalu menghantui lubuk hatinya.
Titik titik air mata jatuh bercucuran membasahi di pipinya.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa, pelan-pelan Han Hu hoa menghampirinya dan berbisik dengan suara lirih. “Buncu, aaaai…”
Padahal dia sendiripun tak tahu harus menggunakan kata-kata apa untuk menghibur hatinya.
“Enci Bwe” Ji Kiu-liong segera berseru dengan suara lirih, “kau tak usah berduka. Gak toako tak akan mencintai perempuan macam gadis berbaju perak itu. Kalau dia sampai kesemsem kepada perempuan itu, aku pasti tak akan membiarkan Gak toako terbuai terus menerus…..”
Mendengar perkataan itu merah padam selembar wajah Ji Cin-peng lantaran jengah, dengan gusar serunya, “Adik Liong kau jangan sembarangan berbicara, aku bukan…. aku bukan…..”
Ketika menatap wajah anak muda itu tiba-tiba gadis tersebut menghela napas sedih, katanya lagi. “Adik Liong, Gak toako adalah seorang yang baik sekali, lain kali kau harus mendengarkan perkataannya”
Sementara itu sepasang mata Ji Kiu-liong sedang menatap wajahnya tanpa berkedip. Sepatah katapun ia tidak berbicara, seakan-akan ada sesuatu yang menyentuh perasaannya, dia merasa gadis ini terlalu mirip dengan orang itu.
Tiba-tiba beberapa titik air mata jatuh berlinang membasahi wajah Ji Kiu liong, bisiknya, “Enci Bwe, kau terlalu mirip dengan dia!”
Mendengar perkataan itu, Ji Cin-peng merasakan hatinya bergetar keras, dengan cepat dia berusaha untuk mengendalikan perasaannya. Dengan lemah lembut dia berjalan menghampirinya, lalu membelai rambut Ji Kiu-liong dengan penuh kasih sayang. “Adik Liong, kau mengatakan aku mirip siapa?” tanyanya dengan suara lirih.
Sambil menahan isak tangisnya, jawab Ji Kiu liong. “Kau terlalu mirip dengan enciku. Pada hakekatnya kau menyerupai enciku yang hidup kembali, baik dalam potongan badan, logat berbicara, watak serta gerak gerik”
Merdengar perkataannya itu, Ji Cin-peng merasa hatinya sangat sedih, tanpa terasa gumamnya seorang diri, “Adik Liong.. wahai adik Liong, akulah enci kandungmu, kau maafkanlah aku. Aku tak bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang kakak yang baik untuk membesarkan dirimu akupun malu terhadap ayah dan ibu di alam baka. “Tapi… tapi… masih ada seorang bocah lagi yang jauh lebih mengenaskan keadaannya daripadamu. Dia bakal hidup sebatang kara tanpa ayah dan ibu. Bocah itu tak lain adalah….”
Ji Kiu-liong yang menyaksikan perempuan itu bergumam seperti orang mengigau, berusaha untuk memperhatikan kata-katanya, tapi lantaran suara ucapannya terlalu rendah maka dia hanya sempat mendengar sedikit saja.
Maka dengan perasaan heran dan tidak habis mengerti, diapun bertanya, “Siapakah bocah itu?”
Mendengar pertanyaan itu, dengan terkejut Ji Cin-peng buru-buru menutup mulut dan mengalihkan sorot matanya kewajah Ji Kiu-liong, dalam hati kecilnya tak terlukiskan rasa sedih yang timbul dengan segera, tak tahu apakah dia harus berterus terang kepada adiknya atau tidak….
Akhirnya sambil menghela napas panjang, Ji Cin-peng berkata, “Adik Liong, bocah itu adalah anakku!”
Mendengar perkataan itu dengan terkejut Ji Kiu-liong segera bertanya, “Kau sudah… pernah kawin?”
Sewaktu mengucapkan perkataan itu, wajahnya menunjukkan perasaan kecewa yang amat tebal.
Tentu saja Ji Cin-peng dapat menangkap perubahan mimik wajahnya itu, ia segera menganggguk, “Yaa, aku sudah mempunyai suami?” jawabnya.
Dengan sedih dan kecewa Ji Kiu-liong menghela napas panjang, gumamnya kemudian, “Aaai… Kalau begitu kau dengan engkoh Gak tak mungkin bisa…. tak mungkin bisa….”
Dengan hati sedih Ji Cin-peng mengangguk. “Adik Liong aku mempunyai banyak persoalan yang hendak dibicarakan denganmu”
“Kau mempunyai kesulitan apa katakan secara terus terang. aku pasti akan berusaha untuk membantumu menyelesaikan persoalan-persoalan itu…”
Ketika mengucapkan kata-kata itu, dia menunjukkan sikap seperti orang yang sudah tahu urusan, seperti pemuda yang sudah meningkat kedewasaannya.
Melihat itu Ji Cin-peng merasa agak lega. Ia merasa selama dua tahun belakangan ini adik liongnya sudah jauh lebih dewasa.
Pelan-pelan Ji Cin-peng membalikkan badannya dan berjalan menuju ke arah barat.
Ji Kiu-liong dengan perasaan penuh tanda tanya, mengikuti terus dibelakangnya.
Ketika tiba di bawah sebatang pohon siong, Ji Cin-peng berhenti seraya berpaling, panggilnya dengan lembut, “Adik Liong…”
Ji Kiu-liong merasa panggilan ‘adik Liong’ tersebut begitu dikenal olehnya, membuat pemuda itu hampir saja tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
Mungkinkah didunia ini masih terdapat orang lain yang bisa memiliki suara maupun wajah yang begitu mirip dengan encinya?
“Atau mungkin dia adalah enciku Ji Cin peng?. Tidak… tidak… hal ini tak mungkin? Jika dia adalah enci ku, mengapa dia bisa tak kenal dengan toako Gak? Aku rasa enci tak bisa hidup tanpa engkoh Gak”
“Adik Liong!” ujar Ji Cin-peng lagi dengan suara yang amat pedih, ”tahukah kau bahwa da-lam hati kecilku tersimpan suatu kejadian amat sedih yang pernah kualami dimasa lampau?”
Ji Kiu-liong manggut-manggut, “Aku tahu!”
Tiba tiba Ji Cin-peng bertanya lagi. “Aku ingin bertanya kepadamu, bila kau mempunyai dendam sakit hati. apakah kau bertekad untuk membalasnya?”
Sambil melototkan sepasang matanya bulat-bulat, Ji Kiu-liong segera menjawab, “Tentu saja harus dibalas, kalau ada dendam kesumat, mengapa kita tidak menuntutnya?”
Ucapan terserut sangat menggetarkan perasaan Ji Cin peng, segera pikirnya dihati, “Harus dibalas! Harus dibalas! Tentu saja harus dibalas! tentu saja harus dibalas!”
Setelah berhenti sejenak Ji Cin-peng menghela nafas sedih, kembali ia berkata, “Adik Liong, aku memiliki suatu dendam kesumat keluarga yang lebih dalam dari samudra, namun dendam sakit hati itu justru tak bisa kutuntut balas”.
“Kenapa?” tanya Ji Kiu-liong keheranan, “apakah ilmu silatmu tak sanggup untuk menandinginya?”
“Benar ilmu silatku sungat jauh ketinggalan kalau dibandingkan dengan kepandaiannya” Ji Cin-peng berkata.
Mendengar itu Ji Kiu-liong menjadi amat terkejut bercampur tercengang serunya, “Ilmu silat yang enci miliki sekarang boleh dibilang tiada bandingannya didunia ini. Siapa yang mampu mengalahkan dirimu dalam dunia persilatan sekarang? Aku Tidak percaya dengan perkataaanmu itu, siapakah sih musuh besar enci itu?”
Ji Cin-peng tidak menjawab pertanyaannya tapi berkata kembali lebih jauh, “Bila menggunakan ilmu silat sudah barang tentu aku tak dapat menangkan dia. Tapi jika aku ingin membalas dendam, ia pasti akan membiarkan diriku melaksanakan keinginanku itu…..”
Semakin mendengar Ji Kui liong merasa semakin keheranan. Dia tahu dendam kusumat yang terjalin diantara mereka pasti suatu jalinan hubungan yang sangat pelik.
Ji Cin-peng kembali menghela nafas panjang, katanya lagi. “Tapi selama ini aku tak berani mencarinya untuk membalas dendam, karena dia adalah kekasihku sendiri. Aku dengan dia sudah menjalin hubungan cinta yang amat mendalam, bahkan telah menmbuahkan hasil ketu-runan. Jika kubalas dendam sakit hati ini, maka anakku yang patut dikasihani itu akan kehilangan ayah dan ibunya bersama. Dia akan hidup sebatang kara sepanjang masa. Ooooh…. Betapa mengenaskan nasibnya itu”
“Enci Bwe, seandainya kau bunuh kekasihmu itu, apakah kau sendiri juga enggan untuk hidup lagi didunia ini?” tiba-tiba Ji Kiu-liong bertanya dengan suara lembut.
Ji Cin-peng menggelengkan kepalanya berulang kali, “Adik Liong!” katanya “jika ada seorang perempuan telah membunuh sendiri suaminya, apakah dia mungkin akan hidup seorang diri di dunia ini?”
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, “Itulah…. itulah sebabnya…. antara cinta dan dendam… aku…. aku sendiripun tak tahu harus memilih yang mana. Adik Liong hari ini aku telah mengungkapkan semua rahasia hatiku kepadamu, tujuanku tak lain adalah ingin mohon bantuanmu untuk menyelesaikan kesulitan yang sedang kuhadapi ini”
Setelah mendengar kisah dendam dan cinta yang serba pelik ini. Ji Kiu-liong sendiripun merasa sedih bercampur serba salah, setelah termenung sebentar dia lantas bertanya. “Apakah suamimu mengetahui akan persoalan ini?”.
“Tidak tahu, lagi pula dia telah menganggap aku sudah mati”
Ji Kiu-liong menghela napas panjang, “Kalau memang begitu, kau tak usah membalas lagi dendam sakit hati itu. Lenyapkan saja semua kenangan lama yang serba pahit dan getir itu dari dalam benakmu sehingga kalian suami istri dan anak bisa berkumpul dengan rukun kembali serta selamanya melewatkan penghidupan yang senang, gembira dan bahagia”
“Adik Liong, seandainya kau adalah sipemegang peranan didalam peristiwa semacam itu, apakah kaupun akan berbuat demikian?”
“Yaa, kalau tidak apakah masih ada cara lain yang lebih baik iagi? Andaikata kita memilih jalan untuk menuntut balas, sekalipun dendam tersebut dapat dituntut balas, namun akibatnya malah justru jauh lebih mengenaskan”
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, “Tak bisa disangkal lagi bahwa kau tidak tega untuk membunuh suamimu, itu berarti bibit atau benih dendamnya dalam hatimu sesungguhnya telah terhapus sama sekali. Kuanjurkan kepadamu lebih baik lupakan saja tragedi yang mengerikan itu!”
Setelah mendengar ucapan dari Ji Kiu-liong ini, bagaikan genta kuil di pagi hari, Ji Cin-peng segera tersadar kembali dalam lelapan impian yang buruk dan sudah mencekam hatinya selama banyak tahun.
Perasaan hatinya sekarang adalah begitu terharu begitu gembira sehingga hampir saja melupakan keadaan. “Oooh adik Liong!” pekiknya dengan gembira “Aku… aku… amat menyukai dirimu”
Dipeluknya kepala Ji Kiu-liong erat erat, sementara air matanya tak bisa ditahan lagi jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Dia Ingin menangis, dia ingin menggunakan tangisannya untuk memperlihatkan luapan rasa gembira yang sedang berkecamuk dalam hatinya.
Agaknya Ji Kiu-liong merasa agak terkejut dengan sikap perempuan itu, serunya dengan nada kaget, “Kau…. Kau…. Enci Bwe…”
“Oooh….” Ji Cin-peng mengeluh pedih, “adik Liong, aku adalah… enci Peng… Aku adalah enci Peng….”
“Apa?” Ji Kiu-liong amat terkejut dan segera meronta untuk melepaskan diri dari rangkulan Ji Cin peng, kemudian dengan terkejut serunya, “Kau… Kau… kau benar-benar adalah enci Peng? Enci Peng yang telah meninggal?”
Ji Cin-peng manggut manggut, “Benar, adik Liong! Aku … aku belum mati”
Paras muka Ji Kiu-liong segera berubah, hebat, serunya, “Kalau begitu….. engkoh Gak adalah….”
Ji Cin-peng segera tertawa getir. “Adik Liong, kita tak usah menyinggung kembali peristiwa yang penuh kesedihan itu” bisiknya.
‘“Oooh….. cici, kau betul-betul sangat mulia!”
“Adik Liong…..”
Ji Kiu-liong yang polos tak dapat menguasai diri lagi. Ia menubruk kedalam rangkulan Ji Cin-peng dan menangis tersedu-sedu karena kegirangan, lalu serunya tersendat sendat. “Enci Peng, dimanakah keponakanku itu? Aku terlalu gembira….”
“Dia berada di Lam-hay, ditempat guruku”
“Enci Peng, hayo kita susul Gak toako, biar aku yang akan menuturkan hal ini kepadanya!”
Tapi sebelum mereka sempat beranjak pergi, tiba tiba dari arah belakang berkumandang suara tertawa seram yang amat mengerikan. “Hee… hee… hee… jangan harap kalian bisa pergi menjumpai orang she Gak itu lagi”
Dengan cepat Ji Cin-peng dan Ji Kiu-liong membalikkan tubuhnya. Empat buah mata yang bersinar tajam segera menyapu sekeliling tempat itu.
Lebih kurang tujuh delapan kaki dihadapannya sana berdiri seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang mengenakan baju berwarna putih, orang itu tak lain adalah Mao Tam dari Tiang pek-san.
Dibelakangnya mengikuti tiga orang kakek berbentuk aneh sekali. Waktu itu ketua Thian san pay, Bu-seng sianseng Tang Bu kong sedang bercakap-cakap dengan tiga orang kakek itu.
Sementara itu dalam arena tinggal jago jago dari perguruan panah bercinta, sedang See ih sam seng dan orang orang Tay khek bun entah sudah kemana perginya.
Jit poh-toan-hun Kwik To yang menyaksikan kemunculan Mao Tam sekalian, segera merasakan bahwa suatu pertarungan berdarah segera akan berlangsung, tanpa terasa mereka maju bersama melakukan pengepungan.
Delapan belas orang pemanah dari perguruan panah bercinta segera mempersiapkan gendewa masing masing dan mengerahkan arah panahnya ke arah Mao Tam sekalian di tengah kepungan.
Tiga orang kakek aneh yang bertubuh tinggi, pendek serta gemuk itu sama sekali tidak menggerakkan biji matanya untuk memandang sekitar arena, jelas kepandaian mereka sangat lihay sehingga kepungan tersebut sama sekali tidak menggetarkan hati mereka bertiga.
Sesungguhnya ketiga orang kakek aneh itu adalah jago jago yang amat termashur namanya dalam dunia persilatan. Orang menyebut mereka sebagai Tiang pek sam hi (tiga ekor beruang dari Tiang pek san).
Si kakek aneh bertubuh jangkung seperti bambu dengan mata yang sebesar gundu serta sekujur badannya penuh dengan bulu putih itu adalah pemimpin dari tiga beruang, Ngo kok bim cun (Malaikat beruang dari lima lembah) Leng Han tang. Disebelah kirinya yang bertubuh pendek lagi ceking dan berambut emas macam monyet itu bernama Has thian bu im kim si him (beruang bulu emas yang terbang tanpa bayangan) Hoo Ki Seng. Sedangkan si kakek yang gemuk bagaikan dewa Mi lek bud tapi sedikit berbeda karena tak pernah tersenyum ini bukan lain adalah beruang yang terganas di antara kadua orang rekan lainnya. Dia bernama Im yang bim (si beruang banci) Pit Gi.
Begitu berjumpa dengan ketiga orang kakek aneh itu, Ji Cin-peng segera tahu kalau si pendatang itu bukan lain adalah Tiang Pek sam him (tiga beruang dari Tiang Pek san) tapi dasar perempuan ini memang bernyali apalagi ilmu silatnya memang lihay, ia sama sekail tidak merasa gentar untuk berhadapan dengan mereka.
Tiba tiba Im yang him Pit Gi mengalihkan sinar matanya ke tubuh Ji Cin-peng kemudian sekulum senyuman cabul tersungging diujung bibirnya.
Ji Cin-peng yang dipandang secara begitu tengik menjadi naik pitam, ia segera mendengus berulang kali.
Ji Kiu-liong tak tahan melihat ketengikan orang, kontan saja ia mencaci maki kalang kabut, “Tiga orang itu tujuh bagian mirip setan, tiga bagian mirip manusia, entah siluman siluman darimana?”
Mao Tam yang mendengar Ji Kiu-liong memaki suhu dan susioknya menjadi naik darah pula bentaknya, “Setan cilik rupanya kau sudah bosan hidup!”
Sambil membentak dia menerjang maju kedepan.
Ji Kiu-liong tertawa dingin, ia tak mau memperlihatkan kelemahannya, segera anak muda inipun bersiap-siap untuk menyongsong kedatangannya.
Tiba tiba Ji Cin-peng menarik tangannya sembari berbisik, “Adik liong, jangan gegabah, ilmu silat yang dimiliki orang ini aneh sekali”
Mao Tam sudah pernah merasakan kerugian ditangan Ji Cin peng. Ketika dilihatnya Ji Cin-peng berdiri disampingnya, ia tak berani menerjang ke muka lebih jauh, hanya ditatapnya wajah pemuda Itu dengan penuh kegusaran.
Jit poh-toan hun Kwik To segera tertawa terbahak bahak, sambil melangkah ke depan, serunya, “Saudara, apakah kau ingin berkelahi?”
Sementara pembicaraan masih berlangsung, diam-diam Jit poh toan-hun Kwik To telah menghimpun tenaga dalamnya, tiba tiba sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke depan.
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke muka dan menghajar telak diatas lambung Mao Tam.
“Blaaaam……!”
Terjadi benturan yang amat keras sekali. Mao Tam menjerit kesakitan sekujur badannya terasa sakit seperti dililit pisau tak ampun ia terpental ke belakang dan muntah darah segar.
Sergapan yang dilancarkan Kwik To ini sama sekali diluar dugaan Tiang pek sam him, agaknya mereka tidak menyangka kalau ada orang berani menghajar muridnya dihadapan mereka.
Hui thian bu im Kim si him segera berkelebat kedepan dan tahu-tahu sudah berdiri disamping Mao Tam.
Demontrasi ilmu meringankan tubuh yang dilakukan oleh si beruang berbulu emas yang terbang tanpa bayangan ini segera mengejutkan semua jago dari perguruan panah bercinta. Sepasang alis Ji Cin-peng juga ikut berkerut kencang. Ia lalu menyadari bahwa mereka telah berhadapan dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpainya sebelum ini.
Setelah mengalami sergapan sehingga mengakibatkan luka dalam isi perutnya tadi, sifat buas Mao Tam segera berkobar kembali. Sambil menjerit aneh tiba-tiba ia melejit ke udara lalu menerjang kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Tapi dengusan tertahan tiba-tiba berkumandang tahu-tahu Mao Tam sudah roboh kembali dari tengah udara.
Sambil tertawa dingin Jit poh toan hun Kwik To segera berkata, “Kau sudah terhajar oleh ilmu pukulan Jian-si-tok-ciang yang amat beracun. Bila tidak berusaha mencegah menjalarnya racun didalam tubuhmu luka itu segera akan bekerja dan mengakibatkan keadaan yang lebih fatal.
Tiang pek sam bin tidak percaya dengan ancaman itu, sekalipun Mao Tam sendiri juga tidak tahu kalau ia sudah kena di pecundangi orang, baru saja dia bersiap-siap turun tangan lagi…..
Bu Seng sian-seng Tong Bu kong pelan-pelan tampil kedepan kemudian katanya, “Saudara Mao memang benar benar sudah dipecundangi orang cepat mundur kemari. Untung saja suhumu hadir disini. Ilmu pukulan beracun semacam itu mah masih belum cukup untuk melukai orang”
Walaupun Mao Tam adalah seorang kasar yang tak pakai, otak namun ia tak berani bergurau dengan nyawa sendiri, buru-buru dia menghimpun tenaganya siap disalurkan ke dalam badan.
“Jangan menyalurkan tenaga dalam!” tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram urat nadinya.
Mao Tam berpaling, ketika dilihatnya orang itu adalah Hui thian bit im kim si him, tanpa terasa bisiknya: ”Susiok aku sudah keracunan…”
“Cepat salurkan hawa murninya secara terbalik untuk menyerang jalan darah Hian kwan!” jerit Hui thian bit im Kim si him dengan suara tinggi melengking.
Sementara itu Ngo kok bim cun Leng Han-tang serta Im yang bim Pit Gi entah menggunakan gerakan apa, tahu-tahu sudah menghampiri Jit poh toan hun Kwik To dan berhenti kurang lebih empat kaki dihadapannya.
Ketua Thian san pay Bu seng sian-seng Tang Bu kong segera mengelas jenggotnya sambil tertawa dingin, katanya, “Delapan belas tahun berselang, dengan sekujur tubuh penuh dengan bisa Kwik heng menjagoi dunia persilatan. Tak seorang manusiapun yang tidak memberi muka kepadamu. Setelah bersembunyi selama delapan belas tahun sambil mendalami pelbagai ilmu beracun, tentunya kepandaianmu saat ini setingkat lebih hebat. Sudah lama siaute mengagumi namamu. Sungguh beruntung hari ini mendapat kesempatan sebaik ini untuk bertemu muka. Mumpung lagi ketemu, aku ingin mohon beberapa petunjuk darimu”
Jit poh toan hun Kwik To Cukup mengetahui akan kelihayan Tong Bu kong dalam ilmu pedang lagi pula sudah memiliki Sian thian kang khi yang berat, dia bersikap sangat berhati hati. “Mana, mana” katanya sambil tersenyum “kalau memang kau berniat demikian dengan pertaruhkan nyawa, aku orang she Kwik bersedia untuk mengiringi keinginanmu itu”
Tong Bu kong segera meloloskan pedangnya, lalu berkata, “Saudara Kwik silahkan meloloskan senjatamu”
”Biar aku orang she Kwik melayanimu dengan tangan kosong saja”
Tong Bu kong segera tertawa dingin, “Pedang itu tak bermata kau tidak kuatir kalau sampai terluka?” ejeknya.
“Walaupun lohu tidak menggunakan senjata tapi dalam menghadapi serangan musuh aku seringkali akan melayani juga memakai benda-benda beracun yang mematikan. Mungkin juga benda itu jauh lebih menakutkan dari pada senjata. Aku harap Tong-heng suka berhati hati didalam hal ini”
“Jikalau suatu pertarungan sudah terjadi, berarti posisi kita ibaratnya api dan air. Jika saudara Kwik memiliki ilmu beracun yang lain, silahkan saja untuk digunakan semua”
Jit poh toan hun Kwik To segera tertawa berbahak-bahak, “Haa… haa… haa… perkataan saudara Tong memang tepat sekali, sungguh membuat aku merasa kagum sekali. Harap Tong heng melancarkan serangan lebih dahulu!”
“Jika saudara Kwik memang berniat mengalah, baiklah. Daripada menolak lebih baik kuturuti saja keinginanmu itu”
Pedangnya didorong ke muka dan segera melancarkan sebuah bacokan ketubuh Kwik To.
Serangan yang dilancarkan jago kenamaan memang selalu hebat dan indah. Semua serangan pedang yang dilancarkan Tong Bu kong selalu mirip bacokan atau totokan membuat orarg sulit untuk menduga semua perubahan dalam permainan pedangnya.
Jit poh toan hun Kwik To segera terdesak sehingga harus mundur tiga langkah ke belakang
Diam diam terkesiap juga hatinya menghadapi kelihayan lawan. Sekalipun serangan dari Tang Bu kong itu tampaknya sederhana tanpa sesuatu yang aneh, sesungguhnya inilah suatu jurus pedang yang luar biasa lihaynya dengan kombinasi yang mengagumkan.
Justru dalam ilmu pedang jenis ini keistimewaannya terletak dalam kesederhanaannya, membuat siapapun akan merasa bahwa jurus tersebut merupakan suatu serangan tipuan, tapi justru tidak mudah untuk mengetahui perubahannya.
Begitu berhasil mendesak mundur Jit poh toan hun Kwik To dengan serangan kilatnya tiba tiba ketua dari Thian san pay ini, Bu Seng sian-seng Tong Bu kong maju selangkah ke depan. Pedangnya diputar secepat angin dan mengembangkan suatu serangan kilat.
Dalam waktu singkat bayangan pedang memenuhi angkasa. Deruan angin bercampur guntur menderu-deru amit memekakkan telinga.
Thian san kiam hoat yang digunakan Tong Bu kong ini sungguh luar biasa sekali kekuatannya. Sekali salah perhitungkan polisi Jit poh-toan hun Kwik To segera terjepit dibawah angin.
Dihawah serangkaian serangan kilat dari Tong Bu kong yang berbasil merebut posisi di atas angin itu, dia dipaksa hingga tak sanggup untuk melancarkan serangan balasan.
Walaupun ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menangkis dan berkelit, namun selalu gagal untuk meloloskan diri dari kurungan cahaya pedang lawan.
Sangkoan Im yang menyaksikan kejadian itu segera berbisik kepada Ji Cin peng, “Ilmu pedang Thian san kiam hoat dari Tong Bu kong amat ganas, jahat dan lihay. Aku kuatir kalau saudara Kwik tak sanggup untuk memperbaiki kembali posisinya”
“Tenaga dalam yang dimiliki Kwik To sangat lihay, aku pikir tak usah terlalu mencemaskan keselamatannya”
Sementara mereka berdua sedang berbicara situasi dalam tengah arena kembali telah terjadi perubahan besar.
Secara beruntun Tong Bu kong telah melancarkan tiga buah serangan berantai dengan jurus yang tangguh. Cahaya pedang yang selalu melayang amat rapat itu tiba-tiba terjadi gelombang amat besar, kemudian menciptakan selapis bayangan pedang yang segera mengurung seluruh badan Jit pon toan hun.
Sesudah didesak dan diteter terus oleh permainan pedang lawan yang gencar dan beruntun, lama kelamaan dari malunya Jit-poh toan hun Kwik To menjadi naik pitam. Hawa murninya dikipatkan ke belakang, kemudian melepaskan sebuah tenaga lembut yang memaksa pedang Tong Bu kong tergeser ke ramping
Menggunakan kesempatan itu, cepat-cepat telapak tangan kanannya diayunkan ke depan menghantam dada lawan,
Perubahan ini sama sekati diluar dugaan siapapun, sebab dalam suatu pertarungan yang seimbang, bukan suatu perbuatan yang gampang untuk menggeserkan senjata lawan dengan mengandalkan tenaga dalam.
Karena itu, dalam terkejutnya tahu-tahu pedang Tong Bu kong sudah kena digeser sejauh beberapa inci.
Pada saat itulah, tenaga pukulan yang di lancarkan Kwik To dengan disertai suara gemuruh yang keras telah manerjang tiba dengan kecepatan luar biasa.
Tong Bu kong kuatir di balik serangan yang dilancarkan Kwik To itu mengandung racun jahat, buru buru dia menghimpun tenaga khi kang nya untuk melindungi badan, terutama jalan darah kematian disekitar dada
Setelah itu, menggunakan kesempatan tadi, pedangnya diputar kesamping berbalik membacok iga kiri Kwik To.
Belum lagi ujung pedangnya menyentuh di atas iga lawan, serangan yang dilancarkan Kwik To telah bersarang telak diatas dadanya.
Terdengar dua orang itu sama sama mendengus dingin kemudian mundur tiga langkah ke belakang.
Kiranya serangan yang barusan digunakan Kwik To itu adalah ilmu pukulan Kiam goan-cing yang disertai dengan segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Betul Tong Bu kong memiliki tenaga khikang pelindung badan namun dia toh tak tahan juga untuk membendung datangnya serangan yang dilancarkan secepat kilat itu.
Dadanya terasa bagaikan dihantam dengan martil berat, kontan hawa didalam dadanya bergolak keras. Kuda-kudanya tergempur dan tanpa terasa tubuhnya mundar beberapa langkah dengan sempoyongan.
Nyaris pukulan dari Kwik To ini membuyarkan seluruh hawa khikang pelindung badan yang dimilikinya.
Sekalipun begitu Kwik To sendiri juga kena digetarkan oleh tenaga khikang pelindung badan dari Tong Bu kong sehingga tangan kanannya menjadi kaku dan kesemutan seluruh tulang pergelangan tangannya terasa amat sakit bagaikan mau retak. Sambil mendengus dingin, dia ikut pula mundur dua langkah.
Setelah terjadi bentrokan secara kekerasan, dalam hati masing-masing pihakpun sudah mempunyai gambaran atas kekuatan lawan, diam-diam mereka mengagumi kekuatan masing-masing pihak.
Tapi apapun diantara mereka berdua tak mau menunjukkan kelemahannya dengan begitu saja, setelah mengatur pernapasan sebentar, sekali lagi mereka menerjang maju ke depan.
Tadi, KwiK To sudah merasakan pahit getirnya orang yang kehilangan posisi, sekarang kewaspadaannya dipertingkat, ia tak berani gegabah lagi menghadapi musuhnya yang tangguh itu.
Begitu turun tangan, dia lantas menggunakan ilmu pukulan Kiam goan ciang yang sudah dilatihnya selama puluhan tahun itu untuk menghadapi lawan.
Dalam waktu singkat bayangan telapak tangan yang melakukan gerakan seperti menotok, membacok, seperti juga membabat atau menusuk.
Sesungguhnya ilmu pukulan yang sangat aneh ini merupakan ilmu yang paling diandalkan olehnya sepanjang hidup. Bilamana keadaan tidak terlalu mendesak, dia enggan untuk melakukannya secara sembarangan.
Tong Bu kong masih tetap memberikan perlawanannya dengan memainkan ilmu pedang Thian san kiam hoat.
Rangkaian ilmu pedang ini sungguh luar biasa hebatnya, semakin digunakan semakin banyak gerakan aneh yang membuat orang keheranan dan tidak habis mengerti kearah mana tujuannya.
Tiga puluh gebrakan kemudian, angin serangan makin memekikkan telinga, daya kekuatan yang tergencar dari lingkaran pedang pun tiada hentinya mengembang semakin meluas, ternyata Kwik To kembali sudah dikurung oleb lapisan cahaya pedangnya itu.
Namun Kwik To sama sekali tidak menjadi gugup atau gelagapan oleh karena kekuatan hawa pedang lawan. Sepasang telapak tangannya masih menyapu dan menyambar tiada hentinya bagaikan dua bilah pedang tajam, semua serangannya ditujukan ke jalan darah kematian disekujur badan Tong Bu kong.
Perlu diketahui ilmu pukulan Kiam goan ciang miliknya ini bukan saja sukar diduga perubahannya, lagipula dari setiap serangan yang dilancarkan tentu tercipta bayangan tangan ibaratnya beribu-ribu batang pedang yang menyerang bersama bukan cuma membuat mata orang menjadi silau, pun membuat orang tak habis mengerti ke arah mana saja sasarannya tertuju.
Rupanya kedua belah pihak telah menggunakan segenap ilmu silat andalannya untuk bertarung. Hal mana membuat para jago yang mengikuti jalannya pertarungan itu harus menahan napas dengan perasaan tegang, suasana menjadi sepi dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Ditengah pertarungan yang sedang berlangsung sengit, tiba-tiba terdengar Jit poh toan hun Kwik To tertawa dingin…
Tangan kirinya diayunkan ke muka, puluhan buah titik cahaya biru yang amat lembut, tanpa menimbulkan sedikit suarapun mendadak meluncur ke tubuh Tong Bu kong.
Tempo dulu, Kwik To dengan mengandalkan senjata rahasianya yang lembut, kecil beracun ini, Hu hoat ciam (jarum rambut) pernah menjagoi dunia persilatan. Entah berapa banyak jago persilatan yang sudah tewas terkena jarum lembut bagaikan rambut yang sangat beracun mi.
Walaupun Tong Bu kong mempunyai hawa khikang pelindung badan, rupanya ia agak keder juga menghadapi senjata rahasia lembut yang sangat beracun ini. Ia kuatir kalau hawa khikang pelindung badannya itu tidak mampu untuk membendung kelembutan senjata rahasia lawan.
Sambil membentak keras, buru-buru ia mundur tiga langkah ke belakang. Dalam waktu yang amat singkat inilah dia telah menyalurkan segenap hawa murni yang dimilikinya ke dalam tubuh pedang, lalu menciptakan berkuntum-kuntum bunga pedang serta gelombang hawa pedang yang kuat untuk merontokkan puluhan batang jarum yang lembut itu. Kwik To segera tertawa dingin, jengeknya, “Sanggupkah kau untuk menahan ke dua ratus enam puluh batang jarum rambut yang kulepaskan?”
Seraya berkata, lengan kirinya diayunkan sebanyak tiga kali, tiga gelombang jarum beracun segara beruntun segera melancar ke tengah udara….
Dibawah cahaya matahari, tampak kilatan cahaya biru yang menggidikkan hati beterbangan di angkasa.
ooOOOoo
RUPANYA ilmu melepaskan senjata rahasia yang ia miliki benar-benar telah mencapai puncak kesempurnaan. Dalam tiga gelombang serangan jarum rambut yang dilancarkan itu, hampir beratus ratus batang senjata meluncur bersama, begitu rapatnya serangan tersebut hingga mirip dengan datangnya hujan gerimis. Sungguh membuat orang merasa susah untuk menghindarinya.
Retapa terkesiapnya Tong Bu kong ketika dilihatnya pihak lawan secara beruntun melancarkan tiga gelombang senjata rahasia, segera pikirnya dalam hati, “Entah masih ada betapa banyak senjata rahasia beracun yang dimilikinya? Jika serangan ini di lancarkan secara beruntun dalam beberapa gelombang, sekalipun tak sampai terluka oleh jarum beracun itu, paling tidak aku akan kehilangan banyak sekali tenaga dalam jika pertarungan kemudian dilanjutkan. Sudah pasti akulah yang menderita kerugian besar. Aaaai….. daripada kehilangan banyak tenaga dalam lebih baik aku beradu jiwa saja dengan mencoba pedang terbang yang baru kuyakini itu…..”
Berpikir sampai disini, dia lantas menarik napas panjang panjang.

lpn_21_24b1

Sudah barang tentu masih terdapat banyak hal yang dicurigai olehnya, apalagi Yan Lo-sat Hong Im pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana parahnya luka yang diderita Tok liong Cuncu. Waktu itu dia sendiripun berkeyakinan, sekalipun Hoa To lahir kembali, belum tentu ia sanggup mengobati lukanya itu.
Mendadak…
Dengan suara yang keras bagaikan geledek Jit poh lui sim ciam (tujuh langkah panah inti geledek) Lui Thian seng membentak, “Orang she Gak, jangan bergerak!. Kalau kau berani sembarangan bergerak, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji!”
Tampak panah inti geledek yang dahsyat dan mematikan itu sudah dirasakan persis ke ulu hati Gak Lam-kun. Dalam keadaan begini, asal dia memencet tombol pada senjatanya itu, niscaya anak panah yang mematikan itu akan berhamburan kemana-mana.
”Mau apa kau?” tegur Gak Lam-kun sambil mengangkat bahu.
Pelan-pelan dia bergeser dari posisinya semula. Ini membuat Jit poh lui sim ciam Lui Thian tidak berani sembarangan bergerak dan melepasksn serangan.
“Serahkan Lencana Pembunuh Naga itu kepadaku!’“ bentak Jit poh lui sim ciam Lui Thian seng sambil tertawa seram.
Gak Lam-kun tertawa. “Huuh! Kau lagi bermimpi disiang hari bolong, apa tidak kuatir kalau sampai ikut melayang” serunya.
Kembali Lui Thian seng tertawa seram. “Hee… hee…hee… Orang mampus lantaran harta, burung mati lantaran makanan, itulah teori yang umum dan sudah lazim berlaku didunia ini”
Tiba tiba….
Serentetan suara kim yang datar dan rendah menggeletar memecahkan keheningan, suasana disekeliling jagadpun seakan-akan berubah menjadi gelap gulita.
“Plaaaak!” percikan bunga-bunga api berhamburan kemana-mana entah bagaimana caranya, tapi tahu-tahu panah Jit poh lui-sim cian yang maha dahsyat itu sudah rontok diatas tanah dan meledak sendiri. Pasir dan debu segera beterbangan kemana-mana, ledakan yang keras itu amat memekikkan telinga.
Sementara Lui Thian seng, sendiri sudah terkapar diatas tanah dalam keadaan terluka parah.
“Uuaaaak….!”
Darah segar muntah keluar bagaikan air mancur dari mulut Jit poh lui sim ciam Lui Thian seng, kemudian ia mendengus karena kesakitan, pancaran sinar gusar, dendam dan penasaran mencorong keluar dari balik matanya,
Mengikuti arah yang ditatap olehnya tampak si gadis berbaju perak itu sedang pelan-pelan meletakkan harpanya ke dalam pangkuan.
Sambil tertawa merdu ia berkata, “Barusan, aku cuma mempergunakan tenaga sebesar dua bagian saja. Coba kalau ku-gunakan tenaga. sebesar lima bagian, siapapun pasti sudah tak bisa bertemu lagi denganmu”
Lui Thian seng mendengus dingin. “Hmmm… Antara kita berdua telah terikat dendam sakit hati yang lebih dalam dari samudra. Ingat saja? Hutang ini pasti akan ku tuntut suatu ketika”
Selesai berkata dengan susah payah dia merangkak bangun dari atas tanah, lalu dengan sempoyongan berlalu dari tempat itu.
Nona berbaju perak itu tertawa merdu, dia bergeser ke depan dan memandang ke arah Gak Lam-kun sambil tertawa manis.
Semua jago disekeliling tempat itu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi tertegun dan termangu-mangu, sebab senyuman tersebut benar-benar indah, cantik dan mempersona hati orang.
Yan Lo-sat Hong Im yang menyaksikan senyuman itu juga ikut tertegun, kemudian sambil menjatuhkan diri berlutut, sapanya, “Susiok!”
“Siapa kau?” tegur nona berbaju perak itu agak tertegun, “Mengapa kau sebut aku sebagai paman guru?”
“Bukankah kau adalah Ang ih kim cha (tusuk konde emas baju merah) dari perguruan Tay khek bun, Gui Bok eng yang sudah lenyap semenjak enam puluh tahun berselang?” seru Iblis Perempuan cantik Hong Im dengan Wajah tercengang.
Sebagaimana diketahui, semenjak Ang Ih kim cha Gui Bok eng menjatuhkan arwahnya ke dalam tubuh si nona berbaju perak itu, baik potongan wajah maupun potongan badannya telah mengalami suatu perubahan yang sungat aneh, banyak dibanyak bagian tempat justru mempunyai kemiripan dengan Ang ih kim cha itu pribadi.
Maka dengan cepat nona berbaju perak itu tersenyum,ujarnya. “Aku telah berjumpa dengan susiokmu itu. Dia sudah lama meninggalkan dunia….”
“Bohong!” tiba tiba Yan Lo-sat Hong Im membentak keras.
Seraya berkata, tiba-tiba badannya melompat ke atas dengan kecepatan luar biasa, kemudian menggunakan jurus Hui hong ti seng (pelangi terbang memetik bintang), suatu jurus serangan yang tangguh dari perguruan Tay khek bun dia totok dada si nona terse-but.
Tiga malaikat dari wilayah See ih menyaksikan kejadian itu menjadi amat teperanjat, buru-buru mereka memburu ke tengah arena untuk memberi pertolongan.
Sinona berbaju perak sendiri juga merasa tertegun oleh kejadian itu. segera bentaknya “Kau berani?”
Entah bagaimana caranya menghindari tanpa disadari ia telah pergunakan suatu gerakan tubuh yang sangat aneh dan belum dikenali sebelumnya untuk berkelit dan meloloskan diri dari sisi tubuh Yan Lo-sat Hong im.
Cepat cepat Yan Lo-sat Hong Im mengundurkan diri dari situ, dengan sikap yang sangat menghormat dia berkata, “Susiok, kenapa kau masih mencoba untuk mengelabuhi aku?”.
“Kau sudah salah melihat orang” seru nona berbaju perak itu dengan wajah masih diliputi hawa kegusaran.
“Tidak mungkin salah!” jawab Yan Lo-sat Hong Im dengan nada yang tegas dan mantap, “Gerakan Im liong jut siu (naga mega tiga kali mencuat) yang kau pergunakan barusan merupakan gerakan tubuh susiok yang paling diandalkan. Dalam dunia persilatan dewasa ini tak mungkin ada orang kedua yang bisa pergunakan gerakan tubuh itu kecuali Susiok seorang…”
Kiranya untuk membuktikan apakah si nona berbaju perak itu benar-benar adalah Ang ih kim cha yang dulu atau bukan, Yan Lo-sat Hong Im telah mempergunakan jurus Hui hot ti seng dari Tay khek bun yang merupakan suatu serangan serangan paling dahsyat untuk melakukan percobaan.
Jurus serangan yang ia pergunakan itu merupakan salah satu ilmu yang paling diandalkan oleh perguruan Tay khek bun, tidak gampang untuk melepaskan diri dari ancaman itu kecuali bila orang tersebut sanggup menggunakan ilmu Im liong jut siu yang amat sakti tersebut. Kalau tidak maka korban pasti akan terluka oleh serangan tersebut.
Padahal kalau dibicarakan sesungguhnya, si nona berbaju perak itupun tak tahu sedari kapan dia bisa mempergunakan ilmu langkah semacam itu, diam-diam ia merasa kaget bercampur heran.
Dari mana dia bisa tahu kalau sukma Ang ih kim cha yang berada dalam tubuhnya telah mulai mempengaruhi semua jalan pemikirannya. Tanpa ia sadari, semua kepandaian Tay khek bun yang maha dahsyat telah dipahami olehnya tanpa terasa.
Setelah tertegun sejenak nona berbaju perak itu berkata, ”Kau bilang gerakan tubuh yaug barusan kugunakan itu adalah gerakan Im liong sam siu?”.
“Betul!” Yan lo sit Hong Im manggut-manggut tanda membenarkan “Gerakan tubuh itu merupakan salah satu ilmu langkah rahasia dari perguruan Tay khek bun yang paling tersohor dimasa silam…..”
Mendengar semua penjelasan tersebut nona berbaju perak itu menghela nafas panjang. “Aaaaah….! Mungkin saja aku adalah susiok mu, mungkin juga bukan….”
Yan Lo-sat Hong Im menjadi girang sekali, segera teriaknya, “Susiok mari kita bersama segera pulang ke perguruan Tay khek bun….!”
Nona berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil menarik tangan Gak Lam-kun mereka berangkat menuju keluar.
Menyaksikan hal itu Yan Lo-sat Hong Im menjadi amat gelisah dengan cepat dia mengejar dari belakang.
Gak Lam-kun segera berpaling lalu setelah tertawa dingin katanya, “Aku sekarang belum ingin membunuhmu, buat apa kau mencari penyakit buat diri sendiri?”
Yan Lo-sat Hong Im kembali menjadi tertegun, terpaksa dia menghentikan gerakan tubuhnya dan berdiri termangu-mangu ditem-pat.
Gak Lam-kun kembali tertawa dingin tiada hentinya, bersama nona berbaju perak itu kembali mereka melanjutkan langkahnya.
Semua gerak-geriknya bersama gadis berbaju perak itu dapat dilihat semua oleh Ji Cin-peng dengan amat jelasnya. Tanpa terasa timbul perasaan yang amat sedih dalam hatinya. Ia merasa hatinya seperti disayat-sayat dengan pisau tajam. Ia membenci kepada diri sendiri kenapa tak berani berterus terang kepada kekasihnya bahwa dia adalah kekasihnya yang dahulu.
Menyaksikan Gak Lam-kun dan nona berbaju perak itu sudah siap meninggalkan tempat itu, tanpa sadar Ji Kiu liong segera berteriak keras, “Gak toako, kau hendak kemana?”
Ketika mendengar seruandari Ji Kiu liong itu Gak Lam-kun sendiripun merasakan hatinya bergetar keras, buru-buru dia menghentikan gerakan tubuhnya seraya berpaling. “Adik Liong!” katanya kemudian, “Untuk sementara waktu, kau boleh berada bersama-sama enci Bwe. Setelah aku menyelesaikan semua pekerjaan pasti akan kujemput kembali dirimu”
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Ji Cin-peng.
Ketika itu Ji Cin-peng sedang berdiri dengan air mata membasahi seluruh wajahnya, ia balas memandang tatapannya dengan wajah yang lesu, murung dan pedih.
oooOOOOoooo
MENYAKSIKAN keadaannya yang cukup mengenaskan itu, Gak Lam-kun menjadi tertegun. Belum pernah ia menyaksikan Ji Cin-peng memperlihatkan mimik wajah seperti ini, dengan demikian kata kata yang sebenarnya telah disiapkan segera ditelan kembali kedalam perut.
Selelah termenung sekian lama, akhirnya setelah menghela napas sedih pikirnya dihati, “Aaaaai…! Semoga saja nona Bwe jangan menaruh rasa cinta kepadaku. Sesungguhnya akupun cinta kepadamu, menghormati dirimu. Tapi sekarang aku telah menjadi suami-istri dengan nona berbaju perak ini. Sekarang aku tak berani menaruh ingatan lain kepadamu, tapi selalu akan kuingat dirimu, seperti juga rasa hormatku kepadamu di masa-masa yang lalu….”
Pikiran Gak Lam-kun terasa gundah, kalut dan bercampur baur tak karuan.
Sebaliknya Ji Cin peng merasakan hatinya hancur lebur, rasa sedihnya tak terlukiskan dengan kata-kata.
Ketika empat buah rnata saling bertemu sampai lama sekali mereka tak mengucapkan sepatah katapun .
Selapis rasa cemburu yang keji dan mendendam tiba tiba melintas diatas wajah si nona berbaju perak yang cantik jelita itu…
Ditengah suasana seperti inilah, Yan Lo-sat Hong Im berjalan kehadapan si nona berbaju perak itu. Kemudian berkata dengan menghormat. “Susiok, tecu mendapat pesan dari mandiang guruku untuk mengundang susiok agar kembali keperguruan Tay khek bun serta membangun perguruan kita agar cemerlang dan makin terkenal”
Mendengar ucapan tersebut, selapis hawa napsu membunuh yang tebal segera menyelimuti wajah noia berbaju perak itu, katanya sambil tertawa dingin, “Aku sudah bilang tidak pulang yaa tidak pulang. Apakah kau hendak menangkap aku untuk diajak pulang? Apalagi aku juga bukan susiok kalian, aku bukan Kong ih kim cha Gui Bok eng. Kalau kau berani menghalang halangi gerakanku lagi, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji, dan tidak sungkan-sungkan lagi terhadapmu”
Paras muka Yan Lo-sat Hong Im berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, tapi nada ucapannya masih tetap sungkan dan menghormat. Kembali katanya. “Susiok mendiang guruku pernah berpesan Bila susiok bisa ditemukan kembali, maka bagaimanapun juga kau harus diundang pulang ke perguruan, sebab hanya susiok seorang yang bisa mengembangkan perguruan Tay-khek-bun kita sehingga menjadi termashur dalam dunia persilatan”
Nona berbaju perak itu mendengus dingin dampratnya. “Kurangajar, rupanya kau benar-benar sudah bosan hidup lagi didunia ini!”’
Seraya berkata jari tangannya segera disentil ke depan melancarkan sebuah serangan
Segulung desingan angin tajam yang terasa menyayat badan segera meluncur kemuka dan menerjang ketubuh Yan Lo-sat Hong Im.
Menghadapi ancaman yang begitu dahsyatnya Yan Lo-sat Hong Im merasa amat terperanjat. Buru-buru dia melangkah ke samping dan beruntun menghindar sebanyak tiga kali dengan suatu gerakan tubuh yang sangat aneh
“Breeet!”
Betapa cepatnya dia menghindar, jubah panjangnya toh sempat tersambar juga oleh desingan jari tangan sinona baju perak yang maha dahsyat itu. Paha putihnya yang montok dan halus segera tampak jelas didepan mata.
Paras muka Yao Lo-sat Hong Im segera berubah hijau membesi. Sambil tertawa dingin serunya. “Bagus sekali. Susiok! Kau dulu yang bersikap kasar kepade boanpwe. Jangan salahkan kalau Hong Im tak akan bersikap sungkan-sungkan lagi kepadamu”
“Kau purya kepandaian apa? Gunakan saja semuanya!” jengek sinona baju perak itu dengan suara dingin.
Tiba-tiba Yan Lo-sat Hong Im tertawa seram serunya, “Susiok, ilmu silatmu sudah termashur di kolong langit semenjak enam puluh tahun berselang. Boanpwe juga tahu kalau kepandaianmu nada tandingannya di kolong langit. Tentu saja kepandaian boanpwe tak lebih hanya sinar kunang-kunang yeng dibandingkan dengan sinar rembulan. Walaupun demikian, boanpwe persilahkan susiok untuk merasakan kehebatan dari Tay khek ngo heng kiam tin yang baru saja kami ciptakan. Bila ada sesuatu kekurangan, sudilah kiranya susiok memberi petunjuk”
Dari perkataannya itu dapat diketahui bahwasanya dia hendak mempergunakan ilmu barisan Tay khek ngo kiam tin dari perguruan Tay-khek bun untuk mengurungi si nona berbaju perak itu.
Pada saat itulah, dari sebelah timur pelan-pelan berjalan keluar lima orang kakek berjubah abu-abu yang sama-sama menyoren pedang.
Ketika tiba disamping Yan Lo-sat Hong Im, salah seorang kakek yang bertubuh kurus dan ceking itu segera berkata dengan serak serak basah. “Hong buncu, ada petunjuk apakah kau mengundang kami?”
Dengan suara dalam Yan Lo-sat Hong Im berkata, “Tay khek ngo kiamsu, bentuk barisan Tay- khek ngo-heng kiam tin kali ini!”
Gak Lam-kun kuatir kalau nona berbaju perak itu kena dipecundangi orang, buru-buru dia melompat kedepan sambil tertawa tergelak-gelak dengan nyaringnya. “Hong Im!” dia berseru keras. “Biar aku orang she Gak yang mencoba dahulu kehebatan ilmu barisan itu, ingin kulihat sebenarnya sampai dimana kelihayannya”
Sementara itu, kelima orarg kakek berbaju abu-abu itu sudah menyebarkan diri dan masing masing berdiri pada posisi Ngo-heng yang terdiri dari Kim (emas), Bok (kayu), Sui (air), Hwee (api) dan Teh (Tanah).
Kelima orang itu berdiri dengan tangan kiri menyanggah pedang, tangan kanan bersiap siaga, mereka bersiap-siap dengan tubuh yang tegap kokoh bagaikan batu karang.
Dengan pandangan sinis, Yan Lo-sat Hong Im memandang sekejap ke arah Gak Lam-kun.
Kemudian tanpa terasa mendongakkan kepalanya dan tertawa terkekeh kekeh. Suara tertawanya penuh mengandung nada sindiran mengejek serta mencemooh.
Gak Lam-kun yang ditertawakan seperti itu menjadi naik pitam, dengan suara keras bentaknya, “Hong Im, kau pastas dibikin mampus!”
Ditengah bentakan tersebut, telapak tangannya segera diayunkan ketengah udara melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang langsung menerjang ke badan Hong Im.
Mimpipun Yan Lo-sat Hong Im tidak mengira kalau dalam usia yang begitu muda ternyata Gak Lam-kun memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna. Kekuatan dari serangannya itu sudah cukup untuk menggempur sebuah bukit.
Terlepas soal tenaga dalam, yang terutama adalah tenaga aneh yang terpancar ke luar dari tubuhnya itu sungguh membuat orang sukar untuk menghadapinya. Ternyata dibalik kekuatan tadi terkandung suatu tenaga hisapan yang menyerupai dengan hawa Khikang tingkat tinggi.
Sikap Yan Lo-sat Hong Im yang semula mencemooh dengan cepat beralih menjadi serius dan berat, tiba tiba saja sepasang telapak tangannya diputar dan didorong sebanyak tiga kali kedepan.
“Sret! Sreer! Sreet!” gulungan hawa pukulan yang kuat memancar kemana-mana.
Selembar wajah Yan Lo-sat Hong Im yang putih dan halus, segera berubah menjadi merah padam. Lama sekali belum juga membuyar….
Kiranya gaun panjang Hong Im sebatas lutut kebawah telah dipapas robek oleh sambaran angin pukulan Gak Lam-kun yang tajam, sehingga tampaklah tumitnya yang putih bagaikan pualam dan halus itu.
Selama hidup belum pernah Yan Lo-sat Hong Im mengalami penghinaan seperti apa yang dialaminya hari ini. Sedemikian gusarnya dia sampai sepasang matanya melotot keluar dan memancarkan selapis cahaya tajam yang menggidikkan hati, ditatapnya wajah Gak Lam-kun tanpa berkedip.
Pelan-pelan Ji Cin-peng menghampiri Gak Lam-kun, lalu ujarnya dengan nada sedih, “Engkoh Gak, gunakan pedangku ini!”
Sebutan “Engkoh Gak” itu kontan saja menggetarkan perasaan Gak Lam-kun. Ia seperti masih teringat bahwa tiga tahun berselang, ada orang juga memanggilnya dengan sebutan itu. Dialah kekasih hatinya Ji Cin- peng!
Dari balik biji mata Ji Cin-peng yang jeli, Gak Lam-kun dapat menangkap sorotan cahaya pedih yang amat memilukan hati……
Pada ketika itu juga, kembali Gak Lam-kun merasa bahwa sorot mata itu persis seperti sorot mata Ji Cin-peng….
Mendadak gelak tertawa yang menyeramkan memotong jalan pemikiran Gak Lam-kun itu.
Tampak sebilah pedang panjang yang memancarkan cahaya berkilauan, dengan kecepatan luar biasa menusuk datang.
Menyaksikan datangnya ancaman tersebut Ji Cin-peng segera menjerit tertahan karena kaget.
Gak Lam-kun sedkitpun tidak menjadi gugup. Dengan cepat tubuhnya berjumpalitan dan mundur sejauh tiga depa lebih dari posisi semula. Pergelangan tangannya segera diputar. Pedang pendek Giok siang kiam ini diputar sedemikian rupa membendung datangnya sergapan kilat dan pedang Hong Im tersebut.
Rasa marah dan dendam yang berkobar dalam hati Yan Lo-sat Hong Im pada saat ini tak terlukiskan dengan kata kata. Apalagi peristiwa itu merupakan suatu kejadian yang paling memalukan untuk kaum perempuan pada jaman itu. Dalam gelisah dan gusarnya dia membentak keras, sambil menerjang ke muka pedangmya langsung melepaskan serangan mematikan.
Ilmu silat yang dimiliki Gak Lam-kun saat ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali. Sesudah menyambut tiga buah serangan berantai dari Hong Im dengan cepat dia unjukkan gigi pula dengan memutar senjatanya dan secara beruntun melepaskan tiga buah serangan kilat.
Menghadapi tiga serangan berantai yang tertuju ke arahnya itu, ternyata Yan Lo-sat Hong Im, sama sekali tidak berkelit ataupun menghindar. Hawa murninya segera dihimpun ke pusat dan disalurkan ke dalam tubuh pedang. Dengan gerakan menotok mencakil dan menekan secara beruntun ia lepaskan pula tiga kuntum bunga pedang.
“Traang. Traang! Traang!” benturan senjata yang amat ramai menggema di udara.
Diantara beterbangannya percikan bunga api, dengan kekerasan ia bendung datangnya ketiga buah serangan tersebut.
Tapi setelah menyambut ketiga buah serangan tadi, Yan Lo-sat Hong Im merasakan lengan kanannya menjadii kesemutan dan kaku. Telapak tangannya pecah-pecah sakitnya bukan kepalang. Kenyataan ini membuat hatinya amat terkesiap, pikirnya, “Jangan-jangan ia sudah berhasil mencapai tingkatan tenaga dalam seperti apa yang dimiliki Tok Liong cuncu Yo Long dimasa lalu…”
Berpikir sampai disitu, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Yan Lo-sat Hong Im. Cepat-cepat dia memusatkan segenap pikirannya. Dengan melangkah ke posisi Tiong kiong, hawa murninya dihimpun kembali kepusar. Lalu dari pusar hawa murni itu disalurkan kembali kedalam pedang.
Agaknya dia hendak mempergunakan ilmu pedang Tay khek cap sa kiam, suatu ilmu pedang andalan partai Tay khek bun untuk menghadapi kelihayan lawan.
Begitu ilmu pedang Tay khek cap sau kiam digunakan, maka ketenangannya bagaikan bukit karang. Gerakannya bagaikan aliran sungai, begitu lembut tepi berkepanjangan sehingga membikin hati orang bergidik rasanya.
Sekalipun Gak Lam-kun sendiri berilmu tinggi, ilmu pedangnya juga telah mencapai puncak kesempurnaaan, tapi setelah bertemu dengan ilmu pedang yang tiada tandingannya di dunia ini, sesaat lamanya dia agak kewalahan juga dibuatnya hingga belum juga berhasil untuk memecahkannya.
Tampaklah serangan demi serangan dari Gak Lam-kun yang dahsyat dan kuat itu semuanya berhasil dipunahkan oleh Hong Im dengan ilmu pedang Tay khek cap sa nya yang memanfaatkan beberapa macam taktik lembut seperti menempel, mementil, menggetar, memancing, memunah, menggulung dan menghisap.
Tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun sungguh mengejutkan hati. Setiap bacokan dilancarkan tentu disertai dengan hawa pedang yang sanggup membelah batu dan baja. Lagipula pengetahuanya dalam ilmu silat luas sekali. Banyak jurus-jurus serangan partai-partai lain yang dipahaminya. Ini membuat Hong Im yang bertarung dengan pergunakan Tay khek kiam dibikin kewalahan juga oleh tenaga dalamnya yang sempurna.
Pada mula pertarungan, keadaan mereka masih seimbang dan sama kuat. Tapi setelah bergebrak puluhan jurus kemudian, lambat laun jurus-jurus pedang yang dipergunakannya itu mulai didesak deh segulung tenaga tak berwujud yang memaksa gerakan serangannya makin lama semakin lamban, sedangkan Gak Lam-kun sendiri makin bertarung semakin bersemangat.
Dalam keadaan begitulah kelima orang jago pedang dari perguruan Tay Khek bun melakukan pengepungan secara tiba tiba dan mengurung Gak Lam-kun serta Hong Im ditengah arena, lima pedangnya segera bergerak bersama ikut melancarkan serangan.
Menyaksikan kejadian itu Yaan Lo-sat Hong Im menjadi amat kegirangan. Sambil membentak gusar dia lepaskan tiga buah serangan berantai yang memaksa Gak Lam-kun harus miringkan badan sambil bergeser beberapa jengkal jauhnya, kini ia berdiri dihadapan seorang kakek yang bertubuh kurus kering.
Gak Lam-kun memandang sekejap sekeliling tempat itu. Semangatnya tiba-tiba berkobar sambil berpekik nyaring katanya sambil tertawa, “Sudah lama aku dengar orang bilang, Tay khek ngo heng kiam tin adalah suatu ilmu barisan yang sangat iihay dan sejajar namanya dengan barisan Lo han tin dari partai Siau lim. Banyak tahun sudah aku ingin menjajalnya tanpa menjumpai kesempatan. Sungguh tak nyana aku bakal menjumpai barisan kenamaan ini di atas pulau terpencil semacam ini. Kejadian ini benar benar merupakan kesempatan bagus yang belum pernah kujumpai. Hari ini juga aku akan mencoba sampai dimanakah kehebatan dari ilmu barisan ini….”
Ditengah gelak tertawa panjangnya, Gak Lam-kun telah berdiri sambil menyilangkan pedangnya didepan dada. Ia berdiri kokoh dingin seperti sebuah bukit karang.
Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin meski merupakan ilmu sakti dari perguruan Tay khek, namun selama enam puluh tahun belakangan ini belum pernah Tay khek pay mempergunakan barisan itu.
Kiranya Tay khek ngo heng kiam tin tersebut ikut lenyap dan punah bersamaan dengan hilangnya Ang ih kim cha Gui Bok Eng dari dunia persilatan. Entah bagaimana kemudian enam puluh tahun kemudian, akhirnya rahasia ilmu pedang tersebut berhasil ditemukan kembali oleh Yan Lo-sat Hong Im setelah melewati suatu penyelidikan yang makan waktu cukup lama.
Setelah munghimpun tenaga dalamnya, pelan-pelan Gak Lam-kun mulai bergeser mendekati posisi sebelah timur kemudian ia tersenyum kepada jago jago Tay khek bun itu dan tidak berbicara.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa, mendadak pedang paodek Giok siang-kiam itu melejit ke udara dan langsung menghajar ke tubuh kakek itu.
Dengan suatu gerakan yang enteng sikakek miringkan badannya untuk menghindar, kemudian dengan jurus Ih hwe kun tun (perputaran roda dalam jagad) dia tangkis datangnya ancaman itu.
Begitu pertarungan berkobar, barisan pedang Tay khek ngo heng kiam tin pun segera mengalami perubahan….
Si kakak disebelah timur yang menangkis pedang Gak Lam-kun itu segera memutar senjatanya dan tiba-tiba berkelit kembali kesamping gelanggang pertarungan.
Begitu menjumpai peluang baik, Gak Lam-kun bermaksud untuk maju ke depan dan menyerang Yan Lo-sat Hong Im yang merupakan motor dari ilmu barisan tersebut.
Tiba-tiba bayangan manusia berkelebat lewat. Kakek yang berdiri dihadapannya itu telah menerjang ke muka menghadang jalan perginya. Lalu pedangnya dengan jurus Ji gi jut ciau (dua unsur mulai berkembang) menciptakan dua kuntum bunga pedang yang menusuk bagian atas dan bagian bawah tubuh lawan.
Gak Lam-kun tertawa dingin, pedang Giok siang kiamnya diputar menciptakan selapis cahaya bianglala yang menyilaukan mata. Senjata itu diayunkan ke muka dan segera memunahkan serangan yang aneh itu secara gampang.
Tapi sebelum Gak Lam-kun melancarkan serangan balasan, kakek yang berjaga disebelah barat telah menyelinap pergi, sementara kakek yang berjaga diposisi selatan mulai melancarkan serangan.
Semua perubahan dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin itu berubah dalam sekejap mata. Sekalipun Gak Lam-kun tak sampai terkurung oleh serangan demi serangan yang dilancarkan oleh barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut, tak urung hatinya dibikin terkesiap juga olehnya.
“Ilmu barisan Tay kheh ngo heng kiam tin ini benar-benar bukan nama kosong belaka. Hari ini aku musti menghadapinya secara berhati-hati” demikian ia berpikir.
Padahal sesungguhnya pengaruh ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut jauh lebih lihay dari pada apa yang dibayangkan semula. Cuma saja didalam bentrokan yang barusan berlangsung, kelihayan dari ilmu barisan tersebut masih belum tertampak semua.
Haruslah diketahui, urusan dasar dari ilmu barisan itu adalah sebuah unsur dingin ditambah lima unsur panas. Tay khek dan ngo heng saling dorong mendorong saling bantu membantu yang berakibat timbulnya suatu sistem pertahanan serta penyerangan berantai yang berganti-ganti secara bergilir.
Gak Lam-kun adalah seorang pemuda yang cerdik, begitu dirasakan keamehan dari gerakan barisan tersebut, dengan hawa murninya dihimpun untuk bersiap siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Kiranya dalam tiga gebrakan yang barusan berlangsung, iapun dapat merasakan bahwa dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut bukan saja merupakan suatu kombinasi kerja sama yang erat dan rapat dari enam jago, bahkan dalam setiap serangan dan pertahanan selalu mengandung perubahan tay khek dan ngo heng yang saling berubah tiada hentinya.
ia sadar, sekali kurang berhati-hati bisa berakibat fatal dari berubahnya, unsur ngo heng tersebut, jika pikirannya sudah dibikin kalut maka dia akan terkurung dibalik barisan pedang yang dikendalikan urusan tay khek.
Perlu diketahui, ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang dibentuk dengan tenaga manusia, bukan saja mengandung perubahan dari unsur ngo heng yang pada umumnya berlaku. Lagipula lantaran maju mundurnya manusia seringkali akan mengalami pula seluruh perubahan dari gerakan barisan tersebut.
Tentu saja semua perubahan yang bakal terjadi itu sama sekali terlepas dari peraturan yang umum berlaku bagi perubahan ngo heng ini. Ini menyebabkan seseorang yang memahami unsur Ngo hengpun kadangkala dibikin kewalahan juga untuk menghadapi perubahan didalam barisan pedang.
Apalagi sekarang ditambah lagi dengan sebuah unsur tay khek yang sifatnya Im (dingin). Bukan saja hal mana membuat barisan pedang itu makin aneh dan rumit perubahannya membuat orang lain pun susah untuk menemukan titik kelemahan dari ilmu barisan tersebut.
Akibatnya setiap erang yang mulai terbawa oleh gerakan iimu barisan tersebut, akan kehilangan segenap kekuatannya untuk melepaskan serangan balasan.
Walaupun Gak Lam-kun angkuh dan tinggi hati, namun setelah merasakan sendiri tiga perubahan yang terjadi dalam barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut, kesombongannya segera sirna tak berbekas. Dia pusatkan semua tenaga dan pikirannya untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Yan Lo-sat Hong Im sendiri ketika dilihatnya secara tiba-tiba Gak Lam-kun meninggalkan posisi bergerak dengan berubah menjadi tenang serta enggan melepaskan serangan lagi, diam-diam kagum juga hatinya. Dia berpikir, “Orang ini memang jauh berbeda dengan orang-orang yang lain, ternyata dalam sekejap mata ia berhasil mengatasi keangkuhannya”
Pedang panjang dalam genggamannya segera di angkat, lalu dengan jurus peng sah liok ing (bubung manyar melayang dipasir) dia tusuk ke muka sementara kaki kirinya, maju selangkah dan memimpin Ngo heng melakukan perubahan…..
Dalam sekejap mata, lima kakek yang berjaga pada posisi ngo heng itu mulai bergeser dan berpindah tempat. Cahaya pedang bermunculan dari empat arah delapan penjuru dan bersama sama meluncur tiba dengan kecepatan luar biasa.
Gak Lam-kun membentak keras, pedang Giok siang kiam nya memancarkan selapis cahaya berkilauan yang tajam, dengan jurus Im wu mi thian (kabut dan mega menyelimuti angkasa) dia ciptakan berlapis kabut pedang yang menyongsong datangnya lapisan cabaya pedang lawan.
“Traaang! Traang! Traaaang”
Serentetan bunyi gemerincingan nyaring bergema memecahkan keheningan. Cahaya pedang yang menyerang kearahnya itu seketika lenyap dan sirna
Sementara itu, kelima orang kakek itupun merasa kaget bercampur terkesiap, karena sewaktu pedangnya saling membentur lengan pedang pendek Gak Lam-kun bukan saja mereka rasakan timbulnya segulung tenaga pantulan yang memantulkan kelima belah pedang tersebut, bahkan lengan kiri mereka menjadi kesemutan sehingga pedangnya nyaris terlepas dari genggaman.
Dengan cepat mereka berpikir. “Tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar-benar amat sempurna. Untuk menghadapi manusia semacam ini paling benar kalau berusaha menghindar dari bentrokan kekerasan”
Perlu diketahui, kelima orang kakek ini, merupakan jago jago pilihan dari perguruan Tay khek bun. Mereka semua sama sama cekatan dan lihay. Tanpa diberi komando oleh Yan Lo-sat Hong Im, tiba-tiba mereka memutar tubuh masing-masing sambil melepaskan kembali sebuah tusukan kilat.
Lima bilah pedang menyergap lima buah tempat yang berlainan, bahkan dilancarkan pada waktu yang bersamaan. Jika seorang kurang lihay ilmu silatnya, jangan harap bisa menghindarkan diri dari ancaman tersebut dalam keadaan selamat.
GaK Lam-kun sendiri kian lama kian bertambah terkesiap juga setelah dilihatnya perubahan serangan musuh lambat laun semakin gencar dan aneh.
Dalam keadaan demikian, ia lantas menekuk lutut kirinya, mendadak seluruh badannya menjadi lebih rendah separuh bagian. Hawa murninya dihimpun kedalam kaki kanan lalu sekuat tenaga berputar. Pedang kirinya mengikuti perputaran tersebut secepat kilat melepaskan lima buah tusukan kilat. Dalam waktu singkat pedang-pedang yang menusuk tiba dan empat penjuru berhasil dibendung semua.
Tidak menunggu barisan lawan sampai melakukan perubahan lagi, Gak Lam-kun berpekik nyaring. Kaki kanannya menjejak tanah sepenuh tenaga, lalu melejit ke udara. Pergelangan tangan kanannya segera diputar dengan kecepatan tinggi….
Dimana pedang Giok Siang kiam itu menyambar, segera terciptalah selapis bayangan pedang yang tebal yang diikuti dengan hawa pedang yang memekakkan telinga. Serangan dahsyat itu langsung mengurung sekujur badan Yan Lo-sat Hong Im dengan kecepatan tinggi.
Gak Lam-kun dapat merasakan akan keanehan serta kesaktian dari perubahan baris pedang itu. Dia sadar bila mengambil sistem pertahanan tanpa melakukan serangan balasan, dia akan terperosok dalam posisi yang terdesak dan lambat laun besar kemungkina akan dilukai orang.
Maka satu ingatan melintas dalam benaknya, timbul niatnya untuk melancarkan serangan balasan.
Itulah sebabnya, begitu selesai membendung perubahan jurus dari lima orang kakek itu, badannya langsung melejit ke udara dan menyergap perempuan itu dari tengah udara.
Dia tahu orang yang berjaga diposisi Tay khek adalah Yan Lo-sat Hong Im sendiri. Posisi tersebut merupakan bagian yang terpenting dari barisan pedang itu, maka serangan yang dilancarkan dalam sergapan tersebut dilakukan dengaa kedahsyatan yang luar biasa, dia berhasrat untuk berhasii didalam serangannya.
Ketika dilihatnya serangan Gak Lam-kun dari tengah udara sangat lihay dan garang. Yan Lo-sat Hong Im tak berani menyambut secara keras lawan keras, tubuhnya segera melejit ke samping dan menghindar sejauh lima langkah lebih.
Setelah itu pedangnya segera menuding ke atas dia segera menggerakkan gerakan Ngo heng kiam yang dikombinasikan dengan Tay khek kiam. Seketika itu juga hawa pedang menyelimuti seluruh angkasa dan menciptakan selapis kabut pedang yang tebal, bayangan pedang dengan cepat bermunculan dari empat arah delapan penjuru.
Gagal dengan serangannya, dengan cepat Gak Lam-kun terjerumus ke dalam kepungan cahaya pedang yang sangat tebal.
Tay khek ngo heng kiam tin telah memperlihatkan perubahan yang lebih dahsyat lagi. Enam sosok bayangan saling berkelebat sambil melancarkan serangan. Perubahan gerakan pedang mereka semakin sukar untuk diduga arah tujuannya.
Hawa pedang memenuhi seluruh angkasa, Gak Lam-kun seperti seekor naga sakti bergerak kian kemari diantara gulungan hawa pedang yang
tebal. Saban kali berputar kian kemari, sebentar dia menyerang kebarat sebentar lagi menerjang ke timur, kehebatannya tak terlukiskan dengan kata- kata
Tiba tiba Yan Lo-sat Hong Im membentak nyaring setelah memancing sebuah setangan dahsyat dari Gak Lam-kun sehingga miring kesamping, tiba-tiba ia maju dua langkah kesamping kanan pe-dangnya diayunkan dua kali dengan serangan gencar.
Seteluh itu sambil memutar badannya, pedang itu menuding ke atas dan langsung melepaskan serangan kilat
Tindakan yang diperlihatkan Yan Lo-sat Hong Im itu sekaligus merupakan suatu kode rahasia untuk melakakan perubahan terhadap barisan pedang itu.
Terdengar lima orang kakek itu bersama-sama berpekik nyaring. Diantara ujung baju yang berkibar pedangnya berkibar diangkasa menciptakan pelbagai gerakan yang aneh. Mengikuti gerakan itu posisi dimanapun segera mengalami perubahan.
Begitu ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin mulai berubah semua keadaan dan situasi disekitar sanapun ikut mengalami perubahan yang sangat besar.
Enam bilah pedang dengan mengeluarkan suara pekikan yang amat nyaring serta bayangan tebal bagaikan selapis kebut seperti ombak samudra ditengah amukan angin puyuh melanda datang berbarengan.
Secara lamat-lamat kedengaran bunyi angin dan guntur menggelegar di angkasa, baik bayangan tubuh Yan Lo-sat Hong Im mau pun lima jago pedang dari Ngo heng kiam tin seolah-olah sudah dilapisi oleh hawa pedang yang tebal sekali.
Untung saja tenaga dalam yang dimiliki Gak Lam-kun cukup sempurna. Walaupun di kurung oleh kabut pedang yang dahsyat ba-gaikan amukan ombak di tengah samudra, namun dia tetap berdiri sekokoh batu karang dan sedikitpun tidak terpengaruh oleh dahsyatnya serangan lawan.
Pedang pedang Giok siang kiam ibaratnya seekor naga, berlompatan kian kemari ditengah lapisan hawa pedang yang sangat tebal.
Ilmu barisan Tay khek ngo heng kim tin memang benar benar amat dahsyat dan lihay. Walaupun Gak Lam-kun cukup memahami soal ilmu barisan dan kepandaian sebangsanya, namun dia gagal untuk menemukan titik kelemahan dan keistimewaan dari Ilmu barisan ini.
Sementara itu, kawanan jago yang berada di sekitar kalanganpun sudah tertarik semua oleh barisan pedang yang ampuh dan jarang ditemui di kolong langit ini.
Tampaknya perubahan dalam Tay khek ngo heng kiam tin itu makin lama semakin rapat, gerak-gerakannya pun semakin kacau dan rumit.
Berbicara yang sesungguhnya, hampir sebagian besar kawanan japo yang hadir saat ini pada memahami soal ilmu barisan dan ilmu perbintangan namun setelah menyaksikan perubahan dari Tay khek ngo heng kiam tin itu, mereka mulai merasa berkunang-kunang juga dibuatnya.
Semenjak peristiwa berdarah di tebing Yan po gan dibukit Hoa san pada delapan belas tahun berselang, Yan Lo-sat Hong Im sudah mulai melakukan penyelidikan yang seksama atas ilmu kepandaiannya. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin juga semenjak waktu itu dilatih.
Ke lima orang kakek berbaju abu abu itu merupakan jago kelas satu dalam perguruan Tay khek bun. Selama delapan belas tahun, mereka boleh dibilang selalu memusatkan perhatiannya untuk mendalami ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin. Bukan saja hapal terhadap semua perubahan dalam ilmu barisan itu, merekapun menguasai semua keistimewaan serta kelebihan-kelebihannya. Malah dalam tenaga dalampun mereka rata-rata memiliki kesempurnaan yang hampir seimbang.
Itulah sebabnya, serangan-serangan gerak-gerik dari ke enam orang itu sama sekali berlawanan dari keadaan pada umumnya. Sebentar mereka bergerak lurus, sebentar berbalik anehnya bukan kepalang. Sekalipun seseorang yang memahami soal Ngo heng tin, dibuat kebingungan juga olehnya.
Jit poh toan hun Kwik To yang menyaksikan kejadian itu segera menghela napas panjang. katanya, “Sudah lama orang persilatan rnengatakan bahwa ilmu pedang dari perguruan Tay khek bun telah mengalami kejadian yang pesat. Setelah dibuktikan sekarang, ternyata perkataan itu memang benar. Ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin mereka memarg terang merupakan suatu cabang ilmu silat yang luar biasa lihaynya”.
Ji Cin-peng manggut-manggut, “Perkataanmu memang benar” katanya. “Aku sendiripun mempunyai perasaan demikian…”
Ketika ia mercoba melirik sekejap ke arah nona berbaju perak itu dilihatnya gadis tersebut sedang memusatkan semua pikiran dan perhatiannya untuk mengikuti perubahan-perubahan dari ilmu barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut bahkan sering manggut-manggut sambil memuji. Tapi sebentar kemudian gelengkan kepalanya sambil menghela napas seolah-olah dia telah memahami seluk-beluk dari ilmu barisan tersebut.
Mendadak terdengar gadis berbaju perak itu bergumam seorang diri, “Sayang….. .. Sayang sekali…… Coba kalau antara keng kim dan kun terjalin hubungan pertahanan yang ketat….”
Waltu itu Gak Lam-kun yang sedang bertarung sudah mulai merasa rada kalut pikirannya, tentunya dia tidak mendengar petunjuk rahasia yang diberikan gadis berbaju perak itu untuk memecahkan barisan padahal barisan Tay khek ngo heng kiam tin itu kerapkali mengalami perubahan yang besar sekali.
Gak Lam-kun dengan kekuatan seorang ternyata sanggup bertarung melawan kerubutan enam jago lihay dari perguruan Tay khek bun tanpa memperlihatkan tanda-tanda akan kalah. Kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang langka dalam dunia persilatan, hal mana membuat para penonton harus menahan napas dan mengikuti semua perubahan dengan wajah yang sangat tegang.
Ketika gadis berbaju perak itu menyaksikan Gak Lam-kun belum juga memahami kisik-kisiknya, pelan-pelan segera maju ke depan. Diikutinya semua perubahan dari Tay khek ngo kiam tin dengan seksama, lalu sekulum senyuman manis menghiasi ujung bibirnya.
“Engkoh Gak!” serunya kemudian dengan merdu, “Pusatkan perhatianmu menjadi satu, jangan terlalu buru napsu untuk mencari kemenangan”
Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata, “Barisan ini mempergunakan sistem Tay khek bu ceng ngoh heng. Silahkan engkoh Gak menyerang ke utara lalu berbalik ke barat. Dengan air mengatasi api, dengan belakang yang berupa api mengganjal Tay khek. Dengan begitu keadaan pasti beres!”
Ketika mendengar panggilannya tadi, mula-mula Gak Lam-kun merasa terperanjat, cepat cepat dia memusatkan perhatiannya untuk melaksanakan seperti apa yang dikatakan.
Mendadak pedang Giok siang kiamnya menyerang ke arah utara dengan jurus Mong coa to sim (ular sawah mengeluarkan lidah).
Pada saat dia melepaskan serangannya itu, tepat dikala keng sim dan jimkui dua tempat sedang saling bergeser untuk tukar tempat, dengan, dilancarkannya serangan oleh Gak Lam-kun, kedua posisi tersebut segera kena terhadang.
Akibatnya, barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut mengalami sedikit kekalutan yang nyaris berakibat kekacauan.

Jilid 23
BEGITU berhasil dengan serangannya, Gak Lam-kun segera membalikkan badannya balas menyerang posisi penting disebelah barat.
Dengan jurus Poh Im han seng (bintang jeli di balik awan), pedang Giok-siang kiam itu langsung membacok posisi Ih bok dan Sim-kim dua tempat, kemudian langsung menyerbu ke posisi Tay-khek yang dijaga oleh Yan Lo-sat Hong Im.
Serangan serangan gencar yang dilepaskan untuk berebut posisi ini kontan mengakibatkan kekacauan dalam barisan Tay khek ngo heng kiarn tin itu, sehingga semua pergeseran posisi mengalami hambatan yang berakibat kekalutan.
Yan Lo-sat Hong Im merasa amat terkejut cepat cepat dia menekuk pinggang menghindarkan diri dari serangan Gak Lam-kun, lalu pedangnya berputar tiga lingkaran ditengah udara dan menuding kearah sebelah timur.
Mendapat petunjuk itu, lima orang kakek berbaju abu-abu itu segera berganti posisi dan berputar arah. Barisan Tay khek ngo heng kiam tin yang mulai kalut itu segera dapat diatasi dan menjadi tenang kembali. Sejak nona berbaju perak itu peroleh sukma dari Ang ih kim cha Gui Bok-eng, pengetahuannya tentang ilmu silat aliran Tay khek bun seakan-akan begitu luas dan hapal sekali, ditambah lagi pada dasarnya ia memang seorang gadis yang menguasahi tentang segala macam kepandaian, otomatis diapun memahami pula kunci rahasia dari barisan Tay khek ngo heng kiam tin tersebut.
Begitulah, baru saja Hong Im merubah barisannya dengan gerakan lainnya, gadis itu segera memahami kemana tujuan perempuan itu dengan barisannya.
Setelah tertawa terkekeh-kekeh, serunya dengan nyaring. “Engkoh Gak, kali ini dia hendak menggunakan kelurusan untuk membawa Tay khek menuju keposisi Ngo heng. Kau boleh serang Posisi Ih bok, mengunci kedudukan Sim Kim lalu menyerang kedudukan Tay khek”
Gak Lam-kun sendiripun seorang pemuda yang cerdas, begitu peroleh petunjuk, jurus serangannya segera dilancarkan….
Pedang Giok siang kiam ditangan kanannya dengan jurus Siong liong ciang cu (Sepasang naga berebut mutiara) melepaskan dua gulung tenaga serangan yang maha dahsyat, untuk membendung Ih hok serta Sim kim, kemudian telapak tangan kirinya membacok keluar.
Segulung tenaga pukulan yang dahsyat dengan membawa kekuatan bagaikan angin puyuh menggulung ke tubuh Yan Lo-sat Hong Im .
Serangan yang dilancarkan kali ini jauh lebih cepat setengah tingkat dibandingkan dengan cara penyerangan yang diterangkan oleh nona berbaju perak itu.
Padahal waktu ini Yan Lo-sat sedang bermaksud merubah Tay khek ngo heng kiam tin nya dari posisi berbalik menjadi posisi lurus. Tapi belum lagi serangannya dilancarkan, serangan kilat dari Gak Lam-kun yang begitu cepat dan dahsyat itu telah memporak porandakan barisan pedangnya itu.
Yan Lo-sat Hong Im membentak keras, pedangnya secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai…
Serangan itu cukup tajam dan hebat, memaksa Gak Lam-kun mau tak mau harus menarik pedangnya untuk menangkis. Dengan terjadinya peristiwa ini, dengan cepat posisi barisan Ceng tay khek huan ngo heng kiam tin pulih kembali seperti sedia kata.
Suara pedang dengan enam gulung hawa pedang dengan cepat mengurung kembali Gak Lam-kun dalam barisan pedang.
Tambaknya perubahan ini telah membangkitkan hawa amarah dari jagoan muda ini. Ia naik darah, hawa napsu membunuhpun segera menyelimuti wajahnya
Pedang Giok siang kiam itu segera dialihkan ke tangan kiri, kemudian dengan jurus Kiam hay-teng liong (membelenggu naga dalam laut) menyerang posisi Koi sui. Sedangkan kelima jari tangan kanannya dengan dipentangkan lebar-lebar mempergunakan kepandaian Tok liong ci jiau mencengkeram posisi Pia hwee.
 
Design by Free Themes | Bloggerized by Wulunggeni - Blogger Themes